Title : May, I Love You ? Chapter 03
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman
Cast :
- Matsui Rena
- Matsui Jun
Support Cast :
- Shimazaki Haruka
- Matsui Yui
- Furukawa Aiji
Happy Reading All.......
~---0---~
Apa yang kamu pikirkan tentang kisah cinta? Apa kau
pernah terlibat dalam kisah cinta segitiga atau segiempat di kehipanmu?. Apa
cinta itu bisa menjadikan orang egois? Bisa saja, dan cinta juga bisa
menjadikan orang itu lemah dan kuat.
Langkah kaki panjangnya
menuntunnya untuk keluar dari ruangannya. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai
dan tertiup angin. Di taman dekat sekolah taman kanak-kanak itu, ia bisa
melihat para muridnya yang bercanda tawa serta bermain, termasuk putri angkatnya.
Bibir mungilnya tertarik
berlawanan arah, ketika ia melihat putrinya yang sangat dekat dengan seorang
pemuda yang sangat ia kagumi selama ini. Mereka tampak sangat cocok, cocok
sekali. Seperti seorang ayah dan anak.
"Ku rasa Haruka benar-benar
menyukai Jun" gumamnya tersenyum kecil.
Ditaman itu, Jun tengah bermain
dengan Haruka dan adiknya. Dia sangat senang melihat adiknya yang bisa
tersenyum lebar seperti itu. Walau terkadang mereka sering bertengkar, namun
Jun sangat menyayangi adik bungsunya.
"Rena" gadis itu
menoleh.
"Aiji-kun, kau kemari?"
Aiji mengangguk.
"Sedang apa kau
disini?" Rena menunjuk ke arah taman.
"Melihat anak-anak
didikmu?" Rena kembali mengangguk.
Mereka saling bercerita tentang
murid Rena, dan sesekali mereka tertawa. Dan tanpa mereka sadari, Jun melihat
mereka. Jun mengira, jika Aiji adalah suami Rena. Ia menunduk sedih, hatinya
sangat sakit melihat Rena bisa tertawa puas bersama dengan pemuda itu.
Yui? Di samping kakaknya, ia
melihat wajah kakaknya yang murung. Dia menoleh, ia melihat guru cantiknya yang
tengah berbicara pada seorang lelaki yang sama sekali tidak ia kenal. Walau dia
masih kecil, namun dia tahu hati sang kakak. Karena, dia selalu bisa menebak
isi hati sang kakak, walau hanya dari matanya sekaligus.
"Haruka, paman itu
siapa?" tanya Yui menunjuk Aiji.
"Paman Furukawa Aiji,
nii-chan. Dia teman mama" kata Haruka membalas.
"Sepertinya, dia akan
menjadi saingan kakakku untuk memiliki hati mamamu, Haruka" kata Yui yang
sangat tidak menyukai keberadaan Aiji.
"Memang apa yang akan
nii-chan lakukan?" tanya Haruka.
Yui memanggil beberapa temannya,
dan ia membisikkan sesuatu pada temannya itu. Tak lama, temannya mengangguk
mengerti dengan apa yang di pinta oleh Yui. Haruka yang masih berdiri di dekat
Yui, hanya bisa diam melihat teman Yui yang sekarang mulai bergerak ke arah
Rena dan Aiji.
"Matsui sensei" Rena
menoleh melihat anak-anak didiknya.
"Kita bermain ditaman ya
sensei, bersama paman Jun" mereka menarik tangan Rena dan meninggalkan
Aiji.
"Aishh.... kalian ini, iya
kita bermain tapi jangan menarik tangan seperti ini" kata Rena tersenyum.
"Paman, kita main lagi"
kata Haruka dan membuat Jun mengangguk.
Mereka bermain bersama, dan
melupakan Aiji yang hanya diam mematung memperhatikan mereka. Jun hanya
tersenyum senang, ketika dirinya berada didekat Rena. Walau ia pikir,
perasaannya salah tapi ia sangat menyukai kedekatannya dengan Rena.
Dan Aiji, dia diam. Dalam diam,
ia memandang Jun. Ia merasa jika Jun adalah saingannya untuk mendapatkan Rena.
Dia merasa jika Rena juga sangat senang berada di dekat Jun. Terbukti, ketika
Rena tersenyum dan sesekali mengelus kepala Jun, walau Rena juga mengelus
kepala murid-murid lainnya, tapi tetap perlakuan Rena terhadap Jun membuatnya
cemburu.
"Apa dia sainganku?"
gumamnya bertanya.
***
Jun terduduk dalam kondisi melamun di sofa ruang tamu
rumahnya. Tangannya menopang dagu, dan matanya menerawang jauh. Melamunkan
sosok seorang gadis yang sangat ia sukai. Tapi, ia merasa jika ia tidak bisa
mendapatkan gadis itu.
Tanpa disadari olehnya, sang adik sudah ada didekatnya.
Melihatnya melamun seperti itu. Yui hanya menggelengkan kepalanya melihat Jun
seperti itu. Ia merasa kakaknya seperti putus asa.
"Rena" Yui menoleh ketika sang kakak menyebut
nama seseorang yang ia kenal.
"Aku sangat mencintaimu" kata Jun lagi tanpa
sadar, dan Yui tersenyum mendengarnya.
"Tapi, kenapa kau sudah
mempunyai suami dan anak?" Yui melebarkan kedua matanya, ketika mendengar
suara Jun kembali.
Kenapa sang kakak memikirkan
seperti itu? Anak? Anak mana yang dimaksud kakaknya? Lalu suami? Suami dari
mana?. Setahunya guru cantiknya itu tidak memiliki seorang suami dan anak.
Kecuali Haruka, tapi Haruka itu anak angkat dari Rena, bukan anak kandung. Lalu
yang di maksud kakaknya itu apa?.
"Suami? Anak, apa yang kau
maksud nii-chan?" tanya Yui yang membuat Jun menolehkan pandangannya ke
arah kakaknya.
"Sejak kapan kau ada
disini?" tanya Jun melebarkan kedua bola matanya karena terkejut.
"Sejak tadi, dari pertama
nii-chan menyebut Matsui sensei sampai anak dan suami, maksud nii-chan
apa?" tanya Yui setelah menjelaskan.
"Bukankah gurumu sudah
mempunyai anak dan suami?" tanya Jun balik.
"Anak dan suami yang mana,
yang kau maksud?" tanya Yui bingung dan menggarukan bagian belakang
kepalanya.
"Haruka dan tadi, lelaki
yang datang ke sekolahanmu" kata Jun menjawab.
"Haruka itu kan anak angkat
Matsui sensei" Jun melebarkan kedua bola matanya lagi.
"Honto? Tahu dari mana
kau?" tanya Jun lagi.
"Matsui sensei sendiri yang
bilang kepadaku, ketika Haruka pertama kali di ajak ke sekolahku" balas
Yui lagi.
"Lalu siapa laki-laki
itu?" tanya Jun lagi.
"Itu teman dari Matsui
sensei, namanya Furukawa Aiji" kata Yui lagi membalas.
"Dari mana kau tahu?"
tanya Jun bingung.
"Dari Haruka" kata Yui
lagi membalas.
Kesempatan. Pikirannya itu
terlintas di benak Jun. Kesempatan untuk mendapatkan hati Rena, sebelum Rena
ada yang memilikinya. Ia benar-benar sangat senang mendengar pengakuan Yui,
jika Rena belum mempunyai seorang suami dan anak. Haruka, gadis kecil itu
adalah anak angkat dari Rena. Bukan anak kandung.
"Kenapa kau tersenyum
seperti itu? Senyumanmu membuatku takut" kata Yui memasang wajah takutnya.
"Gomen, aku terlalu senang
hehe..." kata Jun membalas.
"Kau senang, tapi tidak
seperti itu. Senyumanmu seperti orang idiot" kata Yui lagi membalas.
"Ah... kau ini, masih kecil
juga" kata Jun menggerutu.
"Aku memang masih kecil,
tapi kau jangan pernah meremehkanku" balas Yui ketus.
"Ya iya, terserah kau
saja" kata Jun memutar kedua bola matanya.
***
Berhari-hari di sekolah, Jun selalu mengantar dan
menunggu Yui di sekolahnya. Dan Aiji, juga melakukan hal yang sama. Dia memang
tidak memiliki adik atau saudara yang sekolah di sekolah itu. Namun, ia hanya
bermaksud mengunjungi Rena.
Bukan hanya Jun yang kesal karena
ada gangguan disaat ia ingin sekali mendapatkan hati Rena, namun Yui juga sama
kesalnya dengan kedatangan pemuda itu. Ia merasa tidak suka dengan kedatangan
orang yang ia anggap asing itu.
Dan itu juga terjadi pada Haruka.
Awalnya Haruka menyukai Aiji, namun seiring berjalannya waktu ia justruh tidak
menyukai keberadaan pemuda itu. Alasannya?.
Singkat cerita, ia sangat ingin
sang mama bisa dekat dengan Jun. Namun, pemuda itu selalu saja melakukan segala
cara agar bisa dekat dengan ibu angkatnya, dan sering sekali ia melihat tatapan
mata pemuda itu yang menatap Jun tidak suka. Ia merasa tatapan itu membuatnya
sangat risih.
Dan setiap kali di sekolah, Aiji
selalu mendapat kejutan. Bukan kejutan juga sebenarnya, melainkan seperti
sebuah hukuman. Ia selalu di kerjai oleh para murid Rena, dari awalnya merasa
menyiram air ke tubuh pemuda itu, sampai mengerjai mobilnya, dan pernah sesekali
Yui juga mencorat-coret kaca jendela mobil, yang membuat Aiji sangat kesal.
Namun, beruntung ia tidak mendapat hukuman dari guru, karena tidak ada yang
tahu jika itu adalah kerjaannya dan temannya. Usianya memang masih sangat
kecil, namun kecerdikan otaknya sepertinya mampu mengalahkan orang dewasa.
Masih sepertinya ya?. Ok... skip.
Seperti hari ini. Ketika
istirahat tiba, pasti Aiji datang dan seperti biasa bertemu dengan Rena. Rena
menyambutnya, tapi tidak dengan Haruka. Bibir gadis mengerucut, karena
kedatangan Aiji. Dan itu tidak membuatnya suka.
"Sayang, kau kenapa?"
tanya Rena menyadari sikap putri angkatnya.
"Mama, Haruka ingin
kesana" rengek Haruka menunjuk dimana Yui berada di taman.
"Ya sudah Haruka kesana
ya" kata Rena.
"Sama mama, Haruka tidak
ingin sendiri" rengek Haruka.
"Sayang, kau lihat disini
ada paman Aiji" kata Rena mengingatkan.
"Mama... jadi mama lebih
mementingkan paman Aiji daripada Haruka, mama jahat" kata Haruka dan
setelah itu, dia menangis.
"Sayang, jangan menangis
nak. Ya.. iya, sekarang kita kesana ya?" kata Rena menenangkan putri
kecilnya.
"Maaf Aiji, aku harus kesana
terlebih dahulu ya? Sepertinya Haruka, tidak ingin ku tinggal" Aiji hanya
mengangguk.
Setelah itu, Rena berjalan ke
arah taman. Sambil menenangkan putri kecilnya yang masih menangis dalam
gendongannya. Ia merasa bersalah, karena telah membuat Haruka menangis.
"Nah.... kita bermain ya,
disini?" Haruka mengangguk.
"Sudah jangan menangis, mama
tidak ingin melihat anak mama menangis seperti ini" Haruka kembali mengangguk.
"Haruka, kenapa
sensei?" tanya Yui mendekati mereka.
"Tidak ada apa-apa, Haruka
hanya menangis" kata Rena tersenyum.
"Kenapa tuan putri
menangis?" kata Jun bertanya dan menatap Haruka tersenyum.
"Tadi paman, mama hampir
tidak mau menuruti kemauan Haruka" balas Haruka mengerucutkan bibirnya.
"Mungkin mama tidak
bermaksud seperti itu, kau jangan menangis mama sangat menyayangi Haruka, ne
mama Rena?" Rena tersenyum dan mengangguk.
"Lihat, mama mengangguk jadi
mama sangat menyayangi Haruka, Haruka tenang saja ya?" Haruka tersenyum
dan mengangguk.
"Paman sangat baik, boleh
Haruka memanggil paman papa?" Jun melirik gadis yang berada di sebelah
Haruka. Gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk.
"Baik, Haruka boleh
memanggil papa, mulai sekarang" kata Jun tersenyum.
"Arigatou papa" Jun
mengangguk.
***
Aiji mendecak sebal, setelah mengetahui mobilnya yang
berubah menjadi sangat buruk. Lagi-lagi ia di kerjai, dan itu membuatnya sangat
kesal.
"Lagi-lagi. Sebenarnya siapa
yang mengerjaiku?" gumamnya sebal.
"Paman?" dia menoleh
melihat Yui yang tersenyum kearahnya.
"Paman kenapa? Eh? Mobilnya
kenapa paman?" tanya Yui tersenyum. Karena ia tahu persis apa yang terjadi
pada mobil Aiji.
"Sepertinya ada yang
mengerjai mobil, paman" kata Aiji dengan kesal.
"Lalu paman, tidak bisa
pulang?" tanya Yui lagi.
"Bisa saja, karena ban
mobilnya tidak kenapa-napa. Hanya saja kaca jendela mobil, paman saja yang
sepertinya buruk" kata Aiji lagi membalas.
"Daripada paman tidak bisa
pulang sama sekali?" kata Yui lagi.
"Kau benar juga" balas
Aiji sekilas.
"Disini memang banyak
anak-anak yang iseng paman, jika paman tidak mau terjadi sesuatu pada mobil
paman, lebih baik paman jangan pernah kemari" kata Yui lagi dengan polos.
"Begitu kah?" Yui
mengangguk.
"Atau jangan-jangan kau yang
mengerjai paman?" Yui kembali tersenyum.
"Aku ini anak baik-baik
paman, jadi paman jangan mencurigaiku. Jika paman seperti itu, bisa saja
kakakku memberi pelajaran untuk paman" kata Yui lagi dengan polos.
"Memang siapa kakakmu?"
tanya Aiji melipat kedua tangannya di dada.
"Paman ingin tahu?"
Aiji mengangguk.
"Itu di belakang paman, itu
kakakku" Aiji menoleh dan melihat Jun.
"Apa yang akan kau lakukan
pada adikku?" tanya Jun. Sepertinya dia sudah mendengar pembicaraan
mereka, bersama Rena dan Haruka disampingnya.
"Aiji, Yui itu masih
anak-anak, mana mungkin dia yang melakukannya" kata Rena melihatnya.
"Aku.... aku... aku... hanya
sedang bercanda dengannya" kata Aiji tersenyum gugup.
"Jika paman bercanda, kenapa
paman melihatku dengan tajam tadi?" tanya Yui. Kemudian ia melangkah dan
berhenti disamping sang kakak.
"Tidak, itu hanya sedang
bercanda anak manis" kata Aiji.
"Begitu ya? Tapi, paman
menakutkan" kata Yui membalas.
"Aiji, tidak baik kau
bercanda seperti itu dengan Yui. Bagaimana jika Yui menganggapnya benar, dan
dia ketakutan, justruh dia akan melaporkanmu, nantinya" kata Rena panjang
lebar.
"Gomen" katanya
singkat.
"Sudahlah. Yui, sekarang
kita pulang ya?" Yui mengangguk.
"Matsui sensei, Yui pulang
dulu ya?" Rena mengangguk.
"Hati-hati ya sayang, kau
juga Jun" kata Rena.
"Hai" balas pemuda itu
singkat.
***
Rena Pov...
Hari minggu. Biasanya jika hari
ini, aku hanya diam di rumah. Tapi, tidak untuk hari ini. Aku akan mengajak
Haruka jalan-jalan. Kasihan dia, selalu di rumah tanpa adanya jalan-jalan dan
aku yakin itu sangat membosankan untuknya.
Disaat aku mengajaknya ke taman,
justruh dia berlari dan bermain sendiri. Aku hanya menggeleng melihat
tingkahnya. Dan setelah ini, aku akan membawanya ke mall. Membeli baju
untuknya. Dan pastinya dia sangat senang.
"Sayang, jangan berlari lagi nanti kau akan
jatuh" dia hanya mengangguk.
Melihatnya tersenyum seperti itu,
membuatku sangat senang. Tapi, jika mengingat kejadian kemarin. Aku masih
merasa bersalah, karena sudah membuatnya menangis. Dan itu pertama kalinya, ia
menangis karena aku.
"Rena" aku menoleh.
"Aiji" dia tersenyum
dan duduk di sebelahku.
"Kenapa kau bisa
disini?" tanyanya kemudian.
"Mengajak putriku bermain
disini" balasku padanya.
"Rena-chan" aku
menoleh.
"Jun-kun, kau kemari?"
dia mengangguk. Disampingnya ada adiknya.
"Matsui sensei" aku tersenyum
membalasnya.
"Sayang, itu Haruka"
dia menoleh melihat Haruka.
"Aku bersama Haruka ya,
sensei" aku mengangguk.
Setelah kepergian Yui, ku lihat
Jun langsung duduk di sebelah kiriku. Ah... kenapa aku berada di posisi tengah
seperti ini?. Aku sangat senang karena ada Jun, tapi sayangnya ada Aiji disini.
Hah... aku menghela nafas.
"Kau kenapa Rena?" aku
menoleh melihat mereka secara bergantian. Kenapa mereka bisa bertanya secara
bersamaan?.
"Ah... Iie, aku tidak
apa-apa" balasku pada mereka.
"Kau sakit?" mereka?
Kenapa mereka bisa kompak seperti ini?.
"Tidak, aku tidak
sakit" balasku lagi.
Aku tahu jika Aiji,
memperhatikanku karena dia sangat suka denganku. Karena dia pernah mengatakan
cintanya, namun ku tolak. Tapi, jika Jun?. Apa mungkin, dia juga menyukaiku.
Jika itu benar, pastinya aku akan memilihnya.
Jika dengan Jun, aku memang lebih
tua darinya. Tapi, jika dengan Aiji. Aku lebih muda. Tapi, aku tidak menyukai
Aiji, melainkan aku menyukai Jun. Walau aku dan dia berbeda dua tahun, tapi
namanya cinta tidak pernah mengenal umur, benar bukan?.
"Jika kau sakit, lebih baik
kau pulang Rena-chan" kata Jun melihatku.
"Aku tidak sakit, aku
baik-baik saja" balasku dan dia tersenyum.
Senyumannya sangat manis. Ingin
rasanya aku bersandar di bahunya, namun aku merasa tidak enak dengan Aiji. Dan
belum tentu juga, jika Jun mau menjadi tempat bersandarku.
Aku tersentak ketika Jun memegang
tangan kiriku. Aku melihatnya yang tersenyum kepadaku. Apa benar jika dia
menyukaiku?. Perlakuannya benar-benar membuat jantungku ingin lepas saja. Dia
berhasil membuatku salah tingkah.
Dan kali ini, Aiji justruh
memegang tangan kananku. Hah... kenapa dua pemuda ini, bisa memperlakukanku
seperti ini?. Mereka sama-sama memegang tanganku dengan lembut. Dan juga Jun
melakukannya tanpa sepengetahuan Aiji, begitu juga sebaliknya.
Ku rasa, aku harus melakukan ini.
Aku melepas pegangan Aiji dengan pelan. Aku melihatnya. Wajahnya tampak sangat
kecewa. Aku menggeleng membalasnya. Aku tahu, dia maksud dengan isyarat yang ku
berikan padanya.
Dan sekarang, aku membalas
pegangan Jun. Dia mengelus tanganku pelan, dan aku juga membalasnya. Dan tentu
saja tanpa sepengetahuan Aiji. Cinta itu memang tidak bisa dipaksakan, aku
mencintai Jun, bukan mencintai Aiji.
To Be Continue......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar