Kamis, 24 Maret 2016

Story Of My Life (Chapter 04)

Title : Story Of My Life Chapter 04
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...




~---0---~


Malam menunjukan pukul 8. Atsuko dan Paruru sampai di rumah. Sebenarnya Atsuko belum menginjinkan Paruru untuk pulang, tapi adik keduanya itu memaksa untuk pulang lantaran karena Paruru tidak betah berada di rumah sakit.
Dan Atsuko, mau tidak mau menuruti kemauannya. Atsuko membuka pintu rumah, dan di ruangan depan tidak ada siapa-siapa. Atsuko kembali membimbing adiknya itu, untuk masuk setelah ia menutup pintu rumahnya.

"A-a-ku i-ing-ngin ti-ti-du-dur ne-ne-chan" kata Paruru mendongak melihat Atsuko.
"Hai, ayo" kata Atsuko membimbingnya. 
"Ne-ne-chan, ka-kau i-ing-ngin me-me-nga-nga-jak-ku ke-ke-ma-ma-na?" tanya Paruru bingung ketika Atsuko membimbingnya menaiki tangga.
"Kau tidur denganku malam ini, Paruru. Aku tidak tega melihatmu kedinginan di kamarmu. Jangan menolak, ini demi kesehatanmu juga" kata Atsuko.
Atsuko kembali membimbing adiknya untuk menaiki tangga dan setelah itu, mereka masuk ke dalam kamar Atsuko. Setelah mereka berada di dalam, Atsuko membimbing adiknya untuk duduk di kamar. 
"Sekarang kau tidur ya, agar kondisimu membaik" Paruru mengangguk dan terbaring di kamarnya. 

Atsuko menyelimuti tubuh adiknya dengan selimut. Setelah Paruru menutup matanya, dia melangkah ke pintu, memastikan tidak ada orang yang melihat. Kemudian, ia kembali menutup pintu kamar dan kemudian ia terbaring di samping Paruru, untuk tidur.

***

"One-chan" panggil Sakura yang berada di luar kamar Atsuko.

Karena tidak mendapat jawaban juga dari sang kakak, Sakura memutuskan untuk membuka pintu kamar sang kakak. Tidak di kunci. Ia mengkerutkan dahinya, mungkin kakak pertamanya lupa menguncui pintu kamar.
Ia masuk dan melihat sosok seseorang yang tengah terbaring di kasur kamar sang kakak. Ia mendekat dan melihat orang itu yang tertidur membelakanginya. Ia pikir itu sang kakak, tapi...

"Haruka?" kata Sakura membulatkan kedua matanya, setelah ia melihat wajah gadis itu.
"Untuk apa dia tidur di kamar Atsuko nee-chan?" kata Sakura lagi bertanya.
"Bangun, hei bangun untuk apa kau tidur disini?" kata Sakura menggoyangkan badan kakak ketiganya itu dengan kasar.
"Sakura" dia menoleh melihat sang kakak yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"One-chan, kenapa gadis ini bisa tidur di kamarmu?" tanya Sakura menatap sang kakak dengan pandangan selidik. 
"Kasihan dia, dia sedang sakit maka dari itu aku menyuruhnya untuk tidur di kamarku" jawab Atsuko menghampirinya.
"Bagaimana jika ayah atau ibu tahu, kau bisa di marahi habis-habisan" kata Sakura lagi.
"Apa kau tahu Sakura? Dari kecil, hingga sekarang dia sudah sangat menderita dan semua itu karena kita yang menelantarkannya, apa kau tidak kasihan dengan saudara kita itu?" kata Atsuko menatap adiknya.
"Nee-chan, buka matamu dia bukan saudara kita" kata Sakura menunjuk Paruru yang sudah terbangun sedari tadi dan sekarang dalam kondisi duduk.
"Sakura, dia saudara kita. Bagaimanapun juga dia adalah adikku, kakakmu, adik Mayu dan anak kedua orang tua kita, apa kau tidak menganggapnya ada? Kasihan dia, sedari kecil harus hidup sendiri dan lebih parahnya kau selalu saja menganggapnya sampah. Apa kau tahu, dia sudah menderita dan harus menerima kelakuan kasar darimu" kata Atsuko memandang adiknya dengan tajam.

Sakura terdiam, ia tidak menjawab sama sekali. Kemudian ia menolehkan pandangannya pada Paruru yang menunduk. Gadis itu sama sekali tidak berani untuk memandang adiknya, sepertinya. Dalam hatinya, ia menyalahkan dirinya sendiri kenapa ia mau saja semalam untuk menerima tawaran kakak pertamanya dan paginya, harus seperti ini. Atsuko harus berdebat dengan adik bungsunya.

"Apa yang kau lakukan pada kakakku?" tanya Sakura membuat kakak ketiganya memandangnya. Paruru menggeleng.
"Jangan bohong" kata Sakura sedikit membentak dan lagi, Paruru menggeleng membalasnya.
"Dia tidak melakukan apa-apa padaku, aku sendiri yang melakukan semua ini kepadanya" kata Atsuko membalas pertanyaan Sakura.
"Nee-chan...." kata Sakura terpotong.
"Buka matamu Sakura, dia saudara kita. Kita sudah salah menelantarkannya selama bertahun-tahun, dan akibatnya dia menderita apa kau tahu, kamarnya saja tidak layak untuk di tempati olehnya. Dia kedinginan, dia kesakitan dan dia juga sangat menderita karena kita, sudah cukup kita membuatnya seperti itu, kasihan Haruka" kata Atsuko panjang lebar.
"Bagiku dia bukan kakakku. Suruh dia keluar sekarang juga, atau kalau tidak dia akan di usir dari rumah kita, karena telah berhasil mencuci otakmu" kata Sakura.
"Usir dia sekarang juga, jika kau berani. Aku akan memilihnya, Sakura dan aku menjaganya" kata Atsuko menekan pembicaraannya.
"Kau berhasil Haruka, tapi ingat aku akan membalasmu" kata Sakura dan ia keluar begitu saja dari kamar sang kakak.

Paruru hanya menatap sedih, adik bungsunya. Kemudian, ia menolehkan pandangannya pada Atsuko yang masih menatap pintu kamarnya yang telah tertutup. 

"O-one-chan" katanya memanggil dan Atsuko langsung menoleh kearahnya.
"Jangan dengarkan perkataannya, Paruru" kata Atsuko yang mungkin tahu perasaan adik keduanya itu.
"Go-go-me-men ne?" kata Paruru lagi menunduk.
"Ini bukan salahmu, tapi ini semua salahku dan keluarga kita yang menelantarkanmu" kata Atsuko lagi membalas.
"Ne-ne-chan, a-a-pa a-a-ku bo-bo-leh pe-per-gi ke te-tem-pa-pat Y-Yui-ku-kun?" tanya Paruru menatap sang kakak dengan penuh harap.
"Hai, kau boleh pergi kesana. Lagi pula, jika kau berada disini nee-chan takut jika Sakura terus menyiksamu" Paruru tersenyum dan mengangguk.
"Aku akan mengantarkanmu, sekarang juga" Paruru kembali mengangguk.

***

~Paruru Pov~
Aku benar-benar bahagia sekarang, walau masih ada rasa sakit yang ada di hatiku. Tapi, aku masih bisa melebarkan senyumanku, karena kakak pertamaku. Dia telah membuka hatinya untukku, dan karena itulah yang membuatku bahagia.
Sekarang, dia membimbingku untuk keluar dari kamarnya. Ku lihat di ruangan makan tidak ada siapa-siapa, mungkin kedua orang tuaku masih bersiap begitu juga Mayu nii-chan. Dan nee-chan kembali membimbingku untuk masuk ke dapur.

"Rena" dia memanggil pelayan kami.
"Doustano nona Atsuko? Nona Haruka? Syukurlah nona tidak apa-apa, aku khawatir karena semalam nona belum juga pulang" aku lupa belum memberitahunya.
"Paruru tidur denganku semalam, dia sakit maka dari itu aku menyuruhnya untuk tidur di kamarku" kata nee-chan membalas.
"Paruru? Nona memanggil nona Haruka, Paruru?" ku lihat nee-chan kebingungan.
"Ja-ja-nga-ngan kha-kha-wa-wati-tir nee-chan, Re-Re-na ta-ta-hu te-ten-ta-tang i-i-ni" seruku memberi tahunya.
"Syukurlah, kalau begitu" aku mengangguk dan tersenyum.
"Rena, kau siapkan bekal untuk Paruru sekarang, aku akan mengantarkannya ke tempat kerjanya" ku lihat Rena mengangguk dan melakukan apa yang nee-chan perintahkan padanya.
Berselang beberapa menit, Rena kembali berbalik dan menyodorkan bekal kepada nee-chan. Nee-chan menerimanya. 
"Ya sudah, aku pergi dulu ya bersama Paruru" Rena mengangguk.
"Satu lagi, jika ayah dan ibu bertanya katakan saja aku sudah berangkat" kata nee-chan lagi.
"Baik nona" balas Rena singkat.

Kami keluar dari rumah, dan kemudian masuk ke dalam mobil. Seperti kemarin nee-chan membantuku masuk ke dalam mobilnya, dan setelah itu dia menyusul dan kami berangkat.

"Paruru" aku menoleh melihatnya.
"Sebenarnya aku masih khawatir dengan keadaanmu" aku tersenyum mendengarnya.
"Ja-ja-nga-ngan kha-kha-wa-wati-tir nee-chan, a-a-ku su-su-da-dah me-mem-ba-ba-ik" balasku dan dia tersenyum. Kakakku yang satu ini memang sangat cantik dan manis, ku akui itu.
"Jaga dirimu baik-baik ya, jika ada apa-apa kau langsung menghubungiku, ne?" katanya lagi.
"A-a-ku ti-ti-da-dak me-mem-pu-nya-nyai Ha-hand-phone" balasku lagi.
"Iya juga ya, kenapa aku bisa lupa" aku hanya tersenyum melihat sikap kakak pertamaku ini.
"Kalau begitu, nanti nee-chan akan membelikanmu handphone, agar kau bisa mengabariku setiap saat" aku mengangguk.
"A-a-ri-ga-ga-tou" dia tersenyum dan mengangguk.

Mobil berhenti, dan ku lihat nee-chan keluar kemudian membantuku keluar dari mobil. Ku lihat, Yui berada di depan. Untuk apa dia disana? Dan sekarang, ia menolehkan pandangannya ke arah kami. Aku tersenyum membalas senyumannya.

"Paruru" aku tersenyum mendengar sapaannya.
"Atsuko nee-chan, kau mengantar Paruru?" ku lihat nee-chan mengangguk.
"Paruru ayo kita ke dalam" aku mengangguk.
"O-one-chan, a-a-ku ke-ke-da-da-la-lam ya?" dia mengangguk dan tersenyum.
"Yui, aku titip Paruru ya? Jika dia kenapa-napa, tolong hubungi aku secepatnya" dari wajahnya, aku bisa mengartikan jika nee-chan benar-benar khawatir denganku.
"Kau perhatian sekali, dengan Paruru nee-chan" kata Yui tersenyum. Kau tahu Yui, sebenarnya nee-chan adalah kakak kandungku, jika dia khawatir atau memperhatikanku itu hal yang wajar. 
"Aku akan menceritakannya padamu, nanti. Kau boleh tanyakan pada Paruru, kenapa aku bisa memperhatikan adikku, sendiri" dia mengakui statusku?.
"Adik?" nee-chan mengangguk.
"Dia adikku, Yui. Karena itu nama marga kita sama, karena memang Paruru adik ketigaku" kata nee-chan mengelus pipiku dan tersenyum melihatku.
"Setahuku, adikmu itu Mayu dan Sakura nee-chan" kata Yui. Aku tidak tahu raut wajahnya, karena aku melihat nee-chan.
"Ceritanya panjang Yui, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Karena aku harus ke cafe, kau tanyakan saja pada Paruru, dia akan menceritakannya padamu dan ku harap kau bisa menyembunyikan rahasia keluargaku yang sebenarnya" kata nee-chan dan ku lihat Yui mengangguk.

Ku lihat nee-chan masuk ke dalam mobilnya dan kemudian mobil itu berjalan menjauh. Aku menoleh ke arah Yui, dan dia membimbingku untuk masuk ke dalam tokonya.

"Maksud Atsuko nee-chan itu apa?" tanyanya setelah kami berada di ruangannya.

Aku mendesah. Aku menceritakannya saja kepadanya, dengan suaraku yang sengaja ku rendahkan. Aku tidak ingin ada yang tahu, rahasia keluargaku. Karena aku gagap, aku hanya menceritakannya padanya secara singkat dan dapat di mengerti olehnya.

"Jadi, begitu ceritanya?" aku mengangguk.
"Kasihan sekali dirimu Paru" aku tersenyum membalasnya.
"Kalau begitu aku juga akan menjagamu disini. Tadi, Atsuko nee-chan benar-benar mengkhawatirkanmu" aku kembali tersenyum mendengarnya.
"Umurmu berapa Paru, jika Atsuko nee-chan kan 24 tahun" katanya bertanya. Umur?.
"Tu-tu-ju-juh be-be-las ta-ta-hu-hun" balasku dan dia mengangguk.
"Aku 19 tahun hehe..." ternyata dia masih muda juga, tapi kenapa dia sudah memiliki toko lukisan ini?.
"Jika kau ingin bertanya kenapa aku mempunyai toko lukisan ini. Jawabannya, karena aku memang menyukai dunia seni, dan sekarang aku disini juga sambil kuliah" aku mengangguk mendengarnya.
"Lagi pula, kakakku juga memegang toko ini, aku tidak sendiri" aku kembali mengangguk.
"Nanti akan ku perkenalkan dirimu, pada kakakku ne?" aku kembali mengangguk.

***

~Atsuko Pov~

"Jadi, Haruka itu adikmu?" aku mengangguk mendengar pertanyaan Kai. Aku sudah bilang semuanya kepadanya.
"Aku benar-benar khawatir, jika harus meninggalkannya di rumah Kai" aku mendesah.
"Jadi, Haruka ada di rumah?" aku menggeleng.
"Dia ada bersama Yui" jawabku dan ku lihat dia mengangguk.
"Kau tahu, aku benar-benar sudah menjadi seorang kakak yang jahat untuknya" aku menghempas ke kursiku.
"Jangan seperti itu, lagi pula kau sudah menyadarinya Acchan. Dan kau hanya memperbaiki hubungan keluarga kalian" aku mengangguk. Dia memang benar. 
"Setelah ini kau ingin kemana?" tanyanya membuatku melihatnya.
"Ke Toko Yui, aku khawatir dengan adikku" dia mengangguk.
"Baiklah, aku juga akan kesana" dia membalas singkat.

Aku menoleh. Melihat jam di dinding. Jam 5 sore, aku menghela nafas. Yui menutup tokonya tepat pukul 6. Jadi, masih ada satu jam sebelum tokonya benar-benar tertutup. Aku harus menjemput Paruru sekarang.
"Kau ikut? Aku ingin menjemput adikku" dia mengangguk.
Kami melangkah keluar dan masuk ke dalam mobil. Di perjalanan, aku hanya duduk di sebelah Kai tanpa mengeluarkan kata-kata. Ku rasa tubuhku benar-benar sangat lelah sekarang ini.

Kami keluar setelah kami sampai di tempat tujuan. Dan aku melangkah ke arah toko Yui, masih buka. Aku tersenyum dan ku langkahkan kakiku untuk masuk. 
"Kerjakan sekarang" aku terhenti mendengar bentakan seseorang. Siapa dia?.
Aku menolehkan pandanganku ke sekitar ruangan. Siapa tadi? Dari suaranya, itu seperti suara Fuuko. Apa benar itu, Fuuko? Tapi, untuk apa dia ada mengeraskan suaranya seperti itu.

"Paru?" Mataku melebar ketika melihat adikku yang tengah menangis dan di tangannya memegang pel?.
"Paruru" aku memanggilnya dan dia menoleh ke arahku dan kemudian berbalik. Untuk apa dia berbalik seperti itu?.
"Paruru, kau kenapa?" aku mendekat dan mencoba membalikan badannya. Dia menggeleng setelah berhadapan denganku. Hanya saja dia menunduk.
"Kau menangis?" dia kembali menggeleng.
"Paru, kau kenapa? Dimana Yui?" tanyaku.
"Di-dia se-se-da-dang ke-ke-lu-lu-ar se-se-be-ben-ta-tar nee-chan" jawabnya. Dari suaranya, dia seperti habis menangis. Kenapa dia?.
"Paru, kau kenapa? Kau menangis, kenapa?" tanyaku mengangkat wajahnya untuk melihatku. Matanya memerah, benar dia menangis. Tapi, kenapa dia mengangis?.
"Apa ada yang menyakitimu?" aku menoleh melihat Kai yang bertanya pada adikku.
"I-Iie" jawabnya singkat.
"Jangan berbohong" dia kembali menggeleng.

Oh tuhan, kenapa adikku yang satu ini?. Apa ada yang menyakitinya? Tapi siapa?. Apa tadi itu bentakan yang di tunjukan untuk adikku?. Suaranya, seperti suara Fuuko?. Apa benar dia membentak Paruru, tapi kenapa dia harus membentak Paruru? Apa salah adikku?.

"Eh? Paruru, kenapa kau memegang pel?" aku menoleh melihat Yui. Di tangannya ada bungkusan, aku tidak tahu isinya apa.
"Apa disini, adikku bekerja seperti ini Yui?" tanyaku padanya dan dia menggeleng.
"Iie. Paruru hanya bekerja membantuku di ruanganku, bukan bekerja seperti ini. Ini tugas Fuuko dan Natsumi, nee-chan" jawabnya menjelaskan.
"Lalu kenapa Paruru, memegang pel?" tanyaku heran dan menggeleng.
"Natsumi" aku menoleh melihat seorang gadis yang Yui panggil, gadis itu melangkah ke arah kami.
"Doustano tuan Yui?" tanyanya pada Yui.
"Kenapa Paruru mengerjakan tugas ini?" tanya Yui dan ku lihat dia melihat adikku dan kemudian menggeleng.
"Seharusnya itu tugas Fuuko tuan, bukan tugas Shimazaki-san" benar, tadi bentakan Fuuko untuk adikku. Keterlaluan, kenapa dia melakukan semua itu.
"A-a-ku se-sen-di-di-ri ya-yang me-me-la-la-ku-ku-ka-kannya ne-ne-chan" aku melihat Paruru.
"Honto" dia mengangguk.

Ku lihat baik-baik dari kedua matanya. Aku yakin dia berbohong, terlihat jelas dari kedua matanya. Paruru, kenapa kau berbohong padaku. Walau aku pernah bersikap kasar padamu, dan tidak pernah memperhatikanmu, tapi aku tahu betul sikap seseorang jika seseorang itu tengah berbohong padaku.

"Paru, ini bukan tugasmu melainkan tugas Fuuko. Jadi, lain kali jangan mengerjakan tugas seperti ini, ne?" dia mengangguk mendengar ucapan Yui.
"Natsumi, panggil Fuuko sekarang juga dan suruh dia yang mengerjakan tugas ini" gadis itu mengangguk. 

Setelah itu Yui membimbing kami untuk masuk ke dalam ruangannya. Ku lihat ruangan ini, tidak terlalu luas. Ruangan ini sama saja seperti dulu. Sedikit berantakan karena ada peralatan untuk melukis dan di dindingnya juga terdapat lukisan. Karya dari Yui memang sangat bagus, ku akui itu. Lukisannya juga seperti nyata, jika di lihat. 

"Ano... ini untukmu Paru" aku melihat Yui yang menyodorkan bingkisan itu pada adikku.
"Na-na-ni ko-ko-re?" tanya adiku padanya.
"Makanan untukmu" Paruru mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.
"Yui" aku memanggilnya.
"Hai, doustano nee-chan?" tanyanya melihatku.
"Ku harap, kau bisa menjaga Paru disini, aku sangat khawatir dengannya" dia mengangguk.
"Tentu saja nee-chan jangan khawatir" aku tersenyum mendengarnya.
"Boleh aku membawa Paruru pulang?" dia mengangguk.

***

Klek...
Aku membuka pintu rumah. Ku lihat di depan ruangan sudah ada Mayu yang duduk di kursi sofa. Dia menoleh ke arahku dan kemudian menolehkan pandangannya ke arah sampingku. Aku yakin dia mendesah.

"Kenapa kau bisa bersama gadis itu, nee-chan?" aku mendesah. 
"Memangnya kenapa?" tanyaku balik.
"Bukankah kedua orang tua kita sudah bilang pada ki,-" aku memotongnya.
"Untuk menjauhinya? Memang, itu memang benar Mayu. Tapi, itu tidak berlaku untukku karena aku tidak ingin melihatnya mendertita lebih lama lagi, sudah cukup kita membuatnya menderita" dia bangkit dan melangkah ke arahku.
"Lihat nee-chan, dia tidak berguna sama sekali" aku menggeratakan gigiku.
"Cukup Mayu. Coba kau pikir, jika kau menjadi Haruka dan di telantarkan seperti itu, apa yang akan kau perbuat? Selama ini dia sudah sangat menderita Mayu, apa kau tahu itu?" tanyaku menekan perkataanku dan dia terdiam.
"Mayu, coba kau pikir jika seandainya kau berada di posisi Haruka. Menjadi Haruka itu benar-benar sangat menderita, dan lebih parahnya dia harus hidup sendiri selama ini" dia hanya diam.
"Tolong, jangan menyuruhku untuk menjauhinya bagaimanapun dia adikku Mayu, dia adik kita dia saudara kita yang seharusnya kita jaga dari dulu dan bukan menelantarkannya" kataku menjelaskan.
"Haruka, sekarang kau istirahat saja ya" dia mengangguk dan melangkah ke kamarnya dengan tertatih.
"Mayu" dia melihatku.
"Aku harap kau bisa memikirkannya dengan baik semua perkataanku. Dia adik kita Mayu, kau harus sadar itu" kataku lagi dan setelah itu aku melangkah melewatinya.





To Be Continue....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar