Senin, 21 Maret 2016

Sky Prince and Sleeping Princess (Chapter 03)

Title : Sky Prince and Sleeping Princess Chapter 03
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, fantasi, love

Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
Support Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
  • Others
Siapa yang udah nunggu FF yang ini? Hehe... sory, baru ngepost yang ini soalnya kemarin belum ada ide hehe.... 

Happy Reading All.....


~---0---~


~Paruru Pov~

Awan? Kenapa aku bisa berada di atas awan?. Bagaimana bisa aku berada disini? Dan kenapa pakaianku serba putih seperti ini?. Apa yang terjadi padaku, sekarang ini?. Aku mencubit kedua pipiku. Ahh... sakit sekali, jadi itu berarti aku tidak bermimpi? Lalu bagaimana bisa aku berada disini? Aku tidak ingat apa-apa.

"Shimazaki Haruka" aku menoleh ketika mendengar seseorang menyebut namaku.
"Siapa kau?" tanyaku melihat seorang gadis yang berdiri membelakangiku.
"Aku adalah putri dari kerajaan pemimpin bulan, dan aku sangat membencimu" aku terkejut. Apa maksudnya?.
"Kenapa kau membenciku? Apa salahku padamu?" dia berbalik menunjukan wajahnya yang sangat menyeramkan bagiku.
"Karena kau sudah merebut pangeran Yui dariku" aku melebarkan kedua mataku sekarang.
"Pangeran Yui?" dia mengangguk.
"Dia adalah orang yang sangat ku cintai, tapi kau merebutnya dariku. Kau perlu di beri pelajaran" mau apa dia?.
"Mau apa kau?" tanyaku.

Dia memperlihatkan telapak tangannya yang mengeluarkan sebuah bola berwarna merah?. Apa itu api?. Tidak, mau apa dia?. Aku benar-benar sangat takut, tatapan matanya sangat tajam kepadaku. Mau apa dia kepadaku?. Tuhan, tolong aku.

"Aku akan membuatmu tidur untuk selamanya, putri tidur" dia tersenyum licik dan sinis. 
"Tidak, aku tidak mau. Tolong...."

Arghhh.....

"Paruru, kau kenapa?" aku menoleh ke arah kanan dan kiri. Aku di kamar? Bagaimana bisa padahal tadi...
"Paruru, kau kenapa sayang?" aku mendongak melihat pangeran. Segera saja, aku memeluknya.
"Pangeran, aku bermimpi buruk" ucapku memeluknya dengan erat.
"Kau bermimpi apa memang?" tanyanya melepas pelukan.
"Aku bertemu dengan seorang gadis. Aku tidak tahu, siapa gadis itu tapi dia ingin membunuhku" jawabku terdengar bergetar.
"Sudahlah itu hanya bunga tidur, sayang" ucapnya mengelus kepalaku.
"Tidak pangeran, itu seperti nyata. Dia mengaku sebagai putri bulan" dia melebarkan kedua matanya.
"Putri bulan?" aku mengangguk.
"Sudah ya sayang, aku akan menjagamu kau jangan takut, ne?" aku mengangguk dan memeluknya.

***

~Yui Pov~

Putri bulan? Apa mungkin itu 'dia'? Apa dia mendatangi Paruru melewati mimpi Paruru?. Untuk apa dia berbuat seperti itu?. Aku tahu, pasti Paruru sangat ketakutan sekarang. Putri bulan, aku sangat tahu siapa dia. Dia sangat licik dan dia akan melakukan apa saja yang menjadi keinginannya. Walaupun cara itu adalah cara yang sangat licik.

"Kau sudah membaik?" dia mengangguk.
"Jangan di pikirkan lagi, ya? Aku selalu disini menjagamu, Paruru. Kau tenang ya?" dia kembali mengangguk.
"Oh iya, kenapa pagi-pagi pangeran sudah berada di rumahku?" tanyanya.
"Aku hanya tidak ada kegiatan pagi ini, daripada aku di rumah aku kemari saja" balasku membuatnya tersenyum.
"Pangeran, aku ingin jalan-jalan bersamamu" katanya.
"Baik, kau mandi saja dulu" dia mengangguk.

Sementara dia pergi untuk mandi, aku keluar dan duduk di sofa ruang tamu. Rumah Paruru ini memang sangat sederhana. Dia tinggal sendiri disini, kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Aku sangat khawatir, jika dia disini sendiri. Apalagi ketika dia sudah mendapat mimpi buruk seperti tadi.
Putri bulan memang sangat menyukaiku, tapi aku tidak menyukainya. Dulu, aku hampir saja di jodohkan dengan putri itu. Namun, ayah menolaknya, lantaran putri itu sangat licik, jahat dan begitu sangat egois. Maka dari itu, ayah tidak ingin jika aku menikah dengan gadis itu.

"Pangeran" aku menoleh.
"Kau?" ucapku terheran.
"Kenapa kau lebih memilih gadis bumi itu, daripada aku yang jauh lebih cantik di bandingkan dirinya" tanyanya.
"Aku sangat mencintainya, putri Anna. Aku tidak bisa bersamamu, lebih baik kau pergi saja sekarang, aku tidak ingin dia melihatmu disini" jawabku padanya.
"Aku akan merebutmu dari gadis itu, pangeran. Aku akan menyingkirkan dia" ucapnya lagi.
"Kenapa kau masih keras kepala? Aku tidak mencintaimu, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Ayah dan ibuku saja tidak menyukaimu" ucapku menjawabnya.
"Aku akan membuat mereka menerimaku dan membuat gadis itu pergi selamanya darimu" kemudian, dia pergi begitu saja.

Apa yang akan dia lakukan?. Apa mimpi Paruru akan menjadi kenyataan? Tidak, aku tidak ingin itu terjadi. Aku harus melakukan sesuatu untuk bisa menggagalkan rencana putri bulan itu. Kenapa dia harus datang ke bumi dan berniat jahat, melukai Paruru.
Tuhan, aku tidak ingin gadis yang sangat ku sayangi terjadi sesuatu. Aku harus bisa menjaga Paruru dengan baik. 

"Pangeran" aku menoleh dan tersenyum melihatnya.
"Sudah siap sayang?" dia mengangguk.
"Kita pergi sekarang, ya?" aku mengangguk.

***

Dia sangat cantik sekali. Senyum di bibirnya selalu merekah, wajahnya menjadi semakin manis dan semakin sangat menggemaskan. Aku benar-benar beruntung menjadi kekasihnya. 
Ku lihat dia tersenyum melihat bunga yang indah di taman ini. Aku berjalan dan berhenti di belakangnya, yang tengah asyik memegang bunga dan mencium aroma bunga itu. Bagiku aromamu sangat harum, sayang daripada bunga itu.

"Sayang" ku peluk dia dari belakang.
"Doustano pangeran?" tanyanya sambil memetik bunga itu.
"Apa kau mau bila nantinya kita sudah menikah, kau ikut bersamaku?" dia mengangguk dan tersenyum.
"Aku akan ikut kemanapun kau pergi" balasnya membuat senyumanku melebar.
"Aku berjanji akan menjagamu, dan menjaga cinta kita" dia tersenyum dan mencium pipiku.
"Aku juga akan melakukan hal yang sama" aku tersenyum dan mencium pipinya.

Deg...
Apa ini? Aku menoleh ke arah kanan dan kiri. Aku merasakan sesuatu yang buruk, tapi apa? Apa mungkin putri bulan itu, kemari?. Mau apa sebenarnya dia kemari? Apa dia ingin mencelakai Paruru? Aku tidak akan membiarkannya, jika itu memang itu benar. 
Aku menoleh, ketika aku merasakan sesuatu yang berada di belakangku. Aku terkejut, ketika melihat sebuah akar yang bergerak mengarah kami. Akar hidup?. Apa mungkin, yang melakukan semua ini adalah dia? Putri bulan itu?.

Aku mengeluarkan kekuatanku, dan mengarahkannya pada akr itu, selagi Paruru asyik dengan bunga di tangannya. Sial, akar ini benar-benar hidup. Putri bulan, dia ada disini ternyata. Aku mendorong lagi tanganku, dan berhasil. Akar itu kembali ke asalnya. 
Bertarung secara diam-diam, seperti ini memang sangat menyulitkan untukku. Putri bulan, kau memang benar-benar sangat licik jika menggunakan cara seperti ini. Sudah ku bilang beberapa kali, dia tetap saja bersikukuh untuk mewujudkan keinginannya itu. 

"Pangeran" aku menoleh.
"Doustano Paruru?" tanyaku.
"Kau sedang apa?" tanyanya membuatku menggeleng.
"Tidak ada, hanya memandang wajahmu yang cantik" dia memerah.
"Kau ini, jika kau melihatku kenapa kau melihat ke arah sana" tanyanya membuatku kembali tersenyum.
"Bagiku, aku bisa melihatmu dari dalam hatiku" balasku kembali. Dan kemudian, aku bisa melihat kedua pipinya yang sangat memerah.
"Kau ini, pangeran" balasnya malu.
"Kau sangat lucu, Paruru" aku tersenyum.

***

~Author Pov~

"Apa pangeran? Putri bulan?" Yui mengangguk.
"Dia juga turun ke bumi dan berniat untuk mencelakai Paruru, Jun" balas Yui.
"Lalu apa yang akan pangeran lakukan?" tanya Jun kemudian.
"Aku akan menjaga Paruru, Jun. Aku tidak ingin dia kenapa-napa" balas Yui kembali.
"Masalah kalung itu?" tanya Jun lagi.
"Aku mempunyai firasat kalung itu tidak jauh dari lingkungan kita, aku merasakan keberadaan kalung itu kemarin ketika berada di kelas. Aku yakin, salah satu teman kita memilikinya" balas Yui lagi.
"Baik, pangeran aku akan mencari kalung itu, juga" Yui mengangguk.
"Secepatnya Jun, aku juga akan mencari keberadaan kalung itu" Jun mengangguk balik.

***

Pagi kembali. Paruru masuk ke dalam kelas bersama Rena. Mereka duduk di tempat biasa. Kemudian, mereka diam sambil menyibukkan diri masing-masing. Rena dengan novel yang ia baca, sedangkan Paruru dengan ponselnya. Biasanya dia akan tidur, namun sekarang ia tengah mengirim pesan kepada Yui. Aktifitas barunya itu sudah menjadi hobinya setiap pagi, ketika Yui belum sampai di kampus.
Paruru menoleh melihat Rena yang asyik dengan buku novelnya. Kemudian, ia menolehkan pandangannya pada leher sahabatnya. Sepertinya ia baru sadar, jika Rena menggunakan kalung yang berbeda hari ini. Dia agak heran, dengan kalung sahabatnya itu.

"Rena, apa itu kalung barumu?" tanya Paruru.
"Eh? Bukan Paru, ini kalung pemberian dari ibuku, kata ibu, aku harus menjaga kalung ini, karena suatu saat akan ada orang yang mengambilnya, dariku" kata Rena menjelaskan.
"Siapa orang itu?" Rena menggeleng tidak tahu.
"Entahlah, aku tidak tahu. Tapi, yang jelas aku harus bisa menjaganya, karena itu amanat ibuku. Dan suatu hari nanti, orang itu datang aku harus memberikan kalung ini padanya" Paruru mengangguk mengerti.
"Mudah-mudahan kau bertemu dengan orang itu" Rena mengangguk menyetujui.

Tak lama, mereka menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara teriakan. Setiap pagi, pasti gadis-gadis akan berteriak histeris, ketika melihat pemuda yang sangat tampan di kelas Paruru dan Rena. Sudah sangat sering, mereka mendengar suara teriakan itu dan itu membuat kuping mereka ingin pecah.

"Apa mereka, tidak pernah bosan untuk berteriak seperti itu?" tanya Paruru dengan kesal.
"Kau kesal atau cemburu, karena Yui-kun banyak penggemar" Paruru mendelik ke arah Rena.
"Apa yang kau katakan" Rena menunjukan cengirannya.
"Paru, bukankah kau selalu cemburu jika Yui-kun didekati gadis-gadis itu?" kata Rena tersenyum jahil.
"Cemburu tidak masalah bukan? Karena aku kekasihnya" kata Paruru membalas.
"Tapi, cemburumu itu terlalu berlebihan Paru" Paruru mempoutkan bibirnya.
"Aishh... kau ini" kata Paruru membalas sekilas.

Yui duduk di tempatnya dan Jun di sebelahnya. Yui menoleh ke arah Paruru, yang kemudian tersenyum menyapanya dan ia membalas senyuman gadis itu. 

"Ohayou pangeran" kata Paruru membuka suara.
"Ohayou Paru" kata Yui membalas.

Setelah itu, mereka kembali fokus pada dosen yang sudah masuk. Dan di tengah mengajar, Paruru yang memang tidak bisa menahan kantuknya, menaruh kepalanya di meja. Walau dia berusaha menahannya, namun kantuknya sangat berat dan akhirnya dia tertidur.
Yui menoleh, ia melebarkan kedua matanya melihat kekasihnya yang tengah tertidur. Ia menggelengkan kepalanya. Paruru memang seperti itu, jika berada di dalam kelas. Tapi, ia juga kasihan pada Paruru karena tertidur sangat pulas. 

Yui menoleh ke depan dan melihat dosen yang masih menerangkan. Kemudian dosen itu, kembali menoleh ke arah murid setelah menjelaskan. Dosen itu mengitarakan pandangannya ke segala arah.
"Gawat, jika Paruru ketahuan tertidur" gumam Yui.
Ia mengangkat tangannya, dan meniupnya. Sinar yang keluar dari mulutnya, menuju arah mata dosen itu. Ia tersenyum, ketika dosen yang melihat Paruru yang tertidur, tidak mendapat kemarahan. Ia memang sangat pandai seperti itu. 

***

"Paruru" Paruru mengerjapkan kedua matanya.
"Sayang bangun" kata Yui menggoyangkan tubuh gadis itu.
"Engh... Pangeran, doustano?" tanya Paruru.
"Sampai kapan kau akan tidur? Sedari tadi ku lihat kau tidur saja, kerjaannya" kata Yui mengeluh.
"Gomen, aku sangat mengantuk pangeran" Yui tersenyum.
"Ini sudah istirahat sayang, kita makan ya? Nanti kau sakit, jika kau tidak makan" Paruru mengangguk.

Yui membantu gadis itu bangun dari duduknya, kemudian ia membimbing Paruru untuk keluar dari kelas dan menuju ke kantin.

"Pangeran, kau tahu semalam aku bermimpi bertemu dengan gadis itu lagi" kata Paruru membuka percakapan.
"Apa? Kau bermimpi lagi?" Paruru mengangguk.
"Iya pangeran, maka dari itu aku tidak tidur semalam, aku takut mimpi itu datang lagi" kata Paruru.
"Ya sudah, nanti malam kau tidur di rumahku saja ya, sayang. Jadi, aku bisa menjagamu" Paruru mengangguk.
"Iya pangeran" Yui tersenyum membalasnya.

***

"Yang mulia raja, putri semakin parah" kata salah satu pengawal kerajaan langit.

Sang raja bangkit, kemudian ia melangkah ke kamar putrinya. Ia menemukan putrinya yang tengah terbaring dan tubuhnya bergetar hebat, wajahnya sangat pucat sekali. Ia melangkah mendekati putri kesayangannya itu.

"Putri kau kenapa?" raja mengeluarkan kekutannya dan mengembalikan keadaan putri seperti semula.
"Sepertinya raja harus segera mencari kalung itu" kata tabib istana langit.
"Baiklah, aku akan menyuruh pangeran secepatnya menemukan kalung itu" tabib hanya mengangguk.
"Putri bersabarlah, nak" kata raja menatap sang putri yang tengah tertidur.
"Putri Yuki. Raja, kenapa putri Yuki?" tanya ratu yang datang.
"Dia tidak apa-apa, aku harus bilang pada pangeran agar secepatnya menemukan kalung itu" ratu hanya mengangguk.
"Semoga pangeran, secepatnya menemukan kalung itu. Aku benar-benar tidak tega, melihat putri seperti ini. Aku sangat takut, kehilangan putri raja" raja mengangguk.
"Tenanglah, putri akan selamat" ratu mengangguk.




To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar