Sabtu, 02 April 2016

May, I Love You ? (Chapter 03)

Title : May, I Love You ? Chapter 03
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman

Cast :
  • Matsui Rena
  • Matsui Jun
Support Cast :
  • Shimazaki Haruka
  • Matsui Yui
  • Furukawa Aiji

Happy Reading All.......



~---0---~



Apa yang kamu pikirkan tentang kisah cinta? Apa kau pernah terlibat dalam kisah cinta segitiga atau segiempat di kehipanmu?. Apa cinta itu bisa menjadikan orang egois? Bisa saja, dan cinta juga bisa menjadikan orang itu lemah dan kuat.
Langkah kaki panjangnya menuntunnya untuk keluar dari ruangannya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dan tertiup angin. Di taman dekat sekolah taman kanak-kanak itu, ia bisa melihat para muridnya yang bercanda tawa serta bermain, termasuk putri angkatnya. 

Bibir mungilnya tertarik berlawanan arah, ketika ia melihat putrinya yang sangat dekat dengan seorang pemuda yang sangat ia kagumi selama ini. Mereka tampak sangat cocok, cocok sekali. Seperti seorang ayah dan anak.
"Ku rasa Haruka benar-benar menyukai Jun" gumamnya tersenyum kecil.
Ditaman itu, Jun tengah bermain dengan Haruka dan adiknya. Dia sangat senang melihat adiknya yang bisa tersenyum lebar seperti itu. Walau terkadang mereka sering bertengkar, namun Jun sangat menyayangi adik bungsunya.

"Rena" gadis itu menoleh.
"Aiji-kun, kau kemari?" Aiji mengangguk.
"Sedang apa kau disini?" Rena menunjuk ke arah taman.
"Melihat anak-anak didikmu?" Rena kembali mengangguk.

Mereka saling bercerita tentang murid Rena, dan sesekali mereka tertawa. Dan tanpa mereka sadari, Jun melihat mereka. Jun mengira, jika Aiji adalah suami Rena. Ia menunduk sedih, hatinya sangat sakit melihat Rena bisa tertawa puas bersama dengan pemuda itu.
Yui? Di samping kakaknya, ia melihat wajah kakaknya yang murung. Dia menoleh, ia melihat guru cantiknya yang tengah berbicara pada seorang lelaki yang sama sekali tidak ia kenal. Walau dia masih kecil, namun dia tahu hati sang kakak. Karena, dia selalu bisa menebak isi hati sang kakak, walau hanya dari matanya sekaligus.

"Haruka, paman itu siapa?" tanya Yui menunjuk Aiji.
"Paman Furukawa Aiji, nii-chan. Dia teman mama" kata Haruka membalas.
"Sepertinya, dia akan menjadi saingan kakakku untuk memiliki hati mamamu, Haruka" kata Yui yang sangat tidak menyukai keberadaan Aiji.
"Memang apa yang akan nii-chan lakukan?" tanya Haruka.

Yui memanggil beberapa temannya, dan ia membisikkan sesuatu pada temannya itu. Tak lama, temannya mengangguk mengerti dengan apa yang di pinta oleh Yui. Haruka yang masih berdiri di dekat Yui, hanya bisa diam melihat teman Yui yang sekarang mulai bergerak ke arah Rena dan Aiji.

"Matsui sensei" Rena menoleh melihat anak-anak didiknya.
"Kita bermain ditaman ya sensei, bersama paman Jun" mereka menarik tangan Rena dan meninggalkan Aiji.
"Aishh.... kalian ini, iya kita bermain tapi jangan menarik tangan seperti ini" kata Rena tersenyum.
"Paman, kita main lagi" kata Haruka dan membuat Jun mengangguk.

Mereka bermain bersama, dan melupakan Aiji yang hanya diam mematung memperhatikan mereka. Jun hanya tersenyum senang, ketika dirinya berada didekat Rena. Walau ia pikir, perasaannya salah tapi ia sangat menyukai kedekatannya dengan Rena.
Dan Aiji, dia diam. Dalam diam, ia memandang Jun. Ia merasa jika Jun adalah saingannya untuk mendapatkan Rena. Dia merasa jika Rena juga sangat senang berada di dekat Jun. Terbukti, ketika Rena tersenyum dan sesekali mengelus kepala Jun, walau Rena juga mengelus kepala murid-murid lainnya, tapi tetap perlakuan Rena terhadap Jun membuatnya cemburu. 
"Apa dia sainganku?" gumamnya bertanya.

***

Jun terduduk dalam kondisi melamun di sofa ruang tamu rumahnya. Tangannya menopang dagu, dan matanya menerawang jauh. Melamunkan sosok seorang gadis yang sangat ia sukai. Tapi, ia merasa jika ia tidak bisa mendapatkan gadis itu.
Tanpa disadari olehnya, sang adik sudah ada didekatnya. Melihatnya melamun seperti itu. Yui hanya menggelengkan kepalanya melihat Jun seperti itu. Ia merasa kakaknya seperti putus asa.

"Rena" Yui menoleh ketika sang kakak menyebut nama seseorang yang ia kenal.
"Aku sangat mencintaimu" kata Jun lagi tanpa sadar, dan Yui tersenyum mendengarnya.
"Tapi, kenapa kau sudah mempunyai suami dan anak?" Yui melebarkan kedua matanya, ketika mendengar suara Jun kembali.

Kenapa sang kakak memikirkan seperti itu? Anak? Anak mana yang dimaksud kakaknya? Lalu suami? Suami dari mana?. Setahunya guru cantiknya itu tidak memiliki seorang suami dan anak. Kecuali Haruka, tapi Haruka itu anak angkat dari Rena, bukan anak kandung. Lalu yang di maksud kakaknya itu apa?.

"Suami? Anak, apa yang kau maksud nii-chan?" tanya Yui yang membuat Jun menolehkan pandangannya ke arah kakaknya.
"Sejak kapan kau ada disini?" tanya Jun melebarkan kedua bola matanya karena terkejut.
"Sejak tadi, dari pertama nii-chan menyebut Matsui sensei sampai anak dan suami, maksud nii-chan apa?" tanya Yui setelah menjelaskan.
"Bukankah gurumu sudah mempunyai anak dan suami?" tanya Jun balik.
"Anak dan suami yang mana, yang kau maksud?" tanya Yui bingung dan menggarukan bagian belakang kepalanya.
"Haruka dan tadi, lelaki yang datang ke sekolahanmu" kata Jun menjawab.
"Haruka itu kan anak angkat Matsui sensei" Jun melebarkan kedua bola matanya lagi.
"Honto? Tahu dari mana kau?" tanya Jun lagi.
"Matsui sensei sendiri yang bilang kepadaku, ketika Haruka pertama kali di ajak ke sekolahku" balas Yui lagi.
"Lalu siapa laki-laki itu?" tanya Jun lagi.
"Itu teman dari Matsui sensei, namanya Furukawa Aiji" kata Yui lagi membalas.
"Dari mana kau tahu?" tanya Jun bingung.
"Dari Haruka" kata Yui lagi membalas.

Kesempatan. Pikirannya itu terlintas di benak Jun. Kesempatan untuk mendapatkan hati Rena, sebelum Rena ada yang memilikinya. Ia benar-benar sangat senang mendengar pengakuan Yui, jika Rena belum mempunyai seorang suami dan anak. Haruka, gadis kecil itu adalah anak angkat dari Rena. Bukan anak kandung.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Senyumanmu membuatku takut" kata Yui memasang wajah takutnya.
"Gomen, aku terlalu senang hehe..." kata Jun membalas.
"Kau senang, tapi tidak seperti itu. Senyumanmu seperti orang idiot" kata Yui lagi membalas.
"Ah... kau ini, masih kecil juga" kata Jun menggerutu.
"Aku memang masih kecil, tapi kau jangan pernah meremehkanku" balas Yui ketus.
"Ya iya, terserah kau saja" kata Jun memutar kedua bola matanya.

***

Berhari-hari di sekolah, Jun selalu mengantar dan menunggu Yui di sekolahnya. Dan Aiji, juga melakukan hal yang sama. Dia memang tidak memiliki adik atau saudara yang sekolah di sekolah itu. Namun, ia hanya bermaksud mengunjungi Rena.
Bukan hanya Jun yang kesal karena ada gangguan disaat ia ingin sekali mendapatkan hati Rena, namun Yui juga sama kesalnya dengan kedatangan pemuda itu. Ia merasa tidak suka dengan kedatangan orang yang ia anggap asing itu.

Dan itu juga terjadi pada Haruka. Awalnya Haruka menyukai Aiji, namun seiring berjalannya waktu ia justruh tidak menyukai keberadaan pemuda itu. Alasannya?. 
Singkat cerita, ia sangat ingin sang mama bisa dekat dengan Jun. Namun, pemuda itu selalu saja melakukan segala cara agar bisa dekat dengan ibu angkatnya, dan sering sekali ia melihat tatapan mata pemuda itu yang menatap Jun tidak suka. Ia merasa tatapan itu membuatnya sangat risih.

Dan setiap kali di sekolah, Aiji selalu mendapat kejutan. Bukan kejutan juga sebenarnya, melainkan seperti sebuah hukuman. Ia selalu di kerjai oleh para murid Rena, dari awalnya merasa menyiram air ke tubuh pemuda itu, sampai mengerjai mobilnya, dan pernah sesekali Yui juga mencorat-coret kaca jendela mobil, yang membuat Aiji sangat kesal. Namun, beruntung ia tidak mendapat hukuman dari guru, karena tidak ada yang tahu jika itu adalah kerjaannya dan temannya. Usianya memang masih sangat kecil, namun kecerdikan otaknya sepertinya mampu mengalahkan orang dewasa. Masih sepertinya ya?. Ok... skip.

Seperti hari ini. Ketika istirahat tiba, pasti Aiji datang dan seperti biasa bertemu dengan Rena. Rena menyambutnya, tapi tidak dengan Haruka. Bibir gadis mengerucut, karena kedatangan Aiji. Dan itu tidak membuatnya suka.

"Sayang, kau kenapa?" tanya Rena menyadari sikap putri angkatnya.
"Mama, Haruka ingin kesana" rengek Haruka menunjuk dimana Yui berada di taman.
"Ya sudah Haruka kesana ya" kata Rena.
"Sama mama, Haruka tidak ingin sendiri" rengek Haruka.
"Sayang, kau lihat disini ada paman Aiji" kata Rena mengingatkan.
"Mama... jadi mama lebih mementingkan paman Aiji daripada Haruka, mama jahat" kata Haruka dan setelah itu, dia menangis.
"Sayang, jangan menangis nak. Ya.. iya, sekarang kita kesana ya?" kata Rena menenangkan putri kecilnya.
"Maaf Aiji, aku harus kesana terlebih dahulu ya? Sepertinya Haruka, tidak ingin ku tinggal" Aiji hanya mengangguk.

Setelah itu, Rena berjalan ke arah taman. Sambil menenangkan putri kecilnya yang masih menangis dalam gendongannya. Ia merasa bersalah, karena telah membuat Haruka menangis.

"Nah.... kita bermain ya, disini?" Haruka mengangguk.
"Sudah jangan menangis, mama tidak ingin melihat anak mama menangis seperti ini" Haruka kembali mengangguk.
"Haruka, kenapa sensei?" tanya Yui mendekati mereka.
"Tidak ada apa-apa, Haruka hanya menangis" kata Rena tersenyum.
"Kenapa tuan putri menangis?" kata Jun bertanya dan menatap Haruka tersenyum.
"Tadi paman, mama hampir tidak mau menuruti kemauan Haruka" balas Haruka mengerucutkan bibirnya.
"Mungkin mama tidak bermaksud seperti itu, kau jangan menangis mama sangat menyayangi Haruka, ne mama Rena?" Rena tersenyum dan mengangguk.
"Lihat, mama mengangguk jadi mama sangat menyayangi Haruka, Haruka tenang saja ya?" Haruka tersenyum dan mengangguk.
"Paman sangat baik, boleh Haruka memanggil paman papa?" Jun melirik gadis yang berada di sebelah Haruka. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk.
"Baik, Haruka boleh memanggil papa, mulai sekarang" kata Jun tersenyum.
"Arigatou papa" Jun mengangguk.

***

Aiji mendecak sebal, setelah mengetahui mobilnya yang berubah menjadi sangat buruk. Lagi-lagi ia di kerjai, dan itu membuatnya sangat kesal. 

"Lagi-lagi. Sebenarnya siapa yang mengerjaiku?" gumamnya sebal.
"Paman?" dia menoleh melihat Yui yang tersenyum kearahnya.
"Paman kenapa? Eh? Mobilnya kenapa paman?" tanya Yui tersenyum. Karena ia tahu persis apa yang terjadi pada mobil Aiji.
"Sepertinya ada yang mengerjai mobil, paman" kata Aiji dengan kesal.
"Lalu paman, tidak bisa pulang?" tanya Yui lagi.
"Bisa saja, karena ban mobilnya tidak kenapa-napa. Hanya saja kaca jendela mobil, paman saja yang sepertinya buruk" kata Aiji lagi membalas.
"Daripada paman tidak bisa pulang sama sekali?" kata Yui lagi.
"Kau benar juga" balas Aiji sekilas.
"Disini memang banyak anak-anak yang iseng paman, jika paman tidak mau terjadi sesuatu pada mobil paman, lebih baik paman jangan pernah kemari" kata Yui lagi dengan polos.
"Begitu kah?" Yui mengangguk.
"Atau jangan-jangan kau yang mengerjai paman?" Yui kembali tersenyum.
"Aku ini anak baik-baik paman, jadi paman jangan mencurigaiku. Jika paman seperti itu, bisa saja kakakku memberi pelajaran untuk paman" kata Yui lagi dengan polos.
"Memang siapa kakakmu?" tanya Aiji melipat kedua tangannya di dada.
"Paman ingin tahu?" Aiji mengangguk.
"Itu di belakang paman, itu kakakku" Aiji menoleh dan melihat Jun.
"Apa yang akan kau lakukan pada adikku?" tanya Jun. Sepertinya dia sudah mendengar pembicaraan mereka, bersama Rena dan Haruka disampingnya.
"Aiji, Yui itu masih anak-anak, mana mungkin dia yang melakukannya" kata Rena melihatnya.
"Aku.... aku... aku... hanya sedang bercanda dengannya" kata Aiji tersenyum gugup.
"Jika paman bercanda, kenapa paman melihatku dengan tajam tadi?" tanya Yui. Kemudian ia melangkah dan berhenti disamping sang kakak.
"Tidak, itu hanya sedang bercanda anak manis" kata Aiji.
"Begitu ya? Tapi, paman menakutkan" kata Yui membalas.
"Aiji, tidak baik kau bercanda seperti itu dengan Yui. Bagaimana jika Yui menganggapnya benar, dan dia ketakutan, justruh dia akan melaporkanmu, nantinya" kata Rena panjang lebar.
"Gomen" katanya singkat.
"Sudahlah. Yui, sekarang kita pulang ya?" Yui mengangguk.
"Matsui sensei, Yui pulang dulu ya?" Rena mengangguk.
"Hati-hati ya sayang, kau juga Jun" kata Rena.
"Hai" balas pemuda itu singkat.

***

Rena Pov...

Hari minggu. Biasanya jika hari ini, aku hanya diam di rumah. Tapi, tidak untuk hari ini. Aku akan mengajak Haruka jalan-jalan. Kasihan dia, selalu di rumah tanpa adanya jalan-jalan dan aku yakin itu sangat membosankan untuknya.

Disaat aku mengajaknya ke taman, justruh dia berlari dan bermain sendiri. Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya. Dan setelah ini, aku akan membawanya ke mall. Membeli baju untuknya. Dan pastinya dia sangat senang.
"Sayang, jangan berlari lagi nanti kau akan jatuh" dia hanya mengangguk.
Melihatnya tersenyum seperti itu, membuatku sangat senang. Tapi, jika mengingat kejadian kemarin. Aku masih merasa bersalah, karena sudah membuatnya menangis. Dan itu pertama kalinya, ia menangis karena aku.

"Rena" aku menoleh.
"Aiji" dia tersenyum dan duduk di sebelahku.
"Kenapa kau bisa disini?" tanyanya kemudian.
"Mengajak putriku bermain disini" balasku padanya.
"Rena-chan" aku menoleh.
"Jun-kun, kau kemari?" dia mengangguk. Disampingnya ada adiknya.
"Matsui sensei" aku tersenyum membalasnya.
"Sayang, itu Haruka" dia menoleh melihat Haruka.
"Aku bersama Haruka ya, sensei" aku mengangguk.

Setelah kepergian Yui, ku lihat Jun langsung duduk di sebelah kiriku. Ah... kenapa aku berada di posisi tengah seperti ini?. Aku sangat senang karena ada Jun, tapi sayangnya ada Aiji disini. Hah... aku menghela nafas.

"Kau kenapa Rena?" aku menoleh melihat mereka secara bergantian. Kenapa mereka bisa bertanya secara bersamaan?.
"Ah... Iie, aku tidak apa-apa" balasku pada mereka.
"Kau sakit?" mereka? Kenapa mereka bisa kompak seperti ini?.
"Tidak, aku tidak sakit" balasku lagi.

Aku tahu jika Aiji, memperhatikanku karena dia sangat suka denganku. Karena dia pernah mengatakan cintanya, namun ku tolak. Tapi, jika Jun?. Apa mungkin, dia juga menyukaiku. Jika itu benar, pastinya aku akan memilihnya.
Jika dengan Jun, aku memang lebih tua darinya. Tapi, jika dengan Aiji. Aku lebih muda. Tapi, aku tidak menyukai Aiji, melainkan aku menyukai Jun. Walau aku dan dia berbeda dua tahun, tapi namanya cinta tidak pernah mengenal umur, benar bukan?.

"Jika kau sakit, lebih baik kau pulang Rena-chan" kata Jun melihatku.
"Aku tidak sakit, aku baik-baik saja" balasku dan dia tersenyum.

Senyumannya sangat manis. Ingin rasanya aku bersandar di bahunya, namun aku merasa tidak enak dengan Aiji. Dan belum tentu juga, jika Jun mau menjadi tempat bersandarku.
Aku tersentak ketika Jun memegang tangan kiriku. Aku melihatnya yang tersenyum kepadaku. Apa benar jika dia menyukaiku?. Perlakuannya benar-benar membuat jantungku ingin lepas saja. Dia berhasil membuatku salah tingkah.

Dan kali ini, Aiji justruh memegang tangan kananku. Hah... kenapa dua pemuda ini, bisa memperlakukanku seperti ini?. Mereka sama-sama memegang tanganku dengan lembut. Dan juga Jun melakukannya tanpa sepengetahuan Aiji, begitu juga sebaliknya.
Ku rasa, aku harus melakukan ini. Aku melepas pegangan Aiji dengan pelan. Aku melihatnya. Wajahnya tampak sangat kecewa. Aku menggeleng membalasnya. Aku tahu, dia maksud dengan isyarat yang ku berikan padanya.

Dan sekarang, aku membalas pegangan Jun. Dia mengelus tanganku pelan, dan aku juga membalasnya. Dan tentu saja tanpa sepengetahuan Aiji. Cinta itu memang tidak bisa dipaksakan, aku mencintai Jun, bukan mencintai Aiji.



To Be Continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar