Rabu, 16 Maret 2016

Story Of My Life (Chapter 03)

Title : Story Of My Life Chapter 03
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka 
  • Shimazaki Atsuko 
  • Shimazaki Mayu 
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena 
  • Takahashi Kai 
  • Yokoyama Yui 
  • And Others

Happy Reading All...




~---0---~

Rena masuk ke dalam kamar Paruru, ia melihat Paruru yang sudah dalam kondisi terbaring di kamarnya. Lekas saja dia menghampiri Paruru. 

"Nona" sapanya pada gadis yang kini memalingkan wajahnya ke arahnya.
"Nona makan ya?" Paruru menggeleng lemah.
"Nanti nona sakit, jika nona tidak makan" kata Rena lagi mengingatkan.
"A-a-ku ti-ti-da-dak la-la-par" balas Paruru singkat.
"Tapi, nona Atsuko yang menyuruhku nona" Paruru melirik gadis itu.
"Bi-bi-la-lang sa-sa-ja ji-ji-ka a-a-ku su-su-dah ma-ma-kan, la-la-gi pu-pu-la bu-bu-ka-kan u-u-ru-ru-sa-san-nya ji-ji-ka a-a-ku ti-ti-dak ma-ma-kan" kata Paruru lagi.
"Nona, jangan bicara seperti itu. Nona Atsuko juga pasti sangat khawatir dengan nona, jika nona tidak makan, bahkan tadi dia sangat sedih ketika mendengar penjelasanku, bahwa nona tidak sering makan" kata Rena panjang lebar.
"A-a-ku ti-ti-dak la-la-pa-par" hanya itu yang di katakan Paruru sekarang pada Rena.
"Tapi nona,-" ucapannya terpotong.
"To-to-lo-long ja-ja-ngan pa-pak-sa a-a-ku" Rena menghela nafas.
"Baiklah nona, tapi apa nona ingin di buatkan roti lagi atau susu hangat?" Paruru menggeleng.
"Ya sudah, nona istirahat ya?" Paruru mengangguk. 

Setelah Rena keluar dari kamarnya, Paruru membaringkan tubuhnya. Sejenak ia menatap langit kamarnya sendiri, kemudian ia menutup matanya untuk menjelajahi alam mimpinya. 
***

Atsuko keluar dari kamarnya, setelah ia selesai menyiapkan dirinya. Pertama yang menjadi tujuannya adalah dapur. Disana, ia bisa melihat Rena yang tengah memasak. Segera saja ia melangkah menghampiri pelayannya tersebut.

"Rena" gadis itu menoleh melihatnya.
"Doustano nona Atsuko?" tanya Rena sambil meneruskan masakannya.
"Apa Haruka sudah makan?" tanya Atsuko. Sejenak, dia bisa melihat Rena terdiam.
"Dia sudah makan, nona" balas Rena kemudian.
"Lalu dimana dia? Apa dia tidur?" tanya Atsuko dan Rena menggeleng.
"Nona Haruka sudah pergi nona" kata Rena membuat Atsuko merapatkan kedua alis matanya.
"Kemana dia?" Rena menggeleng tidak tahu.
"Entahlah nona, kata nona Haruka dia hanya ingin pergi ke tempat kerjanya, aku juga tidak tahu apa dia sudah bekerja atau belum" Atsuko melebarkan kedua matanya.

Kerja? Adiknya yang malang itu, bekerja? Kerja apa? Bukankah adik keduanya itu, mempunyai masalah pada kakinya? Dan lagi, setahunya Haruka tidak bisa melakukan apa-apa dan bodoh. Lalu, pekerjaan apa yang di lakukan adiknya di luar sana?. Dia benar-benar bingung sekarang, dan jujur dia juga sangat khawatir.

"Dia kerja apa?" Rena menggeleng.
"Entahlah nona, aku sendiri juga tidak tahu. Tapi, nona Haruka pernah menggumam jika dia butuh uang" kata Rena lagi.

Uang? Hanya karena uang, adiknya harus bekerja?. Bodoh, kenapa dia tidak pernah memperhatikan Paruru. Dan sekarang, Paruru harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.
Ia menoleh melihat pintu. Pintu kamar Paruru. Ia melangkah, dan kemudian ia memegang gagang pintu itu. Ia membuka pelan dan sekarang, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana kamar yang selama ini Paruru pakai.

Ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar adiknya yang malang itu. Ia membuka mulutnya seakan tidak percaya, sampai-sampai ia menutup mulutnya yang terbuka itu. Matanya bening, ia ingin menangis namun ia menahannya. 
Apa benar ini kamar adiknya yang malang itu?. Kenapa kamarnya seperti ini, kenapa kamar ini seperti tidak layak untuk di pakai. Ia mendongak. Langit atap kamarnya? Oh tuhan, kenapa adiknya bisa betah di tempat seperti ini?.

Ia melihat kasur tipis disana. Kamar adiknya itu benar-benar tidak bisa di sebut kamar, ini bahkan lebih buruk dari sebuah kamar. Berbeda dari kamarnya yang sangat luas dan sangat nyaman, apalagi ada selimut tebal dan bantal serta guling yang cukup nyaman.
Bila di bandingkan dengan kamar Paruru. Jauh. Jauh berbeda. Kamar adiknya itu hanya memakai kasur tipis yang langsung bersentuhan dengan lantai, dan lagi tanpa alas sama sekali. Dan lagi, selimut yang di gunakan adiknya sangat tipis. Apa adiknya itu tidak kedinginan jika malam hari? Menggunakan selimut yang tipis seperti itu, pasti masih akan merasa sangat kedingingan.

"Apa kau sangat menderita Haruka? Apa kau tidak mengeluh di tempatkan di tempat seperti ini?" tanyanya sambil melihat keadaan kamar adiknya.

***

Atsuko masuk ke dalam panti asuhan bersama Kai, hari ini dia menyumbangkan uang dan pakaian di panti asuhan itu.
Kai mengajak gadis itu untuk masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar yang luas dan bisa menampung banyak anak disana. Atsuko tersenyum, ia bisa melihat anak yang sangat lucu-lucu disana. Ingin rasanya, ia memiliki anak seperti itu kelak jika dia sudah menikah.

Kemudian ia menolehkan pandangannya ke arah kamar yang terletak di pojok. Ia melihat seorang anak yang duduk, dan di kamar itu terdapat seorang anak yang terbaring. Ia melangkah menuju ke arah anak itu. Kai yang melihat tingkah Atsuko yang menurutnya aneh, ia segera mengikuti gadis itu.

"Hei, kenapa dia?" tanya Atsuko pada anak yang mungkin berusia 10 tahun itu.
"Dia sakit, one-chan" kata anak itu membalas.
"Sakit apa?" tanya Atsuko lagi.
"Sakit demam, maka dari itu aku menemaninya disini, karena dia adalah adikku satu-satunya" Atsuko mengangguk mengerti mendengarnya.

Ia duduk di dekat anak itu, memperhatikan adik anak itu yang tengah terbaring dan di keningnya terdapat sebuah kain. Ia melihat wajah anak itu yang sangat pucat. Benar-benar sangat pucat, jujur ia sangat kasihan pada anak itu.

"Ah... ini ada buah untuk adikmu, di makan ya?" anak itu mengangguk.
"Ayame-chan, kau makan buah ini ya?" gadis kecil itu hanya mengangguk.

Gadis itu menoleh pada kakaknya, ia seperti memberi sebuah isyarat pada kakaknya. Sang kakak yang mengerti, ia menganggukan kepalanya.

"Baiklah, aku akan menyuapimu" gadis kecil itu tersenyum.
"Kenapa dia harus memberi isyarat padamu?" tanya Atsuko bingung.
"Sejak dia lahir, dia sudah bisu dan kedua kakinya buntung, maka dari itu aku yang merawatnya selama ini. Aku tidak ingin, dia kenapa-napa" Atsuko terdiam mendengarnya.

Ia kembali teringat pada Haruka, bukankah adiknya itu juga cacat?. Banyak kekurangan pada diri adiknya, salah satu kakinya yang tidak bisa di gerakkan. Masih beruntung karena Haruka bisa berjalan walau tertatih. Tapi, gadis kecil itu. Sama sekali tidak. Bahkan, kakaknya seperti tidak malu mempunyai adik seperti dirinya.

"Apa kau sangat menyayangi adikmu ini?" tanya Kai pada anak itu.
"Sangat, aku sangat menyayanginya" jawab anak itu.
"Apa kau tidak malu mempunyai adik sepertinya? Maaf bukannya ada maksud" kata Kai.
"Aku tidak malu mempunyai adik sepertinya. Kata ibu sebelum dia meninggal, dia bilang kepadaku jika semua anak yang lahir di dunia ini itu suci, dan harusnya sebagai keluarga kita harus menyayanginya dan merawatnya. Jika kita menelantarkan salah satu keluarga kita, itu tindakan yang salah dan pastinya akan membuatnya menderita dan dia pasti akan merasa sangat kesepian" kata anak itu panjang lebar.

Bulir-bulir air mata keluar begitu saja, dari mata Atsuko. Mendengar penjelasan anak itu, ia semakin merasa bersalah pada Haruka, adik kandungnya sendiri yang memiliki banyak kekurangan. Dan parahnya, adiknya itu di tempatkan pada tempat yang tidak sepantasnya. Apa itu yang di sebut sebagai keluarga?.
Keluarganya sangat tega membiarkan Haruka di kamar itu. Kamar yang sama sekali menurut orang tidak nyaman. Tapi, kenapa ia tega membiarkan Haruka menempati kamar itu. Kenapa ia tega? Kemana perasaannya sebagai seorang kakak? Kenapa dia tidak menyayangi Haruka, seperti dia menyayangi Mayu dan Sakura.

"Acchan, kau kenapa?" Atsuko mendongak melihat Kai yang berdiri di dekatnya.
"Iie, aku tidak apa-apa" jawabnya.
"Kenapa kau menangis?" tanya Kai lagi.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Setelah ini, kau bilang kau ingin kemana tadi?" tanyanya mengalihkan topik permbicaraan.
"Ke toko lukisan Yui, aku sangat ingin membeli lukisannya. Kemarin, aku melihat sebuah lukisan yang sangat cantik disana" Atsuko mengangguk membalasnya.

***

Yui masuk ke dalam ruangannya. Ia melihat Paruru yang masih belajar melukis. Ia melangkah dan menghampiri gadis itu, kemudian menyapanya dengan riang.

"Paru" sapanya ceria.
"Y-Yui-kun" sapa Paruru balik dan membalas senyuman pemuda itu.
"Lihat ini" kata Yui memperlihatkan beberapa lembar uang.
"Lukisan kita terjual, Paru. Bahkan, pelanggan berani membelinya dengan harga yang sangat tinggi" kata Yui tersenyum.
"Ini untukmu" kata Yui memberikan beberapa lembar uang kepada gadis itu.
"Ta-ta-pi a-a-ku be-be-lum a-a-da sa-sa-tu bu-bu-lan di si-si-ni" kata Paruru membalas.
"Kau pikir ini gajimu?" Paruru mengangguk membalasnya.
"Paru, ini bukan gaji anggap saja ini itu uang kita sendiri. Lagi pula, kemarin kita bukan yang menggambarnya, jadi kau tenang saja" kata Yui tersenyum dan menaruh uang itu di tangan Paruru.
"Terima ya? Jangan tidak" kata Yui.
"A-a-ri-ga-ga-tou" Yui mengangguk membalasnya.

Yui duduk disampingnya, pemuda itu melihatnya yang tengah belajar melukis. Lukisannya memang tidak terlalu bagus, karena Paruru baru belajar. Tapi, Yui sangat mengagumi gadis itu. Menurutnya, gadis itu pantang menyerah.
Setelah selesai, Yui mengajak gadis itu keluar dari ruangan itu. Yui juga memperlihatkan lukisannya yang ia lukis beberapa bulan lalu kepada Paruru. Terlihat jelas, jika Paruru tersenyum dalam bimbingan Yui.

"Kau suka?" Paruru mengangguk.
"Tuan Yui" mereka menoleh.
"Ah... Fuuko, ada apa?" tanya Yui.
"Disana ada tuan Takahashi menunggu, dia sedang menunggu tuan" Yui mengangguk.
"Baik, aku akan kesana" Fuuko mengangguk. 
"Paruru, aku akan mengenalkanmu kepada teman kakakku. Dia juga temanku hanya saja aku dan dia berbeda 3 tahun" Paruru mengangguk.

Yui kembali dengan telaten membimbing gadis itu. Pelan-pelan, ia tidak ingin Paruru memaksakan kedua kakinya yang sedikit susah untuk di gerakkan. 

"Nii-chan" sapa Yui tersenyum pada pemuda yang memiliki marga Takahashi itu.
"Yui" sapa pemuda itu balik.

Paruru mendongak melihat pemuda yang disapa oleh Yui tadi. Kemudian, ia menolehkan pandangannya ke arah samping pemuda itu. Tunggu, dia? Kenapa dia berada disini? Ia seakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sekarang ini.
Atsuko. Gadis itu terdiam, ketika melihat adiknya yang berada dibimbingan Yui. Ia bertanya-tanya kenapa adiknya bisa berada di sini? Tunggu, ia mengingat kata Rena tadi. Bahwa Paruru bekerja. Apa Paruru bekerja disini? Lalu dia disini bekerja sebagai apa?.

"Are... siapa gadis ini Yui?" tanya Kai sambil menunjuk Paruru.
"Ah... ini Shimazaki Haruka nii-chan, dia temanku dan dia disini juga bekerja membantuku melukis" balas Yui mengenalkan Paruru.
"Takahashi Kai desu, nona" kata Kai memperkenalkan dirinya yang di balas senyuman oleh Paruru.
"Tunggu Shimazaki? Marga nona sama dengan marga temanku ini" kata Kai menunjuk Atsuko yang berdiri di sebelahnya.

Atsuko masih terdiam, ia memperhatikan Paruru. Tubuh Paruru benar-benar kurus, ia melihat wajah adiknya. Putih pucat. Dan kedua kakinya yang bergetar, apa mungkin Paruru kesakitan jika dia berdiri seperti itu?. Hanya berdiri, bagaimana jika dia melangkah tanpa bantuan Yui. Apa jadinya, gadis itu tanpa bimbingan Yui. Apa dia akan terjatuh?.
"Acchan, dia memiliki marga yang sama denganmu" kata Kai tersenyum.
Bagaimana tidak memiliki marga yang sama. Paruru adiknya, dia adik Atsuko. Adik kandung gadis itu. Atsuko sangat ingin memeluknya, ia ingin bilang jika ia sangat menyesal telah membiarkan Haruka selama ini hidup dalam kesendirian dan penuh penderitaan. 

Tubuh Paruru seakan membeku, ia ingin menangis. Tapi, ia menahannya sekuat tenaga. Ia tidak ingin Yui curiga padanya. Dan ia juga yakin, bahwa sang kakak pasti tidak akan mengakui statusnya di keluarga. 
Tunggu, kenapa pandangannya kabur begitu saja? Ia mendongak melihat kakaknya yang masih berdiri di depannya. Tapi, kenapa bayang-bayang sang kakak sama sekali tidak bisa di lihatnya dengan jelas? Pandangannya benar-benar kabur. Ia berusaha sekuat tenaga untuk memaksakan senyumannya, ia tidak ingin Yui mengkhawatirkan kondisi tubuhnya.

Tapi tetap saja, ia tidak bisa menahannya. Ia roboh, jika saja Yui tidak menahannya. Dan sekarang, pemuda itu terlihat panik dengan koandisi tubuhnya.
"Paruru, kau kenapa?" tanya Yui khawatir.
Gadis itu sama sekali seperti tidak mempunyai tenaga untuk membalas pertanyaan Yui. Atsuko, dia bergerak dan membantu Yui untuk memapah adiknya yang malang itu. Kenapa dia seperti ini? Apa dia tidak makan, di rumah tadi?. Pikirannya sibuk mempertanyakan keadaan adiknya.

***

"Bagaimana keadaannya Yuki?" tanya Atsuko melihat tubuh Paruru yang terbaring.
"Dia demam Acchan, sepertinya dia kedinginan dan sepertinya dia tidak pernah makan, maka dari itu dia kehilangan tenaga" kata Yuki membalas pertanyaannya.

Setelah tadi Paruru pinsan, ia meminta Yui untuk membawa adinya itu mobil dan mereka bergegas pergi ke rumah sakit terdekat. Dan Atsuko meminta Yuki, sahabatnya yang menjadi dokter itu memeriksa keadaan Paruru.

"Dia tidak mempunyai penyakit yang parah bukan?" tanya Atsuko lagi.
"Tidak, dia hanya kecapekan mungkin. Dia harus banyak makan Acchan, mungkin karena dia tidak terlalu sering makan, maka dari itu dia pinsan seperti ini. Dan aku juga memeriksanya dengan teliti, dia kedinginan mungkin, sampai dia seperti ini" kata Yuki panjang lebar.

Atsuko duduk disamping Paruru. Ia memandang wajah adiknya yang pucat, bibirnya juga sama pucatnya. Ia tidak tega melihat adiknya yang terbaring lemah seperti itu. Dia juga sempat meminta Yui dan Kai untuk pulang terlebih dahulu. Dan kedua pemuda itu meng-iyakan, walau Yui sempat mengkhawatirkan keadaan Paruru.
Namun, Atsuko beralasan jika dia yang akan membawa Paruru pulang. Setelah keadaan gadis itu membaik, dan Yui langsung meng-iyakan-nya. 

"Kau mengenal gadis ini, Acchan?" tanya Yuki memandangnya.
"Kau sangat ingin tahu, Yuki?" tanyanya balik.
"Jika kau tidak bisa menceritakannya, tidak perlu kau ceritakan sekarang Acchan" balas Yuki tersenyum.
"Berjanjilah setelah aku menceritakannya, kau bisa menyembunyikan rahasiaku" Yuki agak heran dengan permintaan Acchan, namun kemudian ia mengangguk.

Atsuko menceritakan kisah hidupnya selama ini, di mulai dari kisahnya semenjak kecil dan ia di karuniai 3 adik. Dan sampai kejadian yang menyebabkan, salah satu adiknya yang di asingkan dari keluarganya. Dan kini adiknya harus menderita sambil bekerja sendiri.
Ia juga jujur pada Yuki, jika ia sangat menyesal membiarkan adik yang malang itu sendiri. Sempat dia bersikap kasar pada adiknya, namun ia sadar jika adiknya itu pasti akan sangat kesepian jika tidak ada dirinya disampingnya. Bahkan keluarganya yang terkesan mengejeknya.

"Apa?" Yuki terkejut.
"Iya, dia adikku Yuki. Haruka, adalah adikku yang mempunyai banyak kekurangan" balas Atsuko.
"Tega sekali dirimu, Acchan bahkan keluargamu. Seharusnya kalian tidak memperlakukan Haruka seperti itu, kasihan dia. Bahkan sejak dia kecil dia harus hidup dengan keras, dan itupun dia harus hidup sendiri Acchan" kata Yuki yang benar-benar tidak menyangka dengan kehidupan sahabatnya yang sebenarnya.
"Aku menyesal Yuki, aku sangat menyesal membiarkannya hidup sendiri seperti itu. Aku tahu, aku jahat bahkan aku sadar jika aku tidak pantas menjadi kakak untuknya. Tapi, aku ingin merubahnya sekarang, aku sangat ingin membalas semua kesalahanku padanya. Aku akan membuatnya bahagia" kata Atsuko panjang lebar.

Sejenak dia diam, ia mengambil nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan ucapannya pada Yuki, yang memandangnya dengan sedih.

"Aku akan mencoba membuat keluargaku seperti dulu. Aku akan membuat Haruka masuk ke dalam keluarga kita lagi, dan aku juga akan berusaha membuat ayah, ibu dan kedua adikku untuk menerimanya lagi. Aku berjanji Yuki, dan aku tidak akan mengingkarinya" kata Atsuko lagi.

Ia menangis, dan kini ia menolehkan pandangannya kepada Paruru yang masih terbaring lemah di kamar rumah sakit itu.

"Hai, aku percaya denganmu Acchan. Aku akan selalu mendoakan kalian" hanya itu yang dikatan Yuki padanya.
"Arigatou" lirihnya.

***

~Atsuko Pov~
Haruka, maafkan aku yang telah membuatmu seperti ini. Aku berjanji, aku akan mengembalikan keluarga kita seperti dulu. Aku akan membuat keluarga kita berkumpul seperti dulu. Seperti yang kau impikan selama ini. Aku berjanji Haruka.

Aku menatapnya dengan pandangan sedih. Sudah dua jam dia terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit ini. Dan aku tidak beranjak dari dudukku, aku masih sangat ingin menemaninya disini. Aku tidak ingin meninggalkannya dalam keadaan terbaring tidak sadarkan diri seperti ini.
"Enghh..." aku kembali menatapnya. 
Ku lihat dia mengerjapkan kedua matanya. Haruka, kau sadar sayang?. Ku genggam tangannya yang panas, dia mengerjapkan kedua matanya lagi. Aku tersenyum ketika dia melihatku.

"Kau sudah sadar?" tanyaku dan dia mengangguk.
"Di-di-ma-ma-na a-a-ku?" tanyanya.
"Kau dirumah sakit Haruka, tadi kau pinsan apa kau masih ingat?" tanyaku halus dan sejenak ia diam, kemudian ia mengangguk.

Dia mencoba untuk bangun. Aku membantunya, dan kini ia duduk berhadapan denganku. Oh tuhan, wajahnya sangat pucat sekali, aku tidak tega melihatnya seperti ini. Apa kau juga kedinginan Haruka?.
Aku memeluknya dengan erat. Mengelus bagian belakang kepalanya dengan halus. Maafkan aku Haruka, aku sudah membuatmu seperti ini. Maafkan kesalahanku selama ini kepadamu.

"Haruka, maafkan aku" lirihku sambil mengeratkan pelukanku di tubuhnya.
"Ke-ke-na-na-pa ka-kau me-mi-min-ta ma-ma-af?" tanyanya.
"Karena aku sudah membuatmu seperti ini, Haruka. Aku berjanji, aku akan mengembalikan keluarga kita seperti dulu. Aku sangat menyayangimu, Haruka. Kau adikku, kau juga pantas mendapatkan kasih sayang di keluarga kita, sayang" jelasku panjang lebar.

Dan sekarang, aku bisa mendengar tangisannya. Aku melepas pelukan dan menatapnya yang kini mengeluarkan cairan bening dari kedua matanya. Aku menghapus air matanya, aku tidak ingin melihatnya mengeluarkan air matanya lagi.

"Jangan menangis Haruka, aku tidak ingin melihatmu menangis" kataku.
"A-a-ku me-me-ri-rin-du-du-kan-mu o-one-ne-chan" aku tersenyum membalasnya.
"Iya sayang, aku juga merindukanmu" ku cium pipinya dan kemudian aku memeluknya kembali.
"Jangan menangis lagi ya, sekarang kau tidak sendiri, aku akan melindungimu Haruka" dia mengangguk.
"Oh iya, kenapa Yui memanggilmu Paruru?" tanyaku.
"I-i-tu na-na-ma pa-pang-gi-la-lan-ku ne-ne-chan. A-a-ku ha-ha-nya i-i-se-seng me-men-ca-ca-ri-nya" katanya membuatku tersenyum.
"Boleh aku memanggilmu Paruru?" tanyaku dan dia mengangguk.
"Ja-ja-ngan ka-ka-si-sih ta-ta-hu du-du-lu pa-pa-da ya-yang la-la-in" aku mengangguk.
"Hai, hanya aku yang akan memanggilmu Paruru di rumah, kau tenang saja ya?" dia mengangguk dan kembali memelukku. Ku balas pelukannya.



To Be Continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar