Senin, 21 Maret 2016

May, I Love You ? (Chapter 01)

Title : May, I Love You ? Chapter 01
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman

Cast :
  • Matsui Rena
  • Matsui Jun
Support Cast :
  • Shimazaki Haruka

FF ini juga aku post di wattpad, jadi kalian bisa baca di sini dan di wattpad, sesuka kalian saja deh ya... hehe...

Happy Reading All.......



~---0---~

Pagi hari datang. Silau cahaya menembus jendela kamar dari seorang gadis yang tengah terlelap di alam mimpinya. Ia menggeliat, ketika cahaya itu menyilaukan kedua matanya yang masih tertutup. 
"Engh...." lenguhannya terdengar. 
Ia membuka kedua mata indahnya dengan lebar dan menatap jendela. Pagi ternyata. Pikirnya. Ia turun dari kamarnya, dan kemudian ia masuk ke kamar mandi. Dan setelah itu mengganti bajunya dan merias dirinya.

Tidak butuh waktu yang lama, ia sudah selesai. Kemudian, ia keluar dari kamarnya. Dan melihat kedua orang tuanya yang tengah makan bersama. 
"Rena, ayo makan" gadis itu mengangguk dan kemudian melangkah menuju ke arah kedua orang tuanya yang tengah makan bersama. Ia duduk dan mengambil nasi.

***

Rena Pov...

Setelah sarapan, aku keluar dari rumah. Hmm... menghirup udara yang sangat segar. Merenggangkan tubuhku. Udara disini memang sangat menyegarkan. Hanya saja aku merasa belum lengkap, karena aku belum menikah. Rasanya benar-benar sangat ingin menikah dan mempunyai anak yang lucu dan sangat menggemaskan.
Ah iya, ternyata aku belum mengenalkan diriku pada kalian. Perkenalkan aku Matsui Rena, umurku 24 tahun. Aku sudah lulus dari kuliahku dan sekarang tengah mengajar sebagai guru TK. Mungkin, karena aku sangat menyukai anak-anak, maka dari itu aku mau saja bekerja disana sekaligus melihat anak-anak yang sangat menggemaskan.

"Matsui-san" aku mendongak melihat seseorang yang menyapaku.
"Shimazaki-san, ohayou" dia tersenyum dan aku melangkah kearahnya dan mendekat.
"Ohayou Haruka, kau apa kabar?" tanyaku pada gadis berumur 4 tahun yang berada di samping perempuan itu.
"Aku sangat baik, bibi" aku tersenyum mendengarnya.
"Rena-san, aku pergi dulu ya? Haruka pasti sudah lapar" aku mengangguk dan tersenyum.
"Haruka pamit bibi" aku mengangguk. Dia sangat manis dan sangat menggemaskan. 

Melihat Haruka, aku sangat ingin sekali mempunyai seorang anak. Aku sangat suka dengan sifatnya yang manis dan sangat menggemaskan itu. 

***

Author Pov...

Rena memasuki supermarket, ia akan membeli bahan dapur dan cemilan disini. Ia mengambil troli dan kemudian berkeliling untuk mencari bahan yang di perlukan. Ia mengambil dan menaruhnya di troli. 
Bugh...
Aduh... ia mengaduh ketika ada seseorang yang menyenggol lengannya. Ia menoleh melihat seorang pemuda yang langsung meminta maaf kepadanya. 

"Gomen aku tidak sengaja" ucap pemuda menolongnya.
"Daijoubu desuka?" tanya pemuda itu.
"Hai, aku tidak apa-apa" kata Rena membalas.
"Matsui Jun desu" kata pemuda itu menglurkan tangannya.
"Marga yang sama. Matsui Rena desu" kata Rena membalas uluran tangan pemuda itu.
"Aku harus pergi, permisi" kata Rena. Kemudian, ia melangkah pergi.

***

Jun Pov...

Gadis yang sangat cantik sekali. Matsui Rena? Nama yang sangat cantik sekali. Secantik orangnya. Dia juga sangat manis sekali. Ahh.... aku merasa seperti aku jatuh cinta padanya. Senyumannya itu yang sangat mengikat hatiku, dan wajah cantiknya yang selalu membuatku terpesona setiap kali aku melihatnya. 
Sekarang, aku tengah melihatnya yang tengah berjalan dengan troli ditangannya. Melihat ke arah kanan dan kiri. Wajahnya yang ceria dalam memilih bahan makanan, membuatnya semakin sangat cantik. Perasaan tadi aku sudah bilang, lupakan saja.

Jun, Jun kenapa kau bisa jatuh cinta pada gadis itu ya?. Tapi, mau bagaimana lagi senyuman dan wajahnya itu tidak bisa membuatku menoleh ke arah manapun. Aku hanya fokus pada senyuman dan wajahnya itu. 
Hatiku benar-benar bergetar ketika melihat wajahnya yang sangat cantik bagai bidadari itu. Tuhan, aku sangat ingin sekali melangkah ke arahnya, tapi aku sangat malu. Aku hanya seorang pemuda biasa, dan lagi aku masih berstatus menjadi mahasiswa. 

Ahh... kau juga yang salah Rena, kenapa kau mempunyai wajah yang sangat manis dan cantik, dan tidak bisa ku tolak sama sekali. Ahh... Rena kau benar-benar sangat cantik sekali.
Ku langkahkan kakiku untuk menghampirinya. Ku harap dia tidak pergi setelah ku hampiri. Dia masih saja asyik dengan aktifitasnya. Aduh..

"Matsui-san" aku menyapa dan dia menolehkan pandangannya kearahku.
"Matsui-kun, kau masih disini?" aku mengangguk dan tersenyum. Ku lihat dia tersenyum membalas senyumanku, mungkin.

Kata orang aku ini tampan, dan mampu mengikat semua hati para gadis. Kira-kira apa aku bisa mengikat hatinya ya?. Aku benar-benar sangat ingin dia menjadi kekasihku. Atau bahkan mungkin, menjadi istriku.

"Apa perlu ku bantu, Matsui-san?" dia kembali tersenyum. Manis sekali senyumannya.
"Tidak perlu, Matsui-kun. Aku hanya akan menyusahkanmu" aku menggeleng membalasnya. "Tidak Matsui-san, justruh aku sangat senang bisa membantumu" kataku menunjukan mata anjingku.
"Kau sangat lucu sekali, Matsui-kun" aku tersenyum mendengarnya. Kau juga sangat lucu, Rena-san. Sangat lucu dan sangat menggemaskan. Aku menjadi ingin mencubit kedua pipimu yang chubby itu.

Dan sekarang tangannya naik dan menyentuh kepalaku dan mengelusnya. Ahh... rasanya dunia menjadi milikku dan dia sekarang. Ahh... ini sangat membuatku senang. "Kau benar-benar sangat lucu" katanya lagi dan membuatku semakin melebarkan senyumanku.

"Eh? Gomen ne" aku mengangguk. Lama-pun juga tidak maasalah Matsui-san, justruh aku sangat senang sekali. 
"Kau sedang apa disini?" tanyanya.
"Tidak ada, hanya ingin jalan-jalan saja" jawabku sekenanya.
"Kau ini ada-ada saja, jika kau ingin berjalan-jalan bukan disini tapi di luar" aku menunjukan cengiran khasku. Justruh aku sangat beruntung berada disini, karena bertemu dengan gadis yang sangat cantik sekali sepertimu, Matsui Rena.
"Aku sudah selesai, Matsui-kun" katanya lagi.
"Kalau begitu ayo ku antar" dia mengangguk dan terlebih dahulu berjalan.
Tiba di luar, aku membantunya untuk membawakan barangnya. Dia terlihat sangat senang sepertinya dan aku sangat bahagia sekali.
"Arigatou Matsui-kun, aku jadi tidak enak denganmu" aku menggeleng sambil tersenyum kepadanya.
"Tidak juga matsui-san, justruh aku sangat senang" jawabku sambil melihat wajahnya.
"Arigatou. Semoga kita bertemu lagi, Matsui-kun. Aku pulang dulu ya" aku mengangguk dan melihatnya yang kemudian masuk ke dalam mobilnya. Dan aku melihat mobilnya yang sudah melaju.
"Ahh.... senangnya bisa bertemu dengan gadis seperti dirinya, aku benar-benar sangat senang sekali. Sungguh beruntung hari ini, bertemu dengan gadis seperti dia" ahh.... indahnya hari ini. Mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan seorang gadis seperti dirinya. 

***

Pulang kerumah aku langsung masuk ke dalam kamarku. Terbaring dan menatap langit kamar dan kembali tersenyum sambil memikirkan wajahnya yang sangat cantik. Cantik sekali, dia. Aduh... ku harap aku bisa bertemu lagi dengannya. Tuhan, tolong pertemukan aku dengan dirinya. Aku benar-benar sangat ingin bertemu dengannya lagi.
Melihat wajahnya yang manis, dan sangat cantik. Sambil melihat tubuhnya yang ahh... seksi. Dan jika bisa aku sangat ingin menjadikan dia sebagai kekasihku. Tapi, yang menjadi pertanyaan itu dia mau jadi kekasihku atau tidak?.

Ahh... bagaiman juga jika dia sudah memiliki seorang kekasih? Ahh.... aku yakin belum. Tidak mungkin. Ku harap belum, aku sangat ingin menjadi kekasihnya. Atau kalau perlu aku sangat ingin menjadi suaminya. Suami yang paling di cintainya. Ahh... itu pasti sangat indah dan sangat membuatku bahagia. Matsui Rena-san kau cantik sekali.

***

Author Pov...

Malam-malam yang di penuhi oleh bulan dan bintang ini, membuat daerah ini terlelap dalam tidur nyenyak mereka. Namun, keheningan malam itu harus berubah menjadi kegaduhan. Teriakan yang berasal dari tetangga mereka.
Sinar merah terlihat dari atas sana. Teriakan itu semakin keras, dan membuat orang berlarian keluar rumah mereka. Dan mencari tahu apa penyebab suara teriakan itu. Mereka melihat sebuah rumah yang terbakar.

Mereka saling berusaha memadamkan api itu. Dan ada juga yang langsung menghubungi petugas pemadam kebakaran. Salah satu dari mereka ada yang mencoba masuk, dan mereka hanya menemukan seorang gadis kecil disana. Segera saja ia menyelamatkan gadis itu yang tengah berlindung di bawah meja. Dan membawa gadis kecil itu keluar dari rumah yang terbakar.

"Mama, mama" teriak gadis itu sambil menangis.
"Sabar ya nak" kata orang itu mencoba menenangkan gadis kecil itu.
"Ada apa ini?" tanya seorang gadis yang datang dan kemudian ia menoleh melihat rumah yang di lahap api besar itu.
"Astaga, kenapa sampai seperti ini?" tanya gadis itu terkejut.
"Entahlah Matsui-san, aku sendiri tidak tahu. Tapi, yang jelas di dalam sana masih ada dua orang lagi, tapi saya tidak berani lagi masuk karena api sudah membesar" kata orang itu membuat gadis itu melebarkan kedua matanya.
"Tuhan, bagaimana dengan Haruka? Dia masih kecil, dan membutuhkan kedua orang tuanya" orang itu menggeleng.
"Sayang sini bersama bibi, ya nak" kata Rena mengambil alih gadis kecil itu.
"Mama, mama" gadis kecil itu masih saja memanggil mamanya yang mungkin terjebak di dalam kobaran api itu. "Mama" gadis itu menangis.
"Iya sayang, mama pasti selamat" kata Rena mencoba menenangkan.

***

Rena Pov...

Satu minggu setelah kejadian itu, aku merawat Haruka di rumahku. Kasihan dia kehilangan kedua orang tuanya, padahal dia masih membutuhkan kedua orang tuanya.
Dan ku lihat dia terus menangis dan memanggil mama-nya. Aku saja tidak berhasil untuk membuatnya makan. Sangat susah, dan mungkin saja dia juga masih belum merelakan kepergian kedua orang tuanya.

"Sayang, makan ya nak?" kataku sambil memegang kedua bahunya.
"Mama, mama" dia terus memanggil nama mamanya.
"Sayang hei. Lihat bibi, sayang" dia mendongak melihatku.
"Mama, mama" dia memelukku. Kenapa dia memanggilku mama dan memelukku seperti ini?. Ada apa dengannya?. "Mama" lagi, dia memanggilku mama?.
Baiklah, tidak apa-apa. Mungkin, saja dia melihatku seperti dia melihat mamanya. Tidak masalah juga, untukku. "Sayang, kau makan ya nak? Mama sudah menyiapkan makanan untuk Haruka" ucapku.
"Mama" aku mengangguk dan tersenyum.
"Iya sayang, kau makan ya nak? Dan setelah itu, Haruka harus beristirahat ne?" dia mengangguk. Syukurlah, akhirnya dia mau makan juga.

Aku menggendongnya dan mengajaknya keluar dari kamarku. Selama ini, aku juga tidak bisa tidur karena merawatnya. Setiap malam, dia selalu saja menangis memanggil namanya dengan kepalanya yang tertunduk. Dan mungkin karena itu dia memanggilku, mama. Karena mungkin, dia juga merindukan sosok mamanya.

"Haruka makan ya?" dia mengangguk dalam gendonganku.
"Mama" dia kembali memanggilku mama.
"Hai. Makan ya sayang" aku menyuapinya dan dia mau juga akhirnya. Terima kasih tuhan.

Dengan telaten aku menyuapinya makan. Dia dengan lahap memakan makanan ini. Aku tersenyum melihatnya. "Makan yang banyak ya, agar Haruka bisa tumbuh besar dan menjadi gadis yang kuat" dia hanya mengangguk dengan mulutnya yang penuh makanan.

"Mhmha" katanya yang tidak jelas karena mulutnya yang penuh dengan makanan.
"Telan dulu sayang, baru bicara" dia menelan makanannya.
"Mama" kenapa dia selalu menyebut mama, tidak adakah kata yang lain selain mama?. Apa dia hanya bisa menyebut mama sekarang, setelah kejadian itu?.
"Haruka makan lagi, ya" ku suapi lagi dia. Aku tersenyum melihatnya.
"Rena" aku mendongak melihat ibuku.
"Okasan, doustano?" tanyaku tersenyum.
"Akhirnya Haruka mau makan juga, nak" aku mengangguk dan tersenyum.
"Iya ibu, aku juga sangat senang melihatnya yang mau makan juga" aku mengelus kepala gadis kecil ini.
"Hanya saja sedari tadi, dia hanya menyebut mama tanpa mengeluarkan kata-kata yang lain" ucapku bingung. "Biarkan saja Rena, mungkin saja Haruka masih syok dengan kejadian itu, dan mungkin saja dia merindukan sosok mamanya" aku mengangguk.
"Mama" aku menoleh kearahnya.
"Iya sayang, mau lagi" dia menggeleng.
"Mama" ucapnya lagi dan tangannya menyentuh pipiku dan mengelusnya.
"Hai, Haruka makan dulu ya sayang, habiskan ya tinggal sedikit" dia hanya mengangguk dan kembali menyebutku 'mama'.
"Rena, besok okasan dan otosan harus pergi keluar kota untuk menjenguk nenekmu, kau jaga rumah ya sayang, sekalian kau jaga Haruka, dia masih kecil" aku mengangguk.
"Memang berapa hari okasan?" tanyaku.
"Entahlah nak, ayahmu juga ada kerjaan disana. Entah kapan ibu dan ayah tinggal disana, mungkin biosa berbulan-bulan atau tidak satu tahun" aku terkejut mendengarnya.
"Ah... ibu, lalu aku sendiri disini bersama Haruka?" ibu mengangguk.
"Iya nak, kasihan Haruka dia sendirian" baiklah. Ada benarnya juga, kata ibu.
"Baik ibu, aku akan menjaga Haruka disini" ibu tersenyum dan mengelus kepalaku.
"Ibu harus bersiap-siap dulu ya, untuk besok" aku hanya mengangguk.

***

Pagi kembali datang. Setelah tadi ibu dan ayah pamit, aku tengah duduk di samping rumah sambil mengelus kepala Haruka yang tengah tertidur lelap di gendonganku. Wajah polosnya benar-benar sangat menggemaskan. Aku semakin menyukainya.

"Dia benar-benar sangat menggemaskan" gumamku menatapnya.
"Mama" dia menggumam? Apa jangan-jangan mengigau?.

Sayang, apa kau sangat merindukan ibumu, nak?. Kasihan sekali dirimu, sayang. Jika seandainya, kejadian itu tidak terjadi pasti kau masih bersama dengan kedua orang tuamu, sayang.
"Mama" dia mengigau kembali.
Aku bangkit dan melangkah masuk ke dalam rumah. Dan kemudian masuk ke dalam kamar dan membaringkan dirinya di kamarku. Aku tidur disampingnya dan mengelus pipinya yang lembut itu. 

"Sayang, bibi berjanji akan menjadi mama penggantimu sayang. Kasihan sekali dirimu nak" kataku menatapnya.
Yah.... setidaknya dengan semua yang ku lakukan ini, dia bisa nyaman didekatku. Aku tidak tega melihatnya seperti ini terus menerus.

***

Sore tiba, aku tengah memanjakan Haruka. Dia berada dalam pangkuanku dan tersenyum lebar sambil memainkan kedua boneka lucunya. Aku hanya tersenyum melihatnya yang sudah tersenyum lebar seperti ini.

"Mama" katanya lagi menatapku.
"Hai? Doustano sayang? Ada yang kau mau?" tanyaku dan dia justruh memberikan bonekanya padaku.
"Kenapa?" tanyaku lagi dan dia kembali asyik dengan bermain bonekanya yang satu.
"Mama" aku hanya tersenyum mendengarnya memanggilku dengan sebutan 'mama'.
"Sayang, Haruka makan dulu ya?" dia menggeleng.
"Aishh... mama tidak akan membelikan Haruka boneka lagi, jika Haruka tidak makan" ancamku dan dia langsung menunjukan wajah sedihnya, yang menurutku sangat lucu dan membuatku ingin tertawa dengan bibirnya yang di kerucutkan itu. 
"Maka dari itu, Haruka harus makan ne?" dia mengangguk dan tersenyum.

Ku gendong dia, dan aku mengambil makanan untuknya. Menyuapinya, seperti biasa. Hanya saja, dia juga terlihat sangat asyik dengan kedua bonekanya itu.
"Sayang, makan dulu nak" dia hanya mengangguk membalasku.
Kemudia tangannya mengambil sendok di tanganku dan justruh menyuapiku. Aku tersenyum, dan ku buka mulutku. Dia menyuapkan nasinya ke mulutku. Dia tersenyum girang melihatku. Mungkin, karena dia berhasil menyapiku.

"Haruka juga harus makan, ne?" dia mengangguk dan mencium pipiku.
Aku berjanji Shimazaki-san, aku akan menjaga putrimu yang sangat cantik ini. Aku tidak akan membuatnya menderita, atau membiarkan ada orang yang menyakitinya, aku akan selalu menjaganya dengan semampuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar