Title : May, I Love You ? Chapter 02
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman
Cast :
- Matsui Rena
- Matsui Jun
Support Cast :
- Shimazaki Haruka
- Matsui Yui
- Furukawa Aiji
FF ini juga aku post di wattpad, jadi kalian bisa baca di sini dan di wattpad, sesuka kalian saja deh ya... hehe...
Happy Reading All.......
~---0---~
Rena
Pov...
"Haruka" panggilku dan ku lihat dia berlari keluar
dari rumah.
"Mama" ucapnya tersenyum lebar.
"Sayang, kita berangkat ya?" dia mengangguk.
Aku mengangkatnya dan membawanya masuk ke dalam mobil. Dan
aku juga menyusul. Pagi ini, aku akan mengajar seperti biasa. Dan tidak
mungkin, jika aku meninggalkan putri kecilku ini dirumah sendirian. Maka dari
itu, setiap kali aku mengajar aku akan membawanya.
Aku masuk dan melihat anak-anak didikku yang sudah duduk
manis. Ada beberapa mereka yang tersenyum menyapaku. Seperti biasa, jika aku
tengah mengajar ku biarkan Haruka duduk di tempatku sementara aku menerangkan
pada mereka, para murid.
"Sensei,
maaf aku telat" aku menoleh melihat seorang anak laki-laki kecil.
Ku lihat seorang pemuda yang berdiri didekat anak itu.
Sepertinya aku pernah mengenalnya, ku lihat dia hanya diam mematung disana. Ku
langkahkan kakiku menghampiri mereka berdua dan melihat anak itu dan tersenyum
kepadanya.
"Yui, kenapa kau telat sayang?" tanyaku lembut
padanya.
"Maaf Matsui sensei, tadi aku bangun kesiangan"
jawaban polosnya membuatku tersenyum.
"Matsui Rena-san?" aku mendongak melihat pemuda itu
dan tersenyum.
"Hai, Matsui-kun. Apa Yui ini adikmu?" tanyaku dan
dia tersenyum kemudian mengangguk.
"Hai, Matsui Yui namanya" aku tersenyum.
"Yui masuk ya, sekarang. Tapi, lain kali kau jangan lagi
terlambat" dia mengangguk dan tersenyum lebar kemudian ia duduk di
tempatnya.
"Kalau begitu aku tunggu di luar saja, Matsui-san"
aku mengangguk dan ku lihat dia berbalik dan pergi.
***
Jun
Pov...
Dia seorang guru? Aku tidak menyangka sama sekali, jika
adalah seorang guru. Benar-benar sangat mengagumkan. Boleh tidak ya, jika aku
mencintainya?. Aku saja hanya seorang pemuda yang belum lulus sama sekali dari
kuliah, sedangkan dia?. Dia seorang guru, itu tandanya dia sudah bekerja
bukan?.
Hah....
Ini
sudah 3 kalinya aku menghela nafas dan memikirkan dirinya. Oh tuhan, kenapa aku
bisa jatuh cinta pada seorang guru? Padahal saja, aku belum lulus sama sekali
dan beraninya aku bisa jatuh hati dengannya?. Tapi, cinta itu memang tidak bisa
ditebak kapan datangnya, dan itulah yang ku rasakan sekarang ini. Hah...
Aku
menoleh dan melihat seorang gadis yang tengah tersenyum kepada anak-anak di
kelas itu. Tuhan, benar-benar sangat manis. Berapa umurnya ya, kira-kira umurku
saja 22 tahun. Ah... tapi, apa yang namanya cinta tidak pernah memandang umur,
atau apapun itulah termasuk juga status.
Aku
bangkit dan melangkah ke arahnya. Aku tersenyum, ketika dia menoleh ke arahku
dan seperti waktu itu dia juga tersenyum membalas senyumanku, mungkin.
"Matsui-san"
sapaku dan dia kembali tersenyum. Manisnya.
"Matsui-kun,
apa kabar?" tanyanya menyapaku balik.
"Sangat
baik, Matsui-san" jawabku dan dia kembali tersenyum.
"Kalau
boleh aku jujur, aku merasa bingung. Kita mempunyai marga yang sama, Matsui.
Terkadang, jika aku memanggilmu Matsui, aku seperti menyebut namaku sendiri,
bolehkah aku memanggilmu Rena-san?" aku bertanya dan dia mengangguk.
"Aku
sering di panggil Rena-chan, kau panggil saja aku Rena-chan" aku
mengangguk.
"Boleh,
tapi kau juga harus memanggilku Jun, bagaimana?" dia mengangguk.
"Baik,
Jun-kun" aku tersenyum membalasnya.
"Mama"
ehm?
"Haruka,
kemari nak" dia menggendong seorang anak perempuan.
"Mama"
kata gadis itu tersenyum lebar.
Tunggu?
What? Eh... mama? Rena-chan? Kau sudah mempunyai anak? Ah... apa aku terlambat?
Benar-benar bodoh, kenapa aku bisa menyukai seseorang yang telah mempunyai
seorang anak seperti dia?. Rasanya, aku seperti bermimpi. Mimpi buruk.
"Sayang, ada
apa?" tanyanya pada anaknya.
Ahh....
kenapa aku merasa sangat sakit, mengetahui kenyataan ini. Tuhan, apa dia sudah
mempunyai seorang suami. Sungguh beruntung orang yang bisa
mendapatkannya.
"Oni-chan"
aku tersentak ketika ada tangan yang menyentuh kakiku. Ku lihat Yui yang
tersenyum padaku.
"Aishh...
kau ini, mengagetkanku saja" ketusku.
"Kenapa
nii-chan memandang Matsui sensei? Nii-chan menyukainya?" aku merapatkan
kedua ali mataku.
"Matsui
sensei cantik bukan?" dia tersenyum dengan polosnya. Anak ini benar-benar.
"Sensei
ada ya..." ku bekap mulutnya sebelum dia berbicara pada Rena. Dia selalu
saja membuka mulutnya ketika mengetahui sesuatu.
"Jun-kun,
kenapa kau membekap mulut adikmu seperti itu" aku tersenyum gugup.
Ku
angkat tubuh adikku, dan membisikan tepat ditelinganya. "Jangan memberi
tahunya? Kau ini tidak bisa diam sama sekali" ucapku melepas tanganku.
"Hai,
kau ini nii-chan" keluhnya.
"Tidak
ada Rena-chan. Kita hanya sedang bermain" balasku tersenyum. Bermain?
Alasan yang konyol.
"Souka"
katanya membalas singkat dan mengelus kepala putrinya dengan lembut.
"Sensei,
bolehkah aku bermain dengan Haruka?" aku menoleh melihat Yui yang
tersenyum kepada gadis kecil itu.
"Tentu
saja boleh sayang. Haruka, kau bermain dengan Yui ya nak?" gadis itu
mengangguk.
"Yui
nii-chan kita bermain sekarang ya" aku menurunkan Yui dari gendonganku.
"Putrimu
sangat cantik, Rena-chan" dia tersenyum.
"Arigatou.
Aku sangat menyayanginya, dan aku rasa adikmu juga sangat menggemaskan dan juga
sangat tampan" katanya memuji adikku. Tentu saja, kakaknya saja tampan.
***
Kenapa tuhan? Aku
rasa hidupku sekarang tidak ada semangatnya sama sekali, setelah mengetahui
Rena mempunyai seorang anak. Aduh... kurasa aku sudah salah jatuh cinta
dengannya. Ahh... kenapa semua ini harus terjadi padaku?. Kenapa aku harus
mencintai seorang gadis yang sudah mempunyai seorang anak seperti dia?.
"Nii-chan"
aku tersentak ketika ada yang berteriak tepat di telingaku.
"Kau
ini Yui, mengagetkan saja" kesalku.
"Salahmu
sendiri, kenapa kau melamun" jawabnya sambil mempoutkan bibirnya.
"Ada
apa?" tanyaku.
"Tidak
ada, aku hanya ingin bertanya kepadamu" aku menghela nafas, pasti masalah
yang tadi.
"Tanya
apa?" tanyaku malas.
"Nii-chan
menyukai Matsui sensei ya?" aduh... ini anak satu. Kuakui dia memang bisa
membaca isi pikiran kakaknya sendiri, serius.
"Tidak"
jawabku cuek.
"Jangan
berbohong" katanya dengan tegas.
"Tidak,
aku tidak berbohong" kataku tidak kalah tegasnya.
"Ya
sudah, kalau begitu" gumamnya menjawabku.
***
Author Pov...
"Sayang,
makan nak" Haruka keluar dari kamar dan berlari menuju ke arah Rena.
"Haruka
sangat cantik ya" katanya memuji penampilan putri angkatnya tersebut.
Haruka
tersenyum. Kemudian Rena mengangkatnya untuk duduk di kursi biasa dan kemudian,
seperti biasa pula Rena menyuapi Haruka.
"Mhamh"
kata Haruka tidak jelas.
"Sayang,
telan dulu nak baru bicara" kata Rena dan Haruka menurut.
"Mama,
Haruka ingin sekolah bersama Yui nii-chan" kata Haruka lagi dengan polos.
"Hai,
sayang tapi Haruka masih kecil nak, satu tahun lagi mama akan menyekolahkan
Haruka, ne?" Haruka mengangguk.
"Kalau
begitu, Haruka dibawah Yui nii-chan?" Rena mengangguk menyetujui ucapan
putri angkatnya tersebut.
"Hai, tapi
Haruka masih bisa bertemu dengan Yui nii-chan bukan?" Haruka mengangguk.
"Hai,
Haruka sangat menyukai nii-chan mama, dia baik sekali dengan Haruka" Rena
tersenyum mendengar kepolosan sang anak.
"Hai, nanti
mama akan menyekolahkan Haruka di tempat yang sama dengan Yui nii-chan
ne?" Haruka mengangguk menyetujui.
"Sekarang
Haruka makan, ya?" Haruka kembali mengangguk.
Tok... tok...
"Sebentar
ya, mama buka dulu pintunya" Haruka hanya mengangguk membalasnya.
Rena
melangkahkan kakinya menuju pintu. Ia memegang gagang pintu itu dan memutarnya.
Seorang terlihat didepannya sekarang. Ia tersenyum menyapa orang itu.
"Aiji-kun,
ayo masuk" pemuda itu mengangguk dan melangkah mengekor Rena.
"Haruka"
sapa Aiji pada Haruka.
"Paman
Aiji" kata Haruka membalas singkat.
"Ayo
Aiji, kita makan bersama" kata Rena tersenyum.
"Aku
sudah makan, kalian saja" Rena hanya tersenyum dan mengangguk.
"Ku
lihat kau semakin sangat akrab dengan Haruka, Rena" kata Aiji tersenyum.
"Mochiron.
Karena dia sudah ku anggap seperti anak kandungku sendiri, Aiji" kata Rena
sambil menyuapi Haruka.
"Kau
tidak ingin menikah Rena, untuk menjagamu dan juga Haruka" kata Aiji
bertanya.
"Hmm...
sebenarnya ingin, tapi kau tahu sendiri bukan jika aku belum mempunyai
pasangan" kata Rena membalas.
"Jika
kau ingin, aku siap" kata Aiji membuat Rena menatapnya.
"Maaf
Aiji, aku hanya menganggapmu sebagai teman tidak lebih" walau perkataannya
lembut, tapi itu berhasil membuat raut wajah Aiji kecewa.
"Baiklah,
aku terima keputusanmu" kata Aiji dengan senyum paksanya.
***
"Cepat, nanti
kau terlambat lagi" kata Jun yang melihat adiknya yang masih duduk di
mobil.
"Hai,
aku turun sekarang" kata Yui dengan ketus.
Yui
turun dari mobil, dan ia berjalan menuju kearah kelasnya. Seperti kemarin, Jun
mengikuti langkah adiknya. Ia hanya ingin memastikan jika Yui sudah berada di
kelasnya.
Dan
Jun, seperti kemarin lalu menunggu di tempat duduk di depan sekolah itu. Karena
hari ini, dia tidak ada kegiatan kampus dan dia akan lulus satu bulan lagi.
Maka dari itu, dia sengaja mengantar Yui ke sekolahnya, biasanya Yui akan
diantar oleh supir pribadi mereka.
Lama
dia menunggu, hingga bel yang menunjukan istirahat berbunyi. Ia menoleh melihat
kearah kelas dan menemukan sang adik lari dan kemudian menghampirinya.
"Nii-chan,
aku lapar" kata Yui merengek.
"Kenapa
kau tidak makan saja?" Yui menghela nafas.
"Uangku
masih ada bersamamu, nii-chan" dia menepuk dahinya karena lupa.
"Ah...
gomen ne, aku lupa" kata Jun menunjukan cengirannya.
"Ini
uangnya, sana beli" kata Jun sambil menyodorkan uang kepada Yui.
"Yokay,
arigatou oni-chan" kata Yui yang kemudian langsung berlari ke arah kantin.
Jun
kembali termenung, dia melihat Rena yang tengah asyik dengan Haruka dan
beberapa anak yang lain. Dia terus memandang gadis itu tanpa berkedip sambil
pikirannya melayang, memikirkan pertama kali mereka bertemu. Dan itu sangat
indah sekali, untuk Jun.
"Sayangnya
kau sudah memiliki seorang suami dan anak, aku tidak bisa mendapatkanmu"
gumamnya sambil tangan menopang dagu.
Entah
kenapa dia memikirkan jika Rena sudah memiliki seorang suami, padahal dia belum
bertemu dengan suami Rena sama sekali. Apalagi kenyataan jika Rena sama sekali
belum mempunyai seorang suami.
Mungkin,
karena adanya Haruka. Dan Haruka juga menyebut Rena dengan mama, maka dari itu
dia berpikir jika gadis itu sudah memiliki seorang suami. Dan itu juga yang
menjadi alasan, kenapa dia tidak tidur semalaman ini. Yah... karena dia terlalu
memikirkan gadis bermarga yang sama seperti dirinya.
"Oni-chan"
dia tersadar dari lamunannya, ketika Yui memanggilnya.
"Nani?"
balasnya pada adik bungsunya itu.
"Kau
sedang apa? Kemarilah" Jun hanya mengangguk dan bangkit kemudian menuju
dimana Yui tengah duduk bersama dengan temannya.
"Nani?"
tanyanya lagi setelah ia berada di depan adiknya.
"Duduk"
menurut, Jun duduk di dekat adiknya.
"Sensei,
ini kakakku, dia sangat tampan bukan?" kata Yui dengan polosnya menunjuk
sang kakak.
"Hai,
dan dia sangat mirip denganmu" kata Rena menyetujui.
"Sensei
dan kakak Yui sangat serasih" celetuk salah satu dari murid Rena yang
kemudian dibalas senyum oleh Rena.
"Honto?"
celetuk Jun bertanya dan anak itu mengangguk.
"Hai,
kalian sangat serasih" kata anak itu kembali.
Entah
kenapa Jun melebarkan senyumannya ketika mendengar pujian dari anak itu. Dia
sama sekali sudah tidak terpikirkan apa yang tadi ia pikirkan untuk sementara.
Justruh ia sangat senang dan tenggelam bersama anak-anak bimbingan Rena, sampai
bel berbunyi.
***
Rena Pov...
"Sensei dan
kakak Yui sangat serasih"
Entah kenapa kata-kata itu masih terngiang dipikiranku. Aku
hanya tidak menyangka, jika salah satu anak didikku akan berkata seperti itu
kepadaku dan juga Jun-kun. Apa memang jika aku dan dia itu sangat serasih?.
Aku kembali tersenyum, ketika pertama kali mengingat kejadian
pertama kali kita bertemu. Sangat lucu, menurutku. Karena aku dengan berani
menyentuh kepalanya dan mengelusnya. Apa mungkin, jika aku memang menyukainya.
Ku akui dia memang sangat tampan, tinggi dan juga sangat sopan
terhadap perempuan. Apalagi dengan mata anjingnya yang membuatnya seperti anak
kecil, justruh semakin membuatnya semakin lucu dan aku sangat menyukai sifat
kekanakannya itu.
Matsui? Yah.. marga kita juga sama, dan itu juga yang menjadi
alasanku kenapa aku bisa menyukai dirinya. Banyak yang ku suka dari dirinya,
salah satunya tadi yang ku sebutkan. Entah kenapa aku bisa menyukai dirinya,
padahal umurku saja berada diatasnya.
Tapi, cinta itu tidak mengenal umur, status dan apapun itu.
Cinta itu datang dengan sendirinya dari dalam hati. Ku rasa, jika dia juga
menyukaiku aku akan sangat bahagia. Tapi, mungkinkah dia menyukai gadis
sepertiku, apalagi umur kami berbeda 2 tahun. Duh... aku benar-benar berharap
jika dia juga menyukaiku.
"Mama" aku menoleh dan menemukan Haruka yang
berdiri didekatku.
"Doustano sayang?" tanyaku mengangkat tubuhnya dan
membawanya ke dalam pangkuanku.
"Mama sedang apa?" tanyanya.
"Tidak ada, hanya beristirahat saja nak" jawabku
membelai kepalanya.
"Mama, Haruka ingin baju" katanya membuatku
tersenyum.
"Besok kita beli ya?" dia tersenyum dan mengangguk.
Semenjak kejadian itu, aku benar-benar lega karena Haruka
bisa berkata selain 'mama'. Ku rasa dia sudah sembuh sekarang, dan aku sangat
bersyukur karena dia sudah seperti dia yang dulu. Haruka yang ku kenal, sebelum
kejadian dimana kejadian itu menyebabkan kedua orang tuanya meninggalkannya
untuk selamanya.
"Mama, kata Yui nii-chan kakaknya sangat menyukai
mama" katanya membuatku melihatnya.
"Paman Jun maksudmu?" dia mengangguk.
"Kata nii-chan, kakaknya itu selalu memperhatikan
mama" aku kembali tersenyum mendengarnya.
"Apa mama juga menyukai paman Jun?" tanyanya
membuatku kembali tersenyum.
"Itu urusan orang dewasa sayang, Haruka belum pantas
membicarakannya untuk sekarang" kataku membalas.
"Aku akan sangat bahagia, jika mama bisa bersama dengan
paman Jun" aku kembali tersenyum.
"Haruka Haruka, kau ini.." kataku sekilas.
Aku akan sangat senang, jika memang dia menyukaiku. Aku
benar-benar sangat senang mendengarnya. Karena aku sendiri, juga sangat
menyukainya. Wajahnya yang tampan, sikap kekanakannya serta sikap sopan
santunnya, membuatku benar-benar sangat menyukainya. Dia memang berbeda dari
kebanyakan pemuda yang ku temui.
Dan kurasa Haruka juga sangat menyukai Jun-kun. Mungkin, jika
aku menikah dengan Jun, Haruka sangat menyukainya dan dia juga menemukan sosok
seorang ayah di diri Jun. Ku harap apa yang di katakan Haruka benar, jika Jun
memang benar-benar menyukaiku. Aku akan sangat bahagia jika semua itu bisa
terwujud.
"Mama" aku melihatnya.
"Hai, ada apa?" tanyaku.
"Mama, aku ingin tidur" katanya dengan polos.
"Hai, mau di timang?" dia mengangguk.
"Ya sudah, Haruka tidur ya? Mama akan meniman
Haruka" dia kembali mengangguk.
Aku berdiri dan mengelus punggungnya. Ku rasa dia memang
sangat lelah, karena sehabis aku mengajaknya ke sekolah, setelah itu aku
langsung mengajaknya untuk bertemu dengan temanku. Ku harap ada waktu kosong,
untukku bisa mengajak Haruka jalan-jalan. Kasihan juga dia selalu di rumah dan
hanya ikut ke sekolah jika aku akan mengajar.
To Be Continue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar