Title : Story Of My Life Chapter 04
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love,
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Shimazaki Mayu
- Shimazaki Sakura
Support Cast :
- Matsui Rena
- Takahashi Kai
- Yokoyama Yui
- And Others
Happy Reading All...
~---0---~
~---0---~
Malam menunjukan pukul 8. Atsuko dan Paruru sampai di rumah.
Sebenarnya Atsuko belum menginjinkan Paruru untuk pulang, tapi adik keduanya
itu memaksa untuk pulang lantaran karena Paruru tidak betah berada di rumah
sakit.
Dan Atsuko, mau tidak mau menuruti kemauannya. Atsuko membuka
pintu rumah, dan di ruangan depan tidak ada siapa-siapa. Atsuko kembali
membimbing adiknya itu, untuk masuk setelah ia menutup pintu rumahnya.
"A-a-ku i-ing-ngin ti-ti-du-dur ne-ne-chan" kata Paruru
mendongak melihat Atsuko.
"Hai, ayo" kata Atsuko membimbingnya.
"Ne-ne-chan, ka-kau i-ing-ngin me-me-nga-nga-jak-ku
ke-ke-ma-ma-na?" tanya Paruru bingung ketika Atsuko membimbingnya menaiki
tangga.
"Kau tidur denganku malam ini, Paruru. Aku tidak tega
melihatmu kedinginan di kamarmu. Jangan menolak, ini demi kesehatanmu
juga" kata Atsuko.
Atsuko kembali membimbing adiknya untuk menaiki tangga dan
setelah itu, mereka masuk ke dalam kamar Atsuko. Setelah mereka berada di
dalam, Atsuko membimbing adiknya untuk duduk di kamar.
"Sekarang kau tidur ya, agar kondisimu membaik" Paruru
mengangguk dan terbaring di kamarnya.
Atsuko menyelimuti tubuh adiknya dengan selimut. Setelah Paruru
menutup matanya, dia melangkah ke pintu, memastikan tidak ada orang yang melihat.
Kemudian, ia kembali menutup pintu kamar dan kemudian ia terbaring di samping
Paruru, untuk tidur.
***
"One-chan" panggil Sakura yang berada di luar kamar
Atsuko.
Karena tidak mendapat jawaban juga dari sang kakak, Sakura
memutuskan untuk membuka pintu kamar sang kakak. Tidak di kunci. Ia
mengkerutkan dahinya, mungkin kakak pertamanya lupa menguncui pintu kamar.
Ia masuk dan melihat sosok seseorang yang tengah terbaring di
kasur kamar sang kakak. Ia mendekat dan melihat orang itu yang tertidur membelakanginya.
Ia pikir itu sang kakak, tapi...
"Haruka?" kata Sakura membulatkan kedua matanya,
setelah ia melihat wajah gadis itu.
"Untuk apa dia tidur di kamar Atsuko nee-chan?" kata
Sakura lagi bertanya.
"Bangun, hei bangun untuk apa kau tidur disini?" kata
Sakura menggoyangkan badan kakak ketiganya itu dengan kasar.
"Sakura" dia menoleh melihat sang kakak yang baru saja
keluar dari kamar mandi.
"One-chan, kenapa gadis ini bisa tidur di kamarmu?"
tanya Sakura menatap sang kakak dengan pandangan selidik.
"Kasihan dia, dia sedang sakit maka dari itu aku
menyuruhnya untuk tidur di kamarku" jawab Atsuko menghampirinya.
"Bagaimana jika ayah atau ibu tahu, kau bisa di marahi
habis-habisan" kata Sakura lagi.
"Apa kau tahu Sakura? Dari kecil, hingga sekarang dia sudah
sangat menderita dan semua itu karena kita yang menelantarkannya, apa kau tidak
kasihan dengan saudara kita itu?" kata Atsuko menatap adiknya.
"Nee-chan, buka matamu dia bukan saudara kita" kata
Sakura menunjuk Paruru yang sudah terbangun sedari tadi dan sekarang dalam
kondisi duduk.
"Sakura, dia saudara kita. Bagaimanapun juga dia adalah
adikku, kakakmu, adik Mayu dan anak kedua orang tua kita, apa kau tidak
menganggapnya ada? Kasihan dia, sedari kecil harus hidup sendiri dan lebih
parahnya kau selalu saja menganggapnya sampah. Apa kau tahu, dia sudah
menderita dan harus menerima kelakuan kasar darimu" kata Atsuko memandang
adiknya dengan tajam.
Sakura terdiam, ia tidak menjawab sama sekali. Kemudian ia
menolehkan pandangannya pada Paruru yang menunduk. Gadis itu sama sekali tidak
berani untuk memandang adiknya, sepertinya. Dalam hatinya, ia menyalahkan
dirinya sendiri kenapa ia mau saja semalam untuk menerima tawaran kakak
pertamanya dan paginya, harus seperti ini. Atsuko harus berdebat dengan adik bungsunya.
"Apa yang kau lakukan pada kakakku?" tanya Sakura
membuat kakak ketiganya memandangnya. Paruru menggeleng.
"Jangan bohong" kata Sakura sedikit membentak dan
lagi, Paruru menggeleng membalasnya.
"Dia tidak melakukan apa-apa padaku, aku sendiri yang melakukan
semua ini kepadanya" kata Atsuko membalas pertanyaan Sakura.
"Nee-chan...." kata Sakura terpotong.
"Buka matamu Sakura, dia saudara kita. Kita sudah salah
menelantarkannya selama bertahun-tahun, dan akibatnya dia menderita apa kau
tahu, kamarnya saja tidak layak untuk di tempati olehnya. Dia kedinginan, dia
kesakitan dan dia juga sangat menderita karena kita, sudah cukup kita
membuatnya seperti itu, kasihan Haruka" kata Atsuko panjang lebar.
"Bagiku dia bukan kakakku. Suruh dia keluar sekarang juga,
atau kalau tidak dia akan di usir dari rumah kita, karena telah berhasil
mencuci otakmu" kata Sakura.
"Usir dia sekarang juga, jika kau berani. Aku akan
memilihnya, Sakura dan aku menjaganya" kata Atsuko menekan pembicaraannya.
"Kau berhasil Haruka, tapi ingat aku akan membalasmu"
kata Sakura dan ia keluar begitu saja dari kamar sang kakak.
Paruru hanya menatap sedih, adik bungsunya. Kemudian, ia
menolehkan pandangannya pada Atsuko yang masih menatap pintu kamarnya yang
telah tertutup.
"O-one-chan" katanya memanggil dan Atsuko langsung
menoleh kearahnya.
"Jangan dengarkan perkataannya, Paruru" kata Atsuko
yang mungkin tahu perasaan adik keduanya itu.
"Go-go-me-men ne?" kata Paruru lagi menunduk.
"Ini bukan salahmu, tapi ini semua salahku dan keluarga
kita yang menelantarkanmu" kata Atsuko lagi membalas.
"Ne-ne-chan, a-a-pa a-a-ku bo-bo-leh pe-per-gi ke te-tem-pa-pat
Y-Yui-ku-kun?" tanya Paruru menatap sang kakak dengan penuh harap.
"Hai, kau boleh pergi kesana. Lagi pula, jika kau berada
disini nee-chan takut jika Sakura terus menyiksamu" Paruru tersenyum dan
mengangguk.
"Aku akan mengantarkanmu, sekarang juga" Paruru
kembali mengangguk.
***
~Paruru Pov~
Aku benar-benar bahagia sekarang, walau masih ada rasa sakit
yang ada di hatiku. Tapi, aku masih bisa melebarkan senyumanku, karena kakak
pertamaku. Dia telah membuka hatinya untukku, dan karena itulah yang membuatku
bahagia.
Sekarang, dia membimbingku untuk keluar dari kamarnya. Ku lihat
di ruangan makan tidak ada siapa-siapa, mungkin kedua orang tuaku masih bersiap
begitu juga Mayu nii-chan. Dan nee-chan kembali membimbingku untuk masuk ke
dapur.
"Rena" dia memanggil pelayan kami.
"Doustano nona Atsuko? Nona Haruka? Syukurlah nona tidak
apa-apa, aku khawatir karena semalam nona belum juga pulang" aku lupa
belum memberitahunya.
"Paruru tidur denganku semalam, dia sakit maka dari itu aku
menyuruhnya untuk tidur di kamarku" kata nee-chan membalas.
"Paruru? Nona memanggil nona Haruka, Paruru?" ku lihat
nee-chan kebingungan.
"Ja-ja-nga-ngan kha-kha-wa-wati-tir nee-chan, Re-Re-na
ta-ta-hu te-ten-ta-tang i-i-ni" seruku memberi tahunya.
"Syukurlah, kalau begitu" aku mengangguk dan
tersenyum.
"Rena, kau siapkan bekal untuk Paruru sekarang, aku akan
mengantarkannya ke tempat kerjanya" ku lihat Rena mengangguk dan melakukan
apa yang nee-chan perintahkan padanya.
Berselang beberapa menit, Rena kembali berbalik dan menyodorkan bekal
kepada nee-chan. Nee-chan menerimanya.
"Ya sudah, aku pergi dulu ya bersama Paruru" Rena
mengangguk.
"Satu lagi, jika ayah dan ibu bertanya katakan saja aku
sudah berangkat" kata nee-chan lagi.
"Baik nona" balas Rena singkat.
Kami keluar dari rumah, dan kemudian masuk ke dalam mobil.
Seperti kemarin nee-chan membantuku masuk ke dalam mobilnya, dan setelah itu
dia menyusul dan kami berangkat.
"Paruru" aku menoleh melihatnya.
"Sebenarnya aku masih khawatir dengan keadaanmu" aku tersenyum
mendengarnya.
"Ja-ja-nga-ngan kha-kha-wa-wati-tir nee-chan, a-a-ku
su-su-da-dah me-mem-ba-ba-ik" balasku dan dia tersenyum. Kakakku yang satu
ini memang sangat cantik dan manis, ku akui itu.
"Jaga dirimu baik-baik ya, jika ada apa-apa kau langsung
menghubungiku, ne?" katanya lagi.
"A-a-ku ti-ti-da-dak me-mem-pu-nya-nyai Ha-hand-phone"
balasku lagi.
"Iya juga ya, kenapa aku bisa lupa" aku hanya
tersenyum melihat sikap kakak pertamaku ini.
"Kalau begitu, nanti nee-chan akan membelikanmu handphone,
agar kau bisa mengabariku setiap saat" aku mengangguk.
"A-a-ri-ga-ga-tou" dia tersenyum dan mengangguk.
Mobil berhenti, dan ku lihat nee-chan keluar kemudian membantuku
keluar dari mobil. Ku lihat, Yui berada di depan. Untuk apa dia disana? Dan
sekarang, ia menolehkan pandangannya ke arah kami. Aku tersenyum membalas
senyumannya.
"Paruru" aku tersenyum mendengar sapaannya.
"Atsuko nee-chan, kau mengantar Paruru?" ku lihat
nee-chan mengangguk.
"Paruru ayo kita ke dalam" aku mengangguk.
"O-one-chan, a-a-ku ke-ke-da-da-la-lam ya?" dia
mengangguk dan tersenyum.
"Yui, aku titip Paruru ya? Jika dia kenapa-napa, tolong
hubungi aku secepatnya" dari wajahnya, aku bisa mengartikan jika nee-chan
benar-benar khawatir denganku.
"Kau perhatian sekali, dengan Paruru nee-chan" kata
Yui tersenyum. Kau tahu Yui, sebenarnya nee-chan adalah kakak kandungku, jika
dia khawatir atau memperhatikanku itu hal yang wajar.
"Aku akan menceritakannya padamu, nanti. Kau boleh tanyakan
pada Paruru, kenapa aku bisa memperhatikan adikku, sendiri" dia mengakui
statusku?.
"Adik?" nee-chan mengangguk.
"Dia adikku, Yui. Karena itu nama marga kita sama, karena
memang Paruru adik ketigaku" kata nee-chan mengelus pipiku dan tersenyum
melihatku.
"Setahuku, adikmu itu Mayu dan Sakura nee-chan" kata
Yui. Aku tidak tahu raut wajahnya, karena aku melihat nee-chan.
"Ceritanya panjang Yui, aku tidak bisa menceritakannya
sekarang. Karena aku harus ke cafe, kau tanyakan saja pada Paruru, dia akan
menceritakannya padamu dan ku harap kau bisa menyembunyikan rahasia keluargaku
yang sebenarnya" kata nee-chan dan ku lihat Yui mengangguk.
Ku lihat nee-chan masuk ke dalam mobilnya dan kemudian mobil itu
berjalan menjauh. Aku menoleh ke arah Yui, dan dia membimbingku untuk masuk ke
dalam tokonya.
"Maksud Atsuko nee-chan itu apa?" tanyanya setelah
kami berada di ruangannya.
Aku mendesah. Aku menceritakannya saja kepadanya, dengan suaraku
yang sengaja ku rendahkan. Aku tidak ingin ada yang tahu, rahasia keluargaku.
Karena aku gagap, aku hanya menceritakannya padanya secara singkat dan dapat di
mengerti olehnya.
"Jadi, begitu ceritanya?" aku mengangguk.
"Kasihan sekali dirimu Paru" aku tersenyum
membalasnya.
"Kalau begitu aku juga akan menjagamu disini. Tadi, Atsuko
nee-chan benar-benar mengkhawatirkanmu" aku kembali tersenyum
mendengarnya.
"Umurmu berapa Paru, jika Atsuko nee-chan kan 24
tahun" katanya bertanya. Umur?.
"Tu-tu-ju-juh be-be-las ta-ta-hu-hun" balasku dan dia
mengangguk.
"Aku 19 tahun hehe..." ternyata dia masih muda juga,
tapi kenapa dia sudah memiliki toko lukisan ini?.
"Jika kau ingin bertanya kenapa aku mempunyai toko lukisan
ini. Jawabannya, karena aku memang menyukai dunia seni, dan sekarang aku disini
juga sambil kuliah" aku mengangguk mendengarnya.
"Lagi pula, kakakku juga memegang toko ini, aku tidak
sendiri" aku kembali mengangguk.
"Nanti akan ku perkenalkan dirimu, pada kakakku ne?"
aku kembali mengangguk.
***
~Atsuko Pov~
"Jadi, Haruka itu adikmu?" aku mengangguk mendengar
pertanyaan Kai. Aku sudah bilang semuanya kepadanya.
"Aku benar-benar khawatir, jika harus meninggalkannya di
rumah Kai" aku mendesah.
"Jadi, Haruka ada di rumah?" aku menggeleng.
"Dia ada bersama Yui" jawabku dan ku lihat dia
mengangguk.
"Kau tahu, aku benar-benar sudah menjadi seorang kakak yang
jahat untuknya" aku menghempas ke kursiku.
"Jangan seperti itu, lagi pula kau sudah menyadarinya
Acchan. Dan kau hanya memperbaiki hubungan keluarga kalian" aku
mengangguk. Dia memang benar.
"Setelah ini kau ingin kemana?" tanyanya membuatku
melihatnya.
"Ke Toko Yui, aku khawatir dengan adikku" dia
mengangguk.
"Baiklah, aku juga akan kesana" dia membalas singkat.
Aku menoleh. Melihat jam di dinding. Jam 5 sore, aku menghela
nafas. Yui menutup tokonya tepat pukul 6. Jadi, masih ada satu jam sebelum
tokonya benar-benar tertutup. Aku harus menjemput Paruru sekarang.
"Kau ikut? Aku ingin menjemput adikku" dia mengangguk.
Kami melangkah keluar dan masuk ke dalam mobil. Di perjalanan,
aku hanya duduk di sebelah Kai tanpa mengeluarkan kata-kata. Ku rasa tubuhku
benar-benar sangat lelah sekarang ini.
Kami keluar setelah kami sampai di tempat tujuan. Dan aku
melangkah ke arah toko Yui, masih buka. Aku tersenyum dan ku langkahkan kakiku
untuk masuk.
"Kerjakan sekarang" aku terhenti mendengar bentakan
seseorang. Siapa dia?.
Aku menolehkan pandanganku ke sekitar ruangan. Siapa tadi? Dari
suaranya, itu seperti suara Fuuko. Apa benar itu, Fuuko? Tapi, untuk apa dia
ada mengeraskan suaranya seperti itu.
"Paru?" Mataku melebar ketika melihat adikku yang
tengah menangis dan di tangannya memegang pel?.
"Paruru" aku memanggilnya dan dia menoleh ke arahku
dan kemudian berbalik. Untuk apa dia berbalik seperti itu?.
"Paruru, kau kenapa?" aku mendekat dan mencoba
membalikan badannya. Dia menggeleng setelah berhadapan denganku. Hanya saja dia
menunduk.
"Kau menangis?" dia kembali menggeleng.
"Paru, kau kenapa? Dimana Yui?" tanyaku.
"Di-dia se-se-da-dang ke-ke-lu-lu-ar se-se-be-ben-ta-tar
nee-chan" jawabnya. Dari suaranya, dia seperti habis menangis. Kenapa
dia?.
"Paru, kau kenapa? Kau menangis, kenapa?" tanyaku
mengangkat wajahnya untuk melihatku. Matanya memerah, benar dia menangis. Tapi,
kenapa dia mengangis?.
"Apa ada yang menyakitimu?" aku menoleh melihat Kai
yang bertanya pada adikku.
"I-Iie" jawabnya singkat.
"Jangan berbohong" dia kembali menggeleng.
Oh tuhan, kenapa adikku yang satu ini?. Apa ada yang
menyakitinya? Tapi siapa?. Apa tadi itu bentakan yang di tunjukan untuk
adikku?. Suaranya, seperti suara Fuuko?. Apa benar dia membentak Paruru, tapi
kenapa dia harus membentak Paruru? Apa salah adikku?.
"Eh? Paruru, kenapa kau memegang pel?" aku menoleh
melihat Yui. Di tangannya ada bungkusan, aku tidak tahu isinya apa.
"Apa disini, adikku bekerja seperti ini Yui?" tanyaku
padanya dan dia menggeleng.
"Iie. Paruru hanya bekerja membantuku di ruanganku, bukan
bekerja seperti ini. Ini tugas Fuuko dan Natsumi, nee-chan" jawabnya menjelaskan.
"Lalu kenapa Paruru, memegang pel?" tanyaku heran dan
menggeleng.
"Natsumi" aku menoleh melihat seorang gadis yang Yui
panggil, gadis itu melangkah ke arah kami.
"Doustano tuan Yui?" tanyanya pada Yui.
"Kenapa Paruru mengerjakan tugas ini?" tanya Yui dan
ku lihat dia melihat adikku dan kemudian menggeleng.
"Seharusnya itu tugas Fuuko tuan, bukan tugas
Shimazaki-san" benar, tadi bentakan Fuuko untuk adikku. Keterlaluan,
kenapa dia melakukan semua itu.
"A-a-ku se-sen-di-di-ri ya-yang me-me-la-la-ku-ku-ka-kannya
ne-ne-chan" aku melihat Paruru.
"Honto" dia mengangguk.
Ku lihat baik-baik dari kedua matanya. Aku yakin dia berbohong,
terlihat jelas dari kedua matanya. Paruru, kenapa kau berbohong padaku. Walau
aku pernah bersikap kasar padamu, dan tidak pernah memperhatikanmu, tapi aku
tahu betul sikap seseorang jika seseorang itu tengah berbohong padaku.
"Paru, ini bukan tugasmu melainkan tugas Fuuko. Jadi, lain
kali jangan mengerjakan tugas seperti ini, ne?" dia mengangguk mendengar
ucapan Yui.
"Natsumi, panggil Fuuko sekarang juga dan suruh dia yang
mengerjakan tugas ini" gadis itu mengangguk.
Setelah itu Yui membimbing kami untuk masuk ke dalam ruangannya.
Ku lihat ruangan ini, tidak terlalu luas. Ruangan ini sama saja seperti dulu.
Sedikit berantakan karena ada peralatan untuk melukis dan di dindingnya juga
terdapat lukisan. Karya dari Yui memang sangat bagus, ku akui itu. Lukisannya
juga seperti nyata, jika di lihat.
"Ano... ini untukmu Paru" aku melihat Yui yang
menyodorkan bingkisan itu pada adikku.
"Na-na-ni ko-ko-re?" tanya adiku padanya.
"Makanan untukmu" Paruru mengambilnya dan mengucapkan
terima kasih.
"Yui" aku memanggilnya.
"Hai, doustano nee-chan?" tanyanya melihatku.
"Ku harap, kau bisa menjaga Paru disini, aku sangat
khawatir dengannya" dia mengangguk.
"Tentu saja nee-chan jangan khawatir" aku tersenyum
mendengarnya.
"Boleh aku membawa Paruru pulang?" dia mengangguk.
***
Klek...
Aku membuka pintu rumah. Ku lihat di depan ruangan sudah ada
Mayu yang duduk di kursi sofa. Dia menoleh ke arahku dan kemudian menolehkan
pandangannya ke arah sampingku. Aku yakin dia mendesah.
"Kenapa kau bisa bersama gadis itu, nee-chan?" aku
mendesah.
"Memangnya kenapa?" tanyaku balik.
"Bukankah kedua orang tua kita sudah bilang pada ki,-"
aku memotongnya.
"Untuk menjauhinya? Memang, itu memang benar Mayu. Tapi,
itu tidak berlaku untukku karena aku tidak ingin melihatnya mendertita lebih
lama lagi, sudah cukup kita membuatnya menderita" dia bangkit dan
melangkah ke arahku.
"Lihat nee-chan, dia tidak berguna sama sekali" aku
menggeratakan gigiku.
"Cukup Mayu. Coba kau pikir, jika kau menjadi Haruka dan di
telantarkan seperti itu, apa yang akan kau perbuat? Selama ini dia sudah sangat
menderita Mayu, apa kau tahu itu?" tanyaku menekan perkataanku dan dia
terdiam.
"Mayu, coba kau pikir jika seandainya kau berada di posisi
Haruka. Menjadi Haruka itu benar-benar sangat menderita, dan lebih parahnya dia
harus hidup sendiri selama ini" dia hanya diam.
"Tolong, jangan menyuruhku untuk menjauhinya bagaimanapun
dia adikku Mayu, dia adik kita dia saudara kita yang seharusnya kita jaga dari
dulu dan bukan menelantarkannya" kataku menjelaskan.
"Haruka, sekarang kau istirahat saja ya" dia
mengangguk dan melangkah ke kamarnya dengan tertatih.
"Mayu" dia melihatku.
"Aku harap kau bisa memikirkannya dengan baik semua
perkataanku. Dia adik kita Mayu, kau harus sadar itu" kataku lagi dan
setelah itu aku melangkah melewatinya.
To Be Continue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar