Title : Story Of My Life Chapter 08
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
~---0---~
Hari
ini adalah hari pertama Paruru di rumah Yuki. Seperti pagi biasa jika di rumah,
pastinya ia akan keluar kamar. Kebetulan, ia tidur bersama Atsuko.
Dan Paruru, entah kenapa ia mempunyai perasaan tidak enak.
Dari tadi malam, ia tidak bisa tidur sama sekali. Banyak yang gadis itu
pikirkan. Yah... setelah sang kakak mengajaknya pergi alis kabur dari rumah
mereka, Paruru menjadi sangat resah.
Gadis itu berfikir, jika kedua orang tua mereka akan
mencarinya dan Atsuko. Ia juga merasa bersalah. Karena dirinya, Atsuko harus
rela pergi dari rumah mereka membawanya dan justruh itu bisa di bilang
menyelamatkannya dari kedua orang tua mereka, yang akan membuang Paruru keluar
kota.
***
Paruru Pov...
Baka. Semua ini salahku. Jika nee-chan tidak dekat denganku,
dia tidak akan repot-repot melakukan semua ini. Hanya gara-gara aku, nee-chan
rela melakukan semua ini padaku. Apa yang harus aku lakukan?
Sungguh, sekarang ini aku benar-benar bingung dan aku juga
tidak tahu harus melakukan apa?.
"Hmm... Paru ohayou" aku mendongak.
"Se-sen-sei" ucapku tersenyum.
"O-o-ha-ha-you" sambungku kemudian.
"Kau sudah bangun rupanya. Dimana kakakmu? Apa masih
tidur?" tanyanya kemudian.
"Di-dia se-se-da-dang ma-man-di" balasku lagi.
"Wajahmu tampak bimbang, kau kenapa? Sepertinya kau
habis berpikir keras" dia menebaknya dengan sangat tepat.
"Ti-ti-dak" walau begitu, aku tidak ingin
mengakuinya.
"Aku memang tidak berhak untuk mencampuri urusan orang
lain, tapi dari kedua mata kamu. Aku bisa menebak, jika kamu sedang memikirkan
masalah" ku akui dia memang hebat.
"Tapi, disini kamu mempunyai banyak teman. Ada aku,
kakakmu, Rena, Yui, Jun dan Kai yang akan membantumu" dia berkata kembali.
"Janganlah memikirkan sesuatu yang menganggu pikiranmu,
itu hanya akan menganggu proses kesembuhanmu" aku hanya mengangguk.
"Kakakmu sangat menyayangimu, dia sangat menginginkanmu
sembuh. Jika kau ingin membalas semua kebaikannya, kau hanya perlu berusaha
untuk sembuh. Kau mengerti?" aku kembali mengangguk.
"Hei... banggalah kamu mempunyai seorang kakak seperti
dirinya, Haruka" aku melihatnya yang menatapku dengan serius.
"Kau tahu? Acchan selalu berusaha membuatmu sembuh.
Walau dia tengah bekerja, dia selalu mencari cara agar kau bisa sembuh"
apa itu benar?.
"Disaat pegawainya di cafe bekerja, dia selalu
menyempatkan dirinya pergi ke rumah sakit menanyakan obat untukmu, dan dia juga
menanyakan bagaimana caranya membuat kakimu sembuh, karena dia tahu kau sangat
menginginkan jika kakimu sembuh seperti semula" ku tundukkan kepalaku.
Kenapa dia benar-benar sangat bertekad seperti itu?.
Nee-chan, apa yang sebenarnya ada di pikiranmu. Kau rela melakukan semua itu
demi aku?. Bahkan aku tidak pernah melakukan apa-apa untukmu, aku merasa aku
hanya merasa menjadi beban untukmu.
"Aku
pergi dulu ya? Aku harus ke rumah sakit" aku mengangguk.
Klek....
Aku menoleh, ketika mendengar suara pintu terbuka. One-chan.
Aku melangkah kearahnya dan ku peluk dia langsung.
"Hei Paru. Kenapa kau tiba-tiba memelukku?"
tanyanya.
"A-a-ri-ga-ga-tou ne-nee-chan" ucapku langsung.
"Kenapa kau berterima kasih? Ada apa denganmu?"
pelukanku semakin erat di tubuhnya.
"Paru, kau kenapa? Ada masalah?" aku menggeleng.
"A-a-ku a-a-kan be-be-ru-sa-sa-ha un-un-tuk
se-sem-bu-buh, ne-nee-chan. A-a-ku ja-jan-ji" ku rasakan belaian tangannya
yang ada di kepalaku.
"Aku yakin kau pasti akan sembuh, banyak berlatih ya
dengan Jun dan aku akan selalu meminta Yuki juga untuk membimbingmu" aku
mengangguk.
Rasanya aku sangat bahagia memiliki seorang kakak yang sangat
baik seperti dirinya. Entah dengan apa lagi aku membalas ucapannya, aku hanya
bisa berjanji agar aku bisa secepatnya sembuh.
"Hei... nee-chan pergi dulu ya? Nee-chan harus bertemu
dengan Kai, ada sesuatu yang harus nee-chan lakukan dengannya. Kau baik-baik
dengan Rena disini, nanti Jun akan kemari" aku mengangguk.
"Ha-ha-ti-ha-ha-ti ne-nee-chan" dia mengangguk dan
mengecup keningku lembut.
"Jaga baik-baik dirimu" aku mengangguk.
***
Atsuko
Pov...
Aku turun dari mobil dan kemudian, melangkah masuk ke sebuah
perusahaan. Perusahaan milik Kai. Aku ingin berbicara dengannya.
Ku langkahkan kakiku menuju ruangannya. Ku ketuk pintu itu
dan setelah mendapat ijin masuk, langsung saja aku membuka pintu dan masuk ke
dalam ruangannya. Seperti biasa, dia selalu tersenyum menyapaku.
"Acchan,
duduklah" aku mengangguk.
Aku duduk berhadapan dengannya, hanya meja kerjanya yang
menghalangi kami. Ruangan kerjanya juga sangat rapi. Aku selalu nyaman bila
berada disini.
"Kai, boleh aku meminta bantuanmu?" tanyaku.
"Tentu saja Atsuko, aku pasti akan membantumu" aku
tersenyum mendengarnya.
"Apa yang harus aku lakukan untukmu?" tanyanya
kemudian.
"Aku sangat ingin melakukan semua ini pada keluargaku, agar
mereka bisa tahu jika aku tidak sendiri melawan mereka melainkan bersama orang
lain, contohnya kau salah satu orangnya" jelasku.
"Lalu?" tanyanya kemudian.
Ku hembuskan nafasku. Kemudian, aku menceritakan rencanaku
padanya dan ku harap dia bisa melakukan apa yang ku mau. Setahuku,
perusahaannya adalah perusahaan paling terkenal di jepang dan mampu melakukan
apa saja.
Dan kebetulan, perusahaan keluargaku berada di bawah
perusahaannya. Maksudku, perusahaan ayahku, adalah salah satu perusahaan yang
juga mempunyai hutang dengan perusahaan milik Kai.
"Kau bisa melakukan itu?" tanyaku.
"Kenapa kau ingin melakukan semua itu? Apa ini demi
adikmu, Haruka?" aku mengangguk.
"Bisa saja aku melakukan itu, Acchan. Tapi, aku harus
bisa mempunyai suatu alasan untuk melakukan semua itu" katanya lagi.
"Kai, kau bisa mencari suatu alasa yang lain dan aku
yakin, kau pasti akan menemukan cara itu" dia menghela nafas.
"Baik, aku akan memikirkannya" aku tersenyum.
"Masalah cafemu bagaimana?" tanyanya lagi.
"Itu terserah kau saja. Jika seandainya kau juga ingin
melakukannya, lakukan saja. Aku bisa mengurus adikku untuk sementara
waktu" balasku padanya.
"Jujur, aku sangat ingin meluangkan waktu untuknya. Dia
membutuhkanku, kau mengerti bukan?" dia mengangguk.
"Iya, aku mengerti" balasnya singkat.
"Aku akan melakukan kemauanmu, jika itu memang maumu.
Berapa lama aku melakukan semua itu?" aku berfikir sejenak.
"Setidaknya sampai mereka sadar akan kehadiran
Haruka" balasku yakin.
"Jika mereka menyadari kesalahan mereka dalam waktu yang
sangat lama?" tanyanya kemudian.
Aku mendongak melihatnya dan menatapnya dengan serius.
"Kalau begitu, kau juga harus melakukannya dalam waktu
yang lama"
***
Author
Pov...
"Yuki" Yuki menoleh ketika ada yang memanggil
namanya.
"Mayu-kun, doustano?" tanyanya pada pemuda bermarga
Shimazaki itu.
"Apa kau tahu dimana kakakku?" tanya Mayu langsung.
"Acchan?" Mayu mengangguk.
"Bukannya dia seharusnya ke cafe?" Mayu menggeleng.
"Dia tidak ada di cafe. Semalam dia kabur bersama
seseorang yang ku benci. Dia merebut kakakku dariku dan keluarga kami, aku
benar-benar membencinya" kata Mayu geram.
Yuki tahu betul siapa yang di maksud oleh Mayu. Paruru. Tidak
salah lagi. Mayu, pemuda itu sepertinya memiliki dendam pada adiknya sendiri.
Bahkan, pemuda itu membenci Paruru. Yuki benar-benar tidak menyangka dengan
pikiran pemuda itu.
"Siapa memangnya dia?" tanyanya pura-pura tidak
tahu.
"Apa dia salah satu adikmu?" Yuki memancing.
Damn. Yuki berhasil membuat Mayu terdiam cukup lama. Mayu
tidak habis pikir, jika Yuki bisa mengatakan hal yang benar seperti itu.
"Bukan" katanya langsung.
"Jika bukan, kenapa kau terdiam cukup lama?" Yuki
kembali membuat Mayu terdiam.
"Ti-tidak, dia bukan siapa-siapa di keluarga kami"
Mayu kembali mengelak.
Yuki menghela nafasnya sejenak. Mayu memang keras kepala
menurutnya, pemuda itu sama sekali tidak mau mengakui adiknya sendiri.
"Aku tahu ada yang kau sembunyikan dariku,
Mayu-kun" Mayu menatapnya.
"Tidak ada Yuki" Yuki kembali menghela nafasnya.
"Terserah jika kau tidak mau mengakuinya, tapi aku
mengetahui sesuatu yang tidak pernah kau ketahui Mayu-kun" balas Yuki
membuat Mayu menatapnya serius.
"Apa itu? Katakan padaku Yuki" Mayu memaksa.
"Pikirkan sendiri, kau tahu jawabannya Mayu" Yuki
tersenyum.
"Yuki, jangan bermain denganku" kata Mayu menahan
lengannya.
"Mayu. Aku sudah mengetahui semua cerita tentang
keluargamu. Sekarang ikut aku" Yuki menarik lengan pemuda itu.
Yuki membawa Mayu masuk ke dalam sebuah ruangan. Ruangan
salah satu pasien yang Yuki rawat. Disana ada seseorang yang tengah duduk di
kursi roda. Dan di belakangnya ada seseorang yang setia mendorong kursi
rodanya.
"Lihat kaki orang itu. Buntung kan?" Mayu
mengangguk.
"Apa kau tahu dia itu siapa?" Mayu menggeleng.
"Namanya Oshima Ryoka. Gadis itu dari lahir kedua
kakinya buntung, pikirannya seperti anak kecil. Dan kau tahu, keluarganya tidak
pernah malu mempunyai anak seperti dirinya. Mereka menyayangi Ryoka" kata
Yuki lagi.
Mayu masih diam di tempatnya. Ia mengingat Haruka, seketika.
Dibanding dengan gadis itu, Haruka masih bisa berjalan. Namun bila di lihat
dari kehidupan, gadis bernama Ryoka itu sepertinya lebih beruntung daripada
adiknya.
"Kau tahu, dari kecil Ryoka tidak pernah sekolah dan dia
selalu berada disini, keluar masuk dari dari rumah sakit, lebih tepatnya"
kata Yuki lagi.
"Perhatikan, bila dibanding dengan adikmu Haruka, adikmu
masih beruntung Mayu" Yuki menatap tajam pemuda itu.
"Pikir sekarang, apa kau masih tega tidak menganggap
adikmu sama sekali?" Mayu menatap balik gadis itu.
"Apa kau tidak pernah sadar, jika adikmu
menderita?" Mayu masih terdiam.
"Apa kau masih tidak pernah berfikir, jika adikmu
membutuhkan kasih sayang?" Yuki kembali berkata.
"Apa kau masih ingin membiarkan adikmu yang malang itu
ketakutan?"
"Dia kesakitan" Yuki kembali berkata.
"Dia membutuhkan keluarganya" Mayu mengepalkan
kedua tangannya.
"Dia membutuhkan sosok yang harus menyemangatinya"
Yuki kembali menekan ucapannya.
"Apa kau tidak pernah sadar itu, Mayu?" kedua mata
pemuda itu memerah.
"Dimana hati nuranimu sebagai seorang kakak?" Yuki
bertanya.
"Kenapa kau hanya diam seperti itu? Apa kau malu
mengakui Haruka?" Mayu menatap gadis itu dengan mata memerah.
"Darimana kau tahu tentang Haruka?" tanya Mayu.
"Itu tidak penting. Yang terpenting, jawab pertanyaanku.
Apa kau tega menyiksa adikmu sendiri?" tanya Yuki.
"Jangan pernah mencoba mengalihkan topik Mayu" Yuki
kembali menatap gadis bernama Ryoka itu.
"Kau tidak menjawabnya lagi" kata Yuki yang sama
sekali tidak mendengar suara Mayu.
"Berarti kau memang tidak memiliki hati nurani sama
sekali" kata Yuki.
"Aku sama sekali tidak percaya bisa mempunyai seorang
teman sepertimu" kata Yuki lagi.
Yuki melangkah ke arah gadis itu. Gadis itu yang sadar,
segera menolehkan pandangannya ke arah Yuki. Ryoka tersenyum menyapa gadis itu.
"Sensei" kata gadis itu. Nadanya seperti anak
kecil.
"Domou, Ryoka. Apa kabarmu?" Yuki bertanya dengan
ramah.
"Baik sensei"
Sementara Yuki mengobrol dengan gadis itu. Mayu hanya
memperhatikan mereka. Entah kenapa, kedua matanya memerah dan mengeluarkan
air.
***
Disisi
lain, di rumah Yuki. Paruru tengah belajar bersama Jun dan Rena.
Perkembangannya sedikit demi sedikit meningkat. Jun juga berkata, tidak akan
lama lagi Paruru pasti bisa berbicara dengan lancar.
"Tuan, kira-kira nona kapan sembuh?" tanya Rena
pada Jun.
"Jika dia sering berlatih, pasti tidak akan lama lagi
dia akan sembuh" Rena mengangguk mengerti.
"Banyak berlatih nona" Paruru mengangguk.
"Oh iya, kemana kakakmu dari tadi aku tidak
melihatnya" kata Jun bertanya.
"Nee-chan, se-se-dang be-ber-te-mu de-de-ngan K-Kai
nii-chan" Jun mengangguk mengerti.
Tok.... Tok....
"Biar aku yang membukanya nona" Paru mengangguk.
"Nee.... Paru, obat yang ku berikan tadi jangan lupa kau
minum ya?" Paruru mengangguk.
"Paru" mereka menoleh.
"Y-Yui-kun" kata Paruru tersenyum.
"Bagaimana tadi? Sudah ada perkembangan?" tanya
Yui.
"Hai. Aku yakin, tidak akan lama lagi dia pasti sembuh
Yui" Yui tersenyum membalas ucapan Jun.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya"
"Ini makanan untukmu, Paru" kata Yui menyodorkan
bungkusan di tangannya kepada Paruru.
"A-a-ri-ga-tou" Yui mengangguk.
***
Mayu
masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa kecewa sekarang ini. Kata-kata Yuki masih
terngiang jelas di kepalanya. Dia merasa ada sesuatu di dalam hatinya yang
tersentuh dengan ucapan Yuki tadi.
"Apa selama ini aku salah?" tanyanya.
"Tapi, ayah dan ibu yang menyuruhku dan aku juga benci
dengannya" katanya lagi.
"Tuhan, hatiku sangat sakit sekarang" dia mengakui
hatinya yang sekarang sangat sakit.
"Haruka" lirihnya.
Adik yang selama ini ia benci. Bahkan ia juga selalu mengejek
Haruka, menghina Haruka dan juga membuat Haruka menderita. Sama sekali ia tidak
bisa di sebut seorang kakak.
"Aku..."
"Arghh... sial" ia berteriak frustasi.
To Be Continue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar