Rabu, 06 April 2016

Star Boy (Chapter 08)

Title : Star Boy Chapter 08
Author : Rena Anisa Azahra ~ Rena-chan
Genre : Gender-Bender, Fantasi, Love

Main Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
Support Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Yamamoto Sayaka
  • Shimazaki Haruka
  • And Others....
Happy Reading All.....





~---0---~




Setelah sampai di kelas. Paruru dan Rena duduk di bangku masing-masing. Rena menoleh melihat Paruru yang diam sambil membaca buku di tangannya.

"Paru" panggilnya membuat gadis itu menoleh .
"Doustano Rena-chan?" tanya Paruru.
"Bagaimana sesimu semalam dengan pangeran Yui?" itu membuat semburat merah di pipi Paruru.
"Kau ini, Rena. Jahil sekali bertanya seperti itu" kata Paruru dan Rena tersenyum membalasnya.
"Kenapa kau menutupi lehermu, apa ada kissmark disana?" tanya Rena lagi dengan jahil.
"Diam. Nanti ada yang mendengarnya. Iya dia memang melakukan itu denganku" Rena tersenyum mendengarnya.
"Sudah ku duga" kata Rena membuat Paruru semakin memerah.
"Kau ini" balas Paruru singkat.

Ketika istirahat. Rena dan paruru keluar bersama, dan mereka berhenti di lapangan basket menatap dua pemuda yang mereka cintai.
Mereka kembali melangkah dan duduk di dekat lapangan basket. Menatap dua pemuda itu yang masih asyik dengan permainan bola besar itu. Dan setelah selesai, dua pemuda itu menghampiri mereka.

"Paru" Paruru tersenyum membalasnya.
"Yuu-kun" balasnya dan kemudian menyuruh pemuda itu duduk di sampingnya.
"Lehermu masih memerah ya?" Paruru mengangguk membalasnya.
"Maaf ya, aku terlalu agresif denganmu" Paruru mengangguk.
"Daijoubu, tidak masalah Yuu-kun" Yui tersenyum dan mengecup pipi gadis itu sekilas.

Mereka menikmati momen itu, tanpa memikirkan masalah yang akan datang kepada mereka. Pertempuran yang mungkin akan terjadi antara mereka. Dan entah kapan itu akan terjadi.

***

"Jun, kau menginap di rumahku saja malam ini, ne?" Jun mengangguk membalasnya.
"Aku boleh menginap disini juga?" tanya Rena pada Yui.
"Tentu saja. Memang di rumahmu tidak ada orang?" Yui membalasnya dengan bertanya.
"Kau tahu sendiri aku tinggal sendiri di rumah, Yui" Rena menghempas ke kursi sofa.
"Gomen, aku lupa" Rena mengangguk dan tersenyum.
"Kalian belum nikah, jadi jangan melakukan hal itu sekarang ya?" kata Yui mengingatkan.
"Tenanglah nii-chan, kami ini anak baik-baik, kita tidak akan berbuat seperti itu" Yui tersenyum mendengarnya.
"Baik aku dan Paruru duluan" mereka hanya mengangguk.

Paruru mengikuti Yui dari belakang. Mereka masuk ke dalam kamar mereka dan kemudian duduk di kamar mereka. Kemudian mereka saling menatap satu sama lain.

"Paru" panggil Yui setelah terjadi keheningan di antara mereka.
"Iya, ada apa?" tanya Paruru.
"Kau mau kan, melakukan hal semalam lagi?" tanya Yui tersenyum.
"Kau benar-benar nakal" Yui tersenyum mendengarnya.
"Jika kau tidak mau, tidak apa-apa. Kemarilah, aku ingin sekali memelukmu istriku" Paruru mengangguk.

Ia mendekatkan dirinya, dan memeluk tubuh pemuda itu. Yui mengelu kepala gadis itu dengan lembut. Dan kemudian ia membimbing gadis itu untuk terbaring di kamar mereka. Dan mereka masih tetap mempertahankan posisi mereka yang masih dalam keadaan berpelukan, hingga akhirnya mereka benar-benar terlelap tidur.

"Jadi, Yui sudah menikah dengan Paruru" kata seorang di balik jendela yang melihat Paruru dan Yui dalam satu ranjang.
"Sial, ternyata Yui mendahului. Pangeran langit itu sudah menikah dengan Paruru dan itu artinya istana langit akan menjadi istana yang kuat" orang itu pergi begitu saja.

***

"Aku merasakan sesuatu Rena" kata Jun.
"Ada apa?" tanya Rena tidak mengerti.
"Ada tamu yang tidak di undang" kata Jun membalas.
"Dimana dia?" tanya Rena.

Jun tidak membalas, ia bangkit diikuti oleh Rena. Rena menghilang, ketika Jun juga menghilang. Mereka muncul di luar rumah dan melihat seorang pemuda yang baru saja mendarat di tanah dan hendak akan pergi. Jun benar, ada tamu yang tidak di undang masuk ke halaman rumah Yui.

"Mogi" teriak Rena dan pemuda itu segera menoleh.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Rena menatap tajam pemuda itu.
"Sial, aku ketahuan" lirih Mogi.
"Rena, sebaiknya kau kembali ke dalam ada yang masuk ke dalam rumah" Rena mengangguk dan menghilang kembali.
"Mogi, kau berurusan denganku karena kau sudah berani masuk ke halaman rumah kakakku" kata Jun.

***

Rena yang kembali masuk ke dalam rumah, menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri. Tak lama ia mendengar sesuatu dari atas, segera saja ia melangkah ke arah atas dengan cepat, secepat kilat. Ia melihat seorang gadis yang mencoba masuk ke dalam kamar Yui.

"Yuka" gadis itu segera menoleh.
"Rena" Yuka menatap sinis gadis bermarga Matsui itu.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Rena.
"Untuk mengambil senjata milik Paruru" Yuka tersenyum sinis.
"Jangan harap, aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal itu" balas Rena.
"Cih... aku akan membunuhmu Matsui Rena" kata Yuka geram.
"Aku akan melayanimu, jika itu yang kau mau" Yuka menatap kesal gadis itu.

Didalam kamar, Yui dan Paruru yang mendengar keributan di kamar mereka terbangun. Mereka kemudian bangun dan menatap satu sama lain.

"Ada apa Yuu-kun?" tanya Paruru bingung.
"Ada perkelahian di luar, kita harus keluar sekarang" Paruru mengangguk.

Mereka turun dari kamar, dan kemudia berjalan dan membuka pintu. Mereka menemukan Rena dan Yuka yang tengah bertarung dan jual beli serangan.

"Ternyata kau mempunyai kekuatan juga, Rena" kata Yuka.
"Iya aku mempunyai memang, dan aku tidak akan membiarkanmu melakukan apa yang kau mau itu, Yuka" Rena kembali menyerang gadis itu.

Disamping itu, Yui dan Paruru masih diam dan melihat dua gadis itu yang melakukan serangan. Mereka juga bertanya-tanya kenapa gadis bernama Yuka itu bisa masuk ke dalam rumah mereka dan sekarang gadis itu justruh bertarung dengan Rena.
"Kemana Jun, kenapa dia tidak disini?" tanya Paruru.
Yui tersadar, jika Jun tidak ada. Dia memejamkan matanya dan melacak keberadaan adiknya. Ia membuka matanya ketika ia tahu dimana adiknya sekarang.

"Paru, kau bantu Rena ya? Aku akan membantu Jun, dia berhadapan dengan Mogi" Paruru mengangguk.
"Hati-hati Yuu-kun" Yui mengangguk dan segera menghilang.

Paruru kembali menolehkan pandangannya ke arah dua gadis yang masih asyik bertarung itu. Ia mengangkat tangannya di dada membentuknya melingkar. Tak lama, cahaya datang dan kemudian cahaya itu menghilang memperlihatkan tongkat bulat di tangannya.

"Rena" mereka menoleh melihat Paruru yang sekarang melangkah ke arah mereka.
"Paruru, serahkan tongkat itu kepadaku" kata Yuka menatapnya tajam.
"Ambil sendiri, jika kau bisa Yuka" kata Paruru menantang.
"Kurang ajar" umpat gadis itu.

Paruru segera menggunakan tongkat itu melawan untuk melawan Yuka, dan tak lama Yuka terpental akibat tongkat itu. Dan membuatnya harus memegangi dadanya yang kesakitan akibat tongkat putri bulan yang menjadi milik Paruru itu.

"Ternyata benar dugaan Sayaka, tongkat itu memang sangat kuat" gumam gadis itu.
"Sebenarnya tongkat apa itu? Aku harus bisa mengambilnya" gumamnya lagi.

***

Diluar sana, Yui datang dan segera mengeluarkan kekutannya dari kedua tangannya untuk membantu Jun yang masih bertarung dengan Mogi.

"Nii-chan" kata Jun.
"Ada Yuka didalam, tapi Rena dan Paruru yang mengurusnya" kata Yui langsung memberi tahu.
"Sudah ku duga, dia datang tidak sendiri melainkan bersama temannya" Yui mengangguk.
"Iya, kau memang benar Jun" balas sang kakak kemudian.

Dengan dorongan kekuatan dari Yui, Jun bisa membuat pemuda bermarga Shinobu itu mental dan memegang dadanya yang kesakitan.

"Cih... aku akan mati jika aku menyerang mereka sendiri, lebih baik aku ke dalam dan membawa Yuka pergi" kata Mogi dan setelah itu dia menghilang.
"Kemana dia?" tanya Jun.
"Ke dalam, kita harus menyusulnya" Jun mengangguk dan kemudian mereka juga menghilang.

Disana mereka hanya melihat Rena dan Paruru. Mereka mendekat ke arah dua gadis itu dan sejenak mereka juga melihat kearah kanan, kiri, depan dan belakang. Memastikan Mogi dan Yuka masih ada disana atau tidak.

"Kemana mereka?" tanya Yui kepada dua gadis itu.
"Mogi datang dan dengan cepat membawa Yuka yang kesakitan" balas Rena.
"Kalian tidak apa-apa?" tanya Jun dan membuat kedua gadis itu menggeleng membalas pertanyaannya.
"Kami baik-baik saja, kau tenang saja" Jun tersenyum.
"Ya sudah, sebaiknya kita istirahat" kata Yui menenangahi.
"Baik nii-chan" Jun membalas.

***

Yuka dan Mogi sampai di rumah Sayaka. Yuka yang memang masih kesakitan, memilih duduk di kursi sofa dan tak lama sang pemilik rumah datang menghampiri dua insan itu.

"Kenapa Yuka?" tanya Sayaka langsung.
"Dia terluka oleh tongkat milik Paruru" kata Mogi membalas.
"Tongkat itu benar-benar luar biasa hebat, sebenarnya tongkat apa itu?" tanya Yuka.
"Mungkin tongkat putri bulan. Paruru adalah titisan putri bulan" kata Sayaka menjelaskan.
"Ada benarnya juga katamu. Aku tidak menyangka dengan adanya tongkat itu, aku kira tongkat itu juga hilang semenjak kematian putri bulan" kata Yuka.
"Iya tongkat itu memang hilang. Hilang di tubuh Paruru" kata Sayaka geram.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Mogi.
"Aku akan bertanya tentang Paruru dengan 'dia'. Dia pasti tahu apa yang jarus kita lakukan" Mogi dan Yuka hanya mengangguk mendengarnya.

***

"Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu?" kata Paruru sambil mengingat mimpinya semalam.
"Itu sebuah petunjuk, cucuku" Paruru menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri. Ia mendengar suara seseorang.
"Siapa kau? Tunjukan dirimu" kata Paruru bangkit dari duduknya.
"Aku putri bulan, kau tidak akan bisa melihatku nak" kata suara misterius itu.
"Putri bulan?" kata Paruru memastikan.
"Iya. Mimpimu semalam adalah sebuah petunjuk untukmu" kata suara itu lagi.
"Beritahukan ini pada suamimu, dan dia akan tahu apa yang akan dia lakukan nantinya" kata suara itu lagi.
"Baik, terima kasih" setelah itu Paruru tidak mendengar suara itu lagi.

Ia kembali duduk dan menunggu suaminya yang tengah berada di kamar mandi. Ia menoleh ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Yui, ternyata pemuda itu sudah keluar dari kamar mandi. Dan pemuda itu hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian bawahnya.

"Yuu-kun, kenapa kau hanya memakai handuk saja?" tanya Paruru.
"Memang kenapa?" tanya Yui santai dan membuka pintu lemari.
"Kau kebiasaan" Yui hanya tersenyum membalasnya.
"Tidakkah kau malu?" tanya Paruru.
"Dengan istriku sendiri? Aku tidak malu" kata Yui membalas santai.
"Kau ini" kata Paruru mendesah.

Yui kembali memfokuskan dirinya untuk mencari pakaian. Ia mengambil salah satu pakaiannya dan memakaianya di depan Paruru. Sesekali Paruru menggerutu, melihat pemuda yang berstatus menjadi suminya itu.
Setelah selesai, mereka keluar dari kamar. Dan menemukan Jun dan Rena yang duduk di meja makan yang tengah makan bersama. Mereka bergabung dan makan bersama.

"Yuu-kun, ada yang ingin ku katakan padamu" kata Paruru.
"Doustano?" tanya Yui sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Tentang mimpiku semalam" kata Paruru lagi.
"Memang nee-chan bermimpi apa?" tanya Jun ingin tahu.

Paruru menceritakan apa yang ia lihat di mimpinya semalam. Dan yang mendengar hanya diam dan serius mendengar cerita dari Paruru.

"Lalu ada dimana senjata itu?" tanya Yui ingin tahu.
"Ada di langit yang ke-7, disana-lah letak senjata itu Yuu-kun" balas Paruru.
"Kalau begitu aku akan mengambilnya" kata Yui.
"Yuu-kun, tapi aku takut terjadi sesuatu denganmu" kata Paruru khawatir.
"Jangan khawatir aku tidak akan kenapa-napa" Yui menenangkan gadis itu.
"Kalau begitu aku akan ikut dengan nii-chan. Aku akan memastikan nii-chan baik-baik saja, nee-chan" kata Jun tersenyum.
"Baiklah, terima kasih. Kau pergi dengan Jun, ya?" Yui mengangguk.
"Kapan kiranya kita berangkat nii-chan?" tanya Jun.
"Besok, kita ke istana langit terlebih dahulu untuk meminta ijin" Jun mengangguk.

***

"Senjata apa?" tanya Sayaka pada 'dia'. Sekarang pemuda itu tengah duduk di depan Sayaka.
"Senjata berupa tombak, dan jika aku tidak salah. Tombak itu ada di langit ke tujuh" kata 'dia' membalas.
"Kau harus bisa mengambil tombak itu, Sayaka" kata pemuda itu lagi.
"Jika itu memang bisa kita manfaat-kan aku akan mengambilnya" pemuda itu tersenyum.
"Bagus. Pergilah bersama Mogi" Sayaka mengangguk.
"Aku akan ke langit itu besok" kata Sayaka tersenyum.
"Lebih cepat lebih baik" kata pemuda itu membalas.





To Be Continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar