Senin, 14 Maret 2016

Star Boy (Chapter 04)

Title : Star Boy Chapter 04
Author : Rena Anisa Azahra ~ Rena-chan
Genre : Gender-Bender, Fantasi, Love

Main Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
Support Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Yamamoto Sayaka
  • Shimazaki Haruka
Happy Reading All.....




~---0---~


~Rena Pov~

Apa? Apa aku tidak salah dengar? Jun, dia mempunyai kekuatan aneh yang berada di dalam tubuhnya. Dan dulu dia di temukan dalam sebuah kotak persegi panjang berwarna perak, dan semenjak dia besar ia sadar jika dirinya mempunyai kekuatan.
Kenapa aku tahu? Karena dia, Jun mengajakku ke taman dan dia menceritakan semua apa yang di katakan oleh kedua orang tuanya tadi malam padanya. Awalnya aku memang tidak percaya, tapi setelah aku mengingat kejadian di mana dia bisa menghilangkan lukanya kemarin, dan baru saja dia juga mengeluarkan kemampuannya di hadapanku, sekarang aku percaya padanya.

"Kau sudah percaya bukan?" aku mengangguk.
"Apa kau masih menerimaku menjadi kekasihmu?" tanyanya membuatku tersenyum.
"Aku sangat mencintaimu, Jun. Walau kau seperti ini, aku akan tetap menerimamu Jun" balasku dan dia tersenyum.
"Arigatou" aku mengangguk.
"Lalu apa yang akan kau lakukan untuk melawan Sayaka?" tanyaku.
"Entahlah Rena, aku tidak tahu. Tapi, jika dia macam-macam aku akan menggunakan kekuatanku untuk melawannya" ucapnya menjelaskan.
"Berhati-hatilah, aku tidak ingin kau kenapa-napa" dia mengangguk.
"Kau tenang saja, aku akan baik-baik saja" aku mengangguk.

Ku harap dia baik-baik saja, karena aku tidak ingin dia kenapa-napa. Aku sangat menyayanginya, aku harap dia bisa menjaga dirinya dengan baik. Aku akan selalu mendoakanmu, Jun.

***

~Jun Pov~

Aku sangat lega sekarang, karena aku sudah menceritakan semuanya kepadanya. Dan yang membuatku senang, dia masih tetap menerimaku. Aku hanya tidak ingin, kehilangan seseorang yang sangat berharga di hidupku, dan dia adalah satu orang yang sangat berharga di hidupku.

"Rena-chan" panggilku.
"Doustano?" tanyanya tersenyum.
"Bagaimana jika aku mengajakmu ke langit?" tanyaku dan dia melebarkan kedua matanya. Lucu juga.
"Ke langit? Memangnya kau bisa membawaku ke langit?" aku mengangguk.
"Berdirilah" dia menurut.

Aku berdiri dan memegang erat pinggangnya, aku hanya tidak ingin jika nantinya aku terbang dia akan jatuh. Maka dari itu, aku memegangnya dengan erat. Kami meloncat, dan disinilah kami berada. Di atas langit, terbang tanpa sepasang sayap yang melekat di punggung.
Ini memang salah satu kelebihanku, aku hanya akan menggunakannya didepan orang yang mengetahui kemampuanku termasuk Rena.

Langit malam yang indah dengan bintang yang menghiasi malam, menambah kesan yang sangat indah dan bisa memanjakan mataku dan Rena. Benar-benar sangat indah.
Aku menoleh melihat Rena yang tersenyum lebar, aku yakin dia pasti suka dengan indahnya malam ini. Yah... walau sempat tadi, dia seperti tidak yakin tapi ternyata dia menikmati malam ini. Aku sangat senang, jika dia juga senang ketika ku bawa terbang seperti ini.

"Indah sekali Jun" ucapnya riang.
"Syukurlah jika kau suka" dia mengangguk.
"Jun, lihat itu" apa?

Aku menoleh, melihat apa yang di tunjuk Rena. Apa aku tidak salah lihat? Rumah? Eh bukan, itu seperti istana. Iya istana, tapi kenapa di langit ada istana. Padahal, jika aku terbang aku pasti tidak melihat istana itu. Apa mungkin, aku tidak memperhatikan atau mungkin saja, istana itu baru?. Err... membingungkan.

"Itu istana?" tanyaku dan ku lihat dia menggeleng.
"Entahlah Jun, aku tidak tahu" balasnya.
"Apa perlu kita kesana?" tanyaku.
"Jangan Jun, bagaimana jika ada sesuatu yang berbahaya disana? Aku takut" benar juga kata Rena.
"Baiklah, kita terbang saja ya? Aku akan membawamu menjauh dari istana ini" dia mengangguk.

Aku memutar badan, dan ku bawa dia menjauh dari istana itu. Apa itu istana langit? Tapi, bila di pikir itu sungguh sangat lucu. Di jaman yang serba modern seperti ini, masihkah ada istana? Dan itupun berada di langit.
Tunggu, jika aku lihat dari bawah dan ke atas. Aishh... jauh sekali aku membawa Rena, langit lapis ke berapa ini?. Apa ini yang ke tujuh? Aish... serba salah. Padahal jika aku terbang, aku tidak pernah sejauh ini. Baru kali ini aku terbang sejauh ini, dan itupun ketika aku membawa Rena. Aduh... Jun, Jun kau bodoh sekali.

Aku mendaratkan kakiku di awan dan ku lepas peganganku dari pinggangnya. Dia tersenyum dan mencoba untuk duduk, ku ikuti saja tingkahnya. Aku duduk berhadapan dengannya. Dia masih saja menunjukan senyum girangnya itu.

"Wah... Jun, ini benar-benar mengagumkan" katanya tersenyum girang.
"Jika kau mau, aku akan selalu sering mengajakmu terbang Rena, apa kau mau?" dia mengangguk antusias.
"Yah.... aku mau Jun, ini benar-benar indah dan aku sama sekali tidak pernah berfikir bisa duduk di awan seperti ini" aku tersenyum mendengar penjelasnnya.
"Jun, aku lapar" ucapnya sambil memegang perutnya.

Kasihan juga dia? Apa dia dari rumah belum makan sama sekali?. Aku tidak tega, melihatnya kelaparan seperti itu. Ku angkat tangan kananku dan ku arahkan ke awan.
Tarra...
Dan munculah makanan enak. Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi melihat Rena yang kelaparan seperti itu, aku jadi tidak tega melihatnya. Dia menatapku dengan pandangan bingung sekarang, dan aku hanya tersenyum membalas kebingungannya.

"J-Jun...?" aku mengangguk.
"Makanlah, daripada perutmu terus berbunyi seperti itu" dia tersenyum dan mengecup pipiki.
"Arigatou" aku mengangguk.
"Kau juga makan ya? Aku tidak ingin, jika aku makan sendiri, lagi pula ini juga banyak Jun" aku mengangguk.

Aku sengaja membuat makanan banyak, karena sebenarnya aku sendiri juga sangat lapar. Jujur, tadi sebelum mengajaknya pergi ke taman, aku sama sekali belum makan. Aku hanya memikirkan perasaannya, karena aku menyembunyikan rahasiaku selama ini darinya.
Kami makan dengan menikmati langit di sekitar kami, aku merasa aku seperti piknik dengannya. Hanya saja, piknik di atas awan. Kalian bisa membayangkannya, bagaimana asyiknya di atas awan. Sangat seru dan sangat indah, dengan ditemani bulan dan bintang. Indahnya.

***

~Author Pov~

Pagi kembali tiba. Seperti biasa, sebelum Jun berangkat ke kampus ia pergi untuk menjemput Rena di rumahnya. Terlihat jelas, setelah Jun sampai Rena keluar dari rumahnya. Ia tampak sangat ceria, wajahnya bebrinar dengan senyumnya yang mengembang menambah kecantikan di wajahnya.

"Jun-kun" sapanya ceria.
"Rena-chan, kau sudah siap?" gadis itu mengangguk membalasnya.
"Ayo berangkat" Jun mengangguk.

Jun menggandeng tangan gadis itu, mereka berjalan sambil menikmati pemandangan di sekitar mereka. Di pagi hari seperti ini, pemandangan di daerah itu memang sangat menyejukkan.

"Jun-kun, aku masih saja memikirkan hal semalam" ucap Rena membuka percakapan.
"Kau mau lagi?" tanya Jun dan Rena mengangguk.
"Tenang aku akan mengajakmu sering-sering terbang ke atas awan" kata Jun tersenyum.
"Honto?" Jun mengangguk.
"Arigatou" Jun kembali mengangguk.
"Mau ku gendong?" tawar Jun dan Rena menggeleng.
"Iie, aku tidak ingin merepotkanmu" kata Rena membalas.
"Tidak, kau tidak pernah merepotkanku. Lagi pula, aku akan membawamu ke kuliah dalam hitungan detik" kata Jun menjelaskan.
"Memangnya kau bisa?" Jun mengangguk.
"Kau tidak percaya?" tanya Jun.

Rena hanya diam, tanpa membalas pertanyaan Jun. Jun tersenyum, ia menolehkan pandangannya ke arah kanan dan kiri. Sepi. Bagus, itu menjadi kesempatan untuk Jun. Jun menggendong Rena, hingga membuat gadis itu menjerit dan tanpa basa-basi ia berlari dengan kecepatan kilat, melewati kendaraan yang berada di depannya.
Hanya dalam hitungin detik, ia sampai di depan gerbang kuliah. Ia menurunkan Rena dari gendongannya. Rena terpaku, ia tidak menyangka jika ia bisa sampai di kuliah, secepat itu. Ia menolehkan pandangannya ke arah Jun yang tersenyum melihatnya.

"Baru semalam kau mengajakku terbang dan sekarang, kau bisa berlari secepat kilat?" Jun mengangguk.
"Itu salah satu kemampuanku Rena" Rena tersenyum mendengarnya.
"Kau benar-benar hebat, Jun" Jun tersenyum mendengar pujian gadis itu.
"Kita masuk ya? Satu lagi, jangan sampai anak-anak tahu tentang kekutanku" Rena mengangguk.
"Aku akan menjaga rahasiamu" kata Rena yang membuat Jun tersenyum.

***

Jun keluar dari perpustakaan. Ia baru saja menemukan buku yang di carinya. Setelah itu, ia harus pergi ke lapangan basket, untuk berkuliah. Sampai disana, ia terkejut melihat Yui dan ketiga temannya terkapar dalam keadaan terluka.

"Yui, kau kenapa?" tanyanya pada kapten basket itu.
"Sayaka Jun, di-dia yang melakukan semua ini" balas Yui tertatih. Tubuhnya bergetar menahan sakit.
"Sial, dia lagi" geramnya.
"Dimana dia sekarang?" tanya Jun.
"Dia pergi ke arah belakang, sebaiknya kau jangan meneladeninya. Dia sangat berbahaya, untukmu" kata Yui.
"Aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini Yui, lihat teman kita juga menjadi sasaran pemuda itu" kata Jun dengan geram.

Jun berdiri, ia berbalik dan pergi untuk menemui Sayaka. Sedangkan Yui, ia berdiri dari jatuhnya. Dan melihat temannya yang merintih kesakitan dan dalam kondisi terbaring.

"Kapten, apa yang harus kita lakukan?" Yui menggeleng.
"Jun pasti akan terluka sama seperti kita kapten" kata salah satu temannya lagi.
"Aku akan mencoba menyusulnya, kalian pergi ke UKS untuk mengobati luka kalian" ketiga temannya mengangguk.

Yui berjalan dan melangkah menyusul Jun, ia sangat khawatir jika Jun akan terluka sepertinya dan ketiga temannya yang lain. Rasanya tulangnya benar-benar ingin remuk, ia mendapat pukulan di bagian perut, pinggang dan kakinya. Wajahnya hanya sedikit memar, tapi tidak separah di tubuhnya.
"Sakit sekali, jika seperti ini aku tidak bisa menyusul Jun" gumamnya.
Ia berhenti sejenak di lorong kelas yang sepi, menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia benar-benar sangat lelah, karena telah di pukuli oleh Sayaka.

***

"Sayaka" teriak Jun ketika ia mengetahui Sayaka berada di belakang kampus.
"Jun, kau kemari juga ternyata" kata Sayaka tersenyum licik.

Jun mengangkat tangan kanannya, dan menyerang Sayaka menggunakan kekuatannya.
Bugh...
Sayaka terkena pukulan tangannya, dan membuatnya harus terlempar dan mendarat di tanah dengan mulus. Ia menatap Jun dengan tajam, ia tidak rela jika dia di perlakukan seperti itu kepada Jun. Dia bangkit dan kemudian bersiap, mengeluarkan kekuatan dari tangannya.

Mereka melempar kekuatan mereka masing-masing secara bersamaan. Dan terlihat jelas, jika dua cahaya mengelilingi mereka. Cahaya biru dari Jun sedangkan hijau dari Sayaka. Kedua mata pemuda itu, sama-sama tajam menatap satu sama lain.
Beruntung karena tempat itu sepi, jadi mereka leluasa mengeluarkan kekuatan mereka. Tak lama, Jun mendorong kedua tangannya dan membuat pemuda bermarga Yamamoto itu, terpental. Ia tidak sanggup untuk menahan serangan Jun.

"Kemana kemampuanmu kemarin? Apa kau sudah menjadi lemah, Sayaka?" tanya Jun membuat Sayaka geram.
"Jangan sombong kau, Jun" dia berdiri dan kembali mengeluarkan kekuatan dari tangannya.

Dengan memanfaatkan tangan kanannya, Jun mengangkat dan kembali menyerang Sayaka. Menahan kekuatan yang kelaur dari kedua tangan Sayaka. Mereka kembali beradu. Dan tanpa disadari Jun, keningnya bercahaya dan mengeluarkan sinar.
Entah apa sinar itu, tapi setiap kali Jun menyerang musuh menggunakan kekuatannya pasti dari keningnya muncul cahaya berwarna putih. Dan itu sering kali terjadi pada Jun. Hanya disaat pemuda itu tengah melawan musuhnya. Jun sendiri juga tidak tahu, cahaya apa yang ada di keningnya itu.

Tak lama, Jun mengangkat tangan kirinya yang menganggur. Cahaya biru keluar dan dia arahkan pada Sayaka. Sekarang, dia bisa melihat Sayaka yang terlempar dan memegang dadanya karena sakit akibat kekuatan Jun yang menghantam tubuhnya.

"Jangan pernah lagi menganggu temanku atau orang-orang yang dekat denganku, jika kau masih berani aku tidak akan segan-segan membunuhmu, Sayaka" kata Jun menatapnya tajam dan ia pergi begitu saja meninggalkan Sayaka yang masih kesakitan.

"Sayaka, seharusnya kau tidak bertindak bodoh seperti ini" Sayaka menoleh.
"Kau? Kenapa kau tidak datang, menolongku?" tanya Sayaka.
"Ini bukan saatnya untuk menyerang Jun, ada saatnya nanti kau sabar saja" kata orang itu membalas.

Pemuda itu mengeluarkan kekuatannya dari tangannya, dan mengarahkan tepat pada dada Sayaka. Tak lama, ia menurunkan tangannya karena ia rasa itu sudah cukup, untuk mengobati Sayaka.

"Arigatou" pemuda itu hanya mengangguk.
"Cepat kembali, jangan lagi bertindak bodoh. Karena Jun, bisa saja membunuhmu Sayaka" Sayaka mengangguk.

***

"Yui, kenapa kau ada disini?" tanya Jun yang melihat Yui yang masih di lorong kampus.
"Kau sedang apa bersama Sayaka?" tanya Yui balik.
"Tidak, hanya memberinya sedikit peringatan agar dia tidak menganggumu dan teman kita yang lain" kata Jun membalas.
"Seharusnya kau tidak perlu seperti itu, Jun. Aku dan yang lain, tidak kenapa-napa. Tapi, kau baik-baik saja bukan?" Jun mengangguk.
"Aku baik-baik saja" Yui tersenyum.
"Syukurlah kalau begitu" balasnya sekilas.
"Ya sudah, sekarang kita harus pergi Yui" Yui mengangguk.

***

Rena berjalan keluar kampus, ia sudah mengabari Jun jika dia akan menunggu Jun di luar kampus. Dan Jun akan menyusul nantinya. Dan sekarang ia berdiri di samping gerbang, sambil memainkan hanphonennya.

"Matsui Rena" ia mendongak ketika mendengar suara seseorang.
"Yamamoto S-Sayaka?" pemuda itu mengangguk dan tersenyum membalasnya.
"Senang bertemu denganmu" kata Sayaka tersenyum sinis.
"Mau apa kau kemari?" tanya Rena.

Sayaka memperlihatkan bola berwarna hijau dari tangan kanannya, dan membuat gadis itu terkejut. Ia mundur, ia tidak ingin jika dirinya terjadi sesuatu. Ia takut, jika ia akan bernasib sama seperti dua pemuda yang pernah Sayaka lukai kemarin.

"Rena-chan" mereka menoleh melihat seorang gadis.
"Paruru?" ucap Rena sedikit terkejut.
"Ma-mau apa dia?" tanya Paruru terkejut melihat kekuatan Sayaka.
"Entahlah Paruru, tapi aku takut jika terjadi sesuatu pada kita" balas Rena.

Ketika Sayaka ingin melempar bola itu pada Rena, justruh dia terlempar dan membuatnya harus terjatuh di tanah sambil memegangi dadanya.
"Aku tidak akan membiarkanmu, melukai gadis itu" kata seseorang dari balik pohon.
Dan Sayaka, kini dia berdiri sambil melihat ke sekitar. Ia hanya geram, karena ia ingin melukai Rena namun ia harus terlempar karena kekuatan seseorang.

"Siapa kau, keluar sekarang" kata Sayaka menantang.
"Cih... sombong sekali dia" kata orang itu, yang masih berdiri di balik pohon mengamati Sayaka dan dua gadis itu.
"Siapa yang dia maksud Rena?" tanya Paruru tidak mengerti.
"Entahlah, aku tidak tahu" jawan Rena.

Jun. Entah kenapa, ia berfikiran jika Jun yang menyelamatkannya dan Paruru. Karena setahunya, hanya Jun yang mempunyai kekuatan di kampus itu.
Sedangkan orang yang berada di balik pohon, ia kembali mengeluarkan kekuatannya dan membuat Sayaka, harus kembali terlepar dan Sayaka bertambah geram dengan tingkahnya. Ia tersenyum melihat Sayaka yang kesakitan.

"Aku akan mencarimu, lihat saja nanti kau akan mati di tanganku" setelah itu dia pergi begitu saja.
"Hah... dasar pemuda sombong. Mentang-mentang mempunyai kekuatan, dia seenaknya saja mengeluarkan kekuatannya di kampus" kata orang itu kesal.,

Sedangkan Rena dan Paruru masih berdiri di tempat mereka. Dan sekarang, wajah mereka kebingungan karena mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Rena" mereka menoleh.
"Jun-kun" sapanya balik.
"Paruru, aku pulang dulu ya?" Paruru mengangguk.
"Hati-hati di jalan, aku juga akan pulang" Rena mengangguk.

Setelah itu, mereka berpisah. Jun dan Rena, berjalan keluar menjauhi kampus yang sudah sepi. Rena masih berfikir tentang kejadian tadi, ia masih mengira jika orang yang menolongnya adalah Jun.

"Jun" panggilnya.
"Hai?" balas pemuda itu singkat.
"Tadi, Sayaka mencoba mencelakaiku" katanya membuat Jun khawatir.
"Honto? Lalu bagaimana, kau tidak terluka bukan?" Rena menggeleng.
"Ada yang menyelamatkanku dan Paruru, tapi aku kira itu kau Jun" ucap Rena.
"Aku baru sampai tadi, Rena. Itu bukan aku" balas Jun membuat Rena terkejut.
"Lalu siapa?" Jun menggeleng.
"Entahlah" balasnya sekilas.





To Be Continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar