Minggu, 06 Maret 2016

Story Of My Life (Chapter 01)

Title : Story Of My Life Chapter 01
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Sad, Family, Love, 

Main cast :
  • Shimazaki Haruka
  • Shimazaki Atsuko
  • Shimazaki Mayu
  • Shimazaki Sakura
Support Cast :
  • Matsui Rena

Happy Reading All



~---0---~

~Paruru Pov~ 
Pagi datang, aku terbangun begitu saja tanpa ada yang membangunkanku. Aku menoleh melihat ke atas, aku yakin ini sudah siang. Terlihat dari lubang kecil yang ada di langit-langit atap kamar, begitu rapu dan tidak terawat. Aku bangun dari tidur, tanganku memegang meja kecil di samping kasurku. Kamar yang ku pakai ini, mungkin tidak layak untuk di sebut kama. Karena, yang ku kenapakan hanya kasur tipis yang langsung bersentuhan dengan lantai. 
Aku mencoba berdiri, walau kakiku sangat sulit untuk kugerakkan. Tanganku menekan meja, membantuku agar aku bisa berdiri. Aku melihat kedua kakiku yang bergetar, aku diam sejenak. Setelah ku rasa baik, ku langkahkah kakiku kananku terlebih dahulu. Aku sedikit gemetar, kakiku seperti tidak bisa menahan berat tubuhku. Kemudian, ku langkahkan kaki kiriku. Sama seperti tadi, aku sedikit gemetar. Tapi, aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku yakin, aku bisa melangkah sampai aku keluar. Aku tidak ingin membuat pelayanku, mengkhawatirkanku lagi.Bughh... Aku mengaduh, tubuhku mencium lantai dengan keras. Sakit sekali, padahal pintu sudah dekat dengan jarakku sekarang. Aku mencoba bangkit, dan setelah berdiri, aku kembali berjalan dengan langkah pelan. Langkah kedua, aku kembali roboh, beruntung aku tidak menyentuh lantai, aku menempel di pintu kamar. Ku raih gagang pintu, lalu ku putar dan membuka pintu kamar kecilku ini.  Kamarku ini langsung terhubung dengan dapur. Sebenarnya, kamar yang ku pakai ini adalah gudang. Tapi, sekarang aku yang menempati kamar ini. Hanya saja sedikit lubang kecil di atap, mungkin karena sebelum aku menempati, kamarku ini tidak terawat dan ya, begitulah. Kau tahu jawabannya.
Aku menoleh melihat dapur, ternyata tidak ada orang. Aku kembali melangkah, dan kali ini lebih pelan. Karena, aku tidak bisa berjalan dengan cepat seperti anak yang lain.  Bugh.... Lagi-lagi aku harus mencium lantai. Sangat sakit bila ku rasa di tubuhku, apalagi keningku yang langsung bersentuhan dengan lantai. 
"Nona Haruka" aku mendongak melihat pelayanku yang datang. Dia membantuku bangkit. "Kenapa nona tidak menungguku saja?" aku bisa melihat wajahnya yang khawatir denganku. "Aku ti-tidak i-ing-ngin menyusah-sahkanku" lagi, aku tidak bisa berbicara secara langsung.  "Kau tidak pernah membuatku susah nona. Nona lapar?" aku mengangguk pelan. "Baik, aku akan menyiapkan makanan untuk nona" aku kembali mengangguk membalasnya."Sekarang nona duduk dulu ya" lagi, aku mengangguk.  
Aku melupakan sesuatu, ternyata. Aku Shimazaki Haruka, kalian bisa memanggilku Haruka atau Paruru. Aku anak keluarga Shimazaki, namun seperti apa yang kalian lihat. Aku tidak di tempatkan pada kamar yang layak, namun kamar yang dulunya adalah bekas gudang.  Dulu, aku disayang tapi semenjak ayah dan ibu menganggapku adalah pembuat masalah, dan hanya memalukan keluarga saja, aku di tempatkan di tempat seperti ini. Tempat yang menurut orang tidak layak untuk di tempati. 
Sudah bertahun-tahun, aku di tempat seperti itu. Aku tidak pernah melakukan apa-apa, hanya diam dan keluar bila aku sedang bosan.  
***
Dan sekarang, aku tengah duduk di taman. Taman yang sangat dekat dengan rumah, aku selalu kemari jika aku sedang bosan.  Aku memikirkan nasibku yang semakin lama, semakin membuatku sangat sedih dan sakit. Entah sampai kapan aku seperti ini. Menjadi seorang gadis yang tidak berguna. Kakiku, tidak bisa berjalan seperti kaki orang lain, dan lagi aku bodoh. Maka dari itu, aku berhenti sekolah karena kedua orang tuaku yang memutuskannya. Arrghhh....Aku meringis ketika ada sebuah benda yang mendarat di kepalaku. Aku menoleh, melihat sekumpulan anak kecil yang tertawa melihatku. Pasti, selalu saja jika aku berada di taman, mereka akan menggangguku, membuliku dengan kata-kata kasar. Dan itu sangat sering membuat hatiku sakit. Aku mencoba berdiri, ketika aku ingin melangkah justruh aku terjatuh. 
Aku bisa mendengan suara tawa yang semakin keras dari mulut anak-anak itu. Aku hanya bisa diam menahan air mataku agar tidak keluar. Aku kembali mencoba berdiri, belum juga melangkah aku harus mencium tanah yang di tumbuhi rumput hijau. Aku jatuh, karena ada yang mendorongku. Aku menoleh, melihat seorang anak kecil yang tertawa melihatku. 
"Kawai so. Kau memang gadis yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa" kata-katanya benar-benar membuatku ingin menangis. Tapi, tetap aku menahan tangisku.
Entah sampai kapan, aku harus menjadi gadis lemah seperti ini. Selalu di bully dan tidak bisa melakukan apa-apa, selain pasrah menerima keadaan.  
"Nona Haruka" aku mendongak melihat pelayanku yang datang. Kemudian, ia mengusir anak-anak yang mengangguku tadi. "Daijoubu desuka nona?" aku mengangguk ketika aku sudah dalam kondisi berdiri.  
Dia membimbingku berjalan, dan kemudian kami masuk ke dalam dapur. Dan aku segera masuk ke kamar, dia membantuku untuk terbaring di kamar.  "Nona istirahat dulu ya?" aku mengangguk.Ku lihat dia melangkah keluar. Aku kembali menoleh, melihat atap langit kamar ini. Ruangan ini memang benar-benar tidak terawat, tetapi ketika aku menempati ruangan ini, aku memberihkannya dan membuat ruangan ini menjadi tempatku tidur, walau masih terlihat tidak begitu layak di gunakan, aku tetap menggunakannya. Duarr.... Suara itu berhasil membuat kesadaranku kembali ke alam nyata. Aku merasakan, sesuatu yang jatuh di pipiku. Hujan? Ternyata hujan datang, memang tadi ku lihat langit sedikit mendung. Aku bangun dari tidur, dan ku gerakan tubuhku ke samping, menghindari hujan. Aku mengambil bantal dan selimut. 
Aku kembali tidur, setelah ku rasa posisiku tidak terkena air hujan. Aku tidak sedih, jika harus tidur di tempat seperti ini. Aku sedih, karena ketika aku sedang membutuhkan keluargaku, justruh mereka harus mendiamkanku. Kruk... Aduh... perutku, aku lupa jika aku belum makan. Aku bangkit dan mencoba berdiri, ku gerakan kakiku perlahan. Pelan-pelan Paruru, pasti kau bisa. Belum juga sampai, pintu terbuka dan membuatku terkejut hingga aku mencium lantai dengan keras.  
"Nona Haruka" dia membimbingku bangkit. "R-Rena A-a-ku I-ing-ngin ma-ma-makan" kataku langsung dan dia membantuku untuk kembali duduk di kasur tipis itu. "Iya nona. Aku akan mengambilkan makanan untuk nona" aku mengangguk. Dia berdiri dan kembali keluar dari kamarku. 
Tak lama, samar-samar aku mendengar suara. Aku yakin, itu dari dapur. Penasaran, aku bangkit dari tidurku. Melangkah pelan, dan setelah tiba di dekat pintu. Aku memegang gagang pintu, memutarnya dan membuka pintu kamar. Aku bisa melihat Rena yang tengah berbicara dengan adik bungsuku, Shimazaki Sakura. 
"Baik nona, nanti aku akan membelikannya untuk nona. Sekarang masih hujan nona" ku lihat Rena menunduk di depan Sakura. "Baguslah kalau begitu" kata Sakura membalas. Apa yang mereka bicarakan ya?. 
Tak lama, aku melihat Sakura yang menoleh ke arahku. Dia menatapku dengan pandangan tidak suka, seperti biasa. Aku hanya diam, sambil tanganku memegang pintu untuk menahan berat tubuhku, karena kakiku masih saja bergetar. 
"Gadis yang tidak berguna" ejekannya terdengar di telingaku.  "Untuk apa kau keluar? Kau merusak suasana" dia kembali mengejekku. Aku hanya diam mendengarnya.Dari dulu dia memang tidak menyukaiku, karena kedua orang tua kami yang melarang saudaraku untuk mendekatiku. Dan semenjak itu, mereka membenciku. Ayah, ibu, kedua kakakku dan bahkan adikku sendiri. Mereka semua membenciku. 
"Nona, jangan seperti itu, dia kakakmu" kata Rena menasehati. "Aku tidak pernah mempunyai kakak yang cacat sepertinya, dan dia juga sangat bodoh" rasanya aku benar-benar ingin menangis. 
Apa kau tahu, Sakura? Jika hatiku ini sangat sakit, mendengar ucapan-ucapanmu itu. Apa kau tidak bisa melihat, jika aku sudah menderita seperti ini. Aklu berbalik, aku tidak ingin lagi melihat dan mendengar Sakura, apalagi jika dia mengatakan kata-kata pedasnya yang membuatku sakit. Bugh...Aku terdorong dan membuatku harus mencium lantai, tubuhku sangat sakit sekali. Dan aku bisa mendengar suara tawa yang keluar dari mulut Sakura. Tidak bisakah dia sehari saja, tidak mengangguku. 
"Nona Haruka" Rena datang dan membantuku bangkit. "Nona Sakura, harusnya kau tidak berbuat seperti itu pada nona Haruka" kata Rena menasehati kembali Sakura. "Cih... untuk apa aku harus kasihan pada gadis yang tidak berguna, seperti dia" dia berbalik dan keluar dari dapur. "A-a-ku ti-ti-da-dak apa-apa, Re-Re-na" aku memaksakan senyum. 
Dia membantuku untuk kembali ke kasur tipisku, yang selama ini sudah menemani tidurku. Rena, memang perhatian denganku, berbeda dengan keluargaku yang menganggapku, tidak ada. Bahkan adikku yang terkesan senang menyiksaku. 
"Re-Rena A-a-aku I-ing-ingin ma-ma-kan se-seka-karang" ucapku melihatnya. "Sebentar nona aku akan mengambil makanan untuk nona. Nona disini saja, ya?" aku mengangguk.
Aku duduk sambil menyandarkan tubuhku, di dinding kamar. Menunggu kedatangan Rena yang membawa makanan untukku. 
***
~Author Pov~ 
Seorang gadis tengah duduk di ruang tamu. Di tangannya terdapat sebuah majalah. Di meja, terdapat makanan kecil di dalam toples dan segelas kopi yang setengahnya sudah habis. Dia terlihat sangat fokus pada majalahnya itu. 
"One-chan" suara itu membuatnya menoleh. Ia bisa melihat seorang gadis yang berjalan ke arahnya. "Doustano Sakura?" tanyanya pada gadis itu dengan kembali membaca majalahnya. "Aku ingin di belikan lagi baju, nee-chan. Boleh tidak?" suara manja adiknya itu, membuatnya tersenyum. "Baik, besok kita beli ya?" Sakura melebarkan senyumannya, mendengar jawaban dari mulut kakak pertamanya. "Arigatou one-chan, kau memang sangat baik sekali" Atsuko tersenyum mendengar pujian dari adiknya.  
Pintu rumah terbuka, mereka menoleh dan melihat seorang pemuda masuk dan kini berjalan ke arah mereka.
"Mayu-kun" pemuda itu menoleh dan melihat mereka. "One-chan Sakura" sapanya tersenyum. "Kau sudah pulang?" Mayu mengangguk mendengarnya. 
Pemuda itu duduk di dekat kakak pertamanya. Mereka sangat terlihat dekat. Dan sesekali juga mereka bercanda, hingga kedua orang tua mereka datang dan bergabung dengan mereka.  "Mayu, kau sudah pulang ternyata" Mayu mengangguk mendengar pertanyaan dari ayahnya.Kedua orang tua mereka duduk dan kembali mereka, berbincang-bincang ringan. Terlihat jelas, mereka merasa sangat sempurna dengan kebahagiaan mereka. 
Tanpa disadari mereka, seorang gadis melihat mereka dari balik pintu dapur. Gadis itu sangat sedih melihat, mereka yang sangat bahagia tanpa adanya dirinya di tengah-tengah mereka. Dia membalikan badannya.Dan sekarang, ia melihat pelayanannya yang tengah mengambil uang dari lemari dapur, dan kemudian memasukkannya di saku.  
"Rena" Paruru menyapa Rena."Doustano nona?" tanya Rena tersenyum."K-Kau i-ing-ngin kema-ma-na?" tanya Paruru langsung."Membeli pesanan nona Sakura, nona" kata Rena membalasnya."A-apa bo-bo-le-leh jika ak-aku i-ku-kut? A-a-ku se-se-da-dang bosa-san, di ka-ka-mar" kata Paruru meminta ijin, ia memang sangat bosan bila harus di kamar."Jangan nona nanti kau kelelahan" Paruru tersenyum membalasnya."Ja-ja-ngan kha-wa-wa-tir. I-ini ju-ju-ga un-un-tu-tuk me-me-la-latih ka-ka-ki-ku" kata Paruru menjelaskan."Baiklah, nona boleh ikut. Tapi, aku tetap membantu nona ya?" Paruru mengangguk mendengarnya.
Mereka keluar. Rena membimbing majikannya yang malang itu, ia tahu Paruru tidak akan mungkin memaksakan kakinya yang bermasalah.  
"Rena, kau ingin kemana?" Rena menoleh melihat Atsuko yang bertanya."Membeli Yogurt pesanan nona Sakura, nona Atsuko" kata Rena membalas. "Kau pergi dengan gadis yang tidak berguna itu, Rena?" tanya Mayu melihat Paruru yang menunduk. "Iya tuan, kebetulan nona Haruka sedang bosan, jadi aku mengajaknya saja" kata Rena membalas. "Jika kau membawa gadis itu, sampai kapan kau akan kembali ke rumah? Lihat, berjalannya saja harus di bantu olehmu" kata Sakura panjang lebar. "Aku usahakan secepatnya nona, aku hanya tidak tega melihat nona Haruka yang bosan" kata Rena membalas. 
Jawabannya membuat Sakura mendesah, ia mendecak sebal mendengar balasan Rena. Sakura berjalan ke arah mereka, dan menatap Paruru dengan ketus.  "Sudah tidak berguna, kau begitu manja" kata Sakura mengejek.  Dengan kasar, ia mendorong gadis yang berstatus menjadi kakak ketiganya itu. Walau Sakura dan keluarga lainnya, tidak pernah mengakui status Paruru. Namun, Paruru tetap kelurga mereka. Darah daging dari kedua orang tua mereka.  
"Nona Haruka" Rena lekas membantu gadis yang malang itu."Sudah jangan pedulikan dia, lebih baik kau pergi saja sekarang, aku sudah tidak sabar memakan yougurtku" kata Sakura dengan tegas. "Re-Re-na Le-le-bih ba-ba-ik ka-kau per-pergi se-sekara-rang, a-aku a-ka-kan ke-kem-ba-bali ke ka-ma-mar se-sen-di-ri" kata Paruru tersenyum lemah."Tapi nona,-" "Kau tidak dengar? Cepat pergi sekarang" kata Sakura dengan nada membentak.
Setelah bentakan dari Sakura, Paruru berbalik hendak masuk ke dalam dapur sendiri tanpa Rena. Sedangkan Rena, walau dia khwatir dia tetap keluar rumah untuk membeli pesanan Sakura.  Dengan senyum licik, Sakura melangkah menghampiri Paruru. Dan tanpa pikir panjang lagi, dia kembali mendorong Paruru tanpa belas kasihan sama sekali, ia benar-benar tega membuat kakak ketiganya seperti itu. Entah berapa kali, Paruru mencium lantai dari tadi pagi sampai malam sekarang ini. "Lain kali, jangan menjadi gadis manja, BAKA" kata-katanya sangat menyakitkan di telinga Paruru, dan Sakura juga mengeraskan suaranya, ketika mengucapkan kata 'Baka'. Kedua orang tua mereka hanya diam, memandang Paruru dengan tatapan tidak suka. Mereka seperti senang, dengan perlakuan Sakura yang menyiksa Paruru seperti itu. Sedangkan Mayu, dia juga tersenyum tipis. Dia menganggap Paruru, memang pantas mendapatkan perlakuan seperti itu.
Sedangkan Atsuko, dia hanya diam menatap mereka dengan wajah datar. Dan entah apa yang di pikirkan gadis itu, ia hanya diam dengan tatapan datarnya melihat adik keduanya itu yang lemah dan mungkin tidak berguna sama sekali.Paruru mencoba bangkit, ia berdiri seperti semula. Tanpa sedikitpun menoleh, ia melangkah ke arah dapur. Air matanya menetes begitu saja membasahi kedua pipi mulusnya. Ia sangat pasrah menerima keadaan seperti itu.  
"Sakura, kemarilah nak. Biarkan saja, gadis itu" Sakura menurut, ia kembali kepada kedua orang tuanya dan kedua kakaknya. Mereka kembali duduk dan bercanda tawa, tanpa sedikitpun mengkhawatirkan Paruru yang hatinya sangat sakit, beban di pundaknya seperti bertambah melihat perlakuan mereka yang sangat keterlaluan dengannya.Sampai di kamar, ia merebahkan dirinya di kasur tipis itu. Menghapus air matanya yang mengalir, dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut tipis. Ia benar-benar membutuhkan ketenangan hari ini, dan ia berfikir dengan dia tidur, ia bisa kembali tenang. Dan tak lama, ia benar-benar tertidur.




To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar