Minggu, 21 Februari 2016

Star Boy (Chapter 02)

Title : Star Boy Chapter 02
Author : Rena Anisa Azahra ~ Rena-chan
Genre : Gender-Bender, Fantasi, T, Love

Main Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
Support Cast :
  • Furukawa Aiji
  • Yokoyama Yui
Hai All... apa kabar? Semoga baik, aku bakalan lanjut FF yang ini dulu ya, hehe.... Semoga kalian suka...

Happy Reading All.........





~----0----~

~Jun Pov~

Aku kembali kepada Rena, dia menatapku dengan pandangan yang tidak ku mengerti. Kenapa dia ini? Aku melambaikan tangan kananku didepan wajahnya, namun apa yang terjadi?. Dia sama sekali tidak menanggapiku, kenapa dengan gadis ini? Aku agak khawatir dengannya, apa dia kesurupan? Ah.... tidak mungkin.
Aku memanggilnya, namun ia tidak menanggapinya. Tuhan, dia ini kenapa? Apa yang terjadi denganmu, Rena. Aku mendekat dan melihat wajahnya. Kemudian, aku memanggilnya lagi. Kali ini dia bereaksi, syukurlah. Ku kira dia kenapa.

"Kau kenapa, Rena?" tanyaku dan dia menggeleng dengan cepat.
"Iie. Hanya saja, apa itu tadi kau Jun?" aku mengangguk membalasnya.
"Memangnya kenapa?" tanyaku lagi dengan bingung.
"Lompatanmu sangat tinggi, Jun. Kau benar-benar hebat, aku tidak menyangka denganmu" aku tersenyum mendengar pujiannya.

Jika seperti ini dia sangat lucu. Wajahnya juga sangat menggemaskan, aku tidak menyangka jika aku bisa memilikinya secepat ini. Padahal, dulu aku tidak pernah dekat dengannya dan sekarang dia justruh menjadi pacarku.

***

~Rena Pov~

Aku benar-benar tidak menyangka dengan Jun. Dia yang terkenal pendiam dan mungkin juga cupu, justruh bisa melakukan lompatan yang sangat tinggi. Benar-benar mengagumkan, aku sungguh beruntung memiliki seorang kekasih sepertinya. Yah... karena mulai sekarang, dia menjadi milikku.
Dia juga memiliki senyuman yang sangat manis. Entah kenapa dia terlihat berbeda hari ini, dia sangat tampan sekali. Kenapa aku baru sadar, jika dia sangat tampan seperti ini. Tunggu, sepertinya aku melupakan sesuatu.

"Jun" panggilku.
"Hai?" jawabnya singkat.

Aku mendekat kearahnya dan ku cium pipinya dengan lembut. Aku menarik diri dan ku lihat dia melebarkan kedua matanya. Rasanya aku ingin tertawa melihatnya yang menunjukan wajah konyolnya itu. Dia sangat lucu sekali.

"Ke-kenapa kau menciumku?" tanyanya seperti orang bodoh.
"Bukankah itu untuk pemenangnya, Jun? Jika kau menang, aku milikmu dan kau juga menjadi milikku serta mendapatkan ciuman itu" dia tersenyum dan memegang bagian kepalanya. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Ku elus pipinya dengan lembut, entah kenapa dia terlihat sangat girang. Seperti anjing yang di elus oleh tuannya sendiri. Ternyata di balik sifatnya yang pendiam dan mungkin cupu, dia memiliki sifat kekanak-kanakan dan entah kenapa aku justruh sangat menyukai sifatnya ini.
Sungguh, dia semakin lucu jika seperti ini. Sangat menggemaskan, kemudian aku sengaja menggerakan tanganku untuk menyentuh pucuk kepalanya dan mengelusnya. Dia kembali menunjukan wajahnya yang sangat lucu, dia sangat girang ketika aku melakukan ini padanya.

Ku lihat wajahnya juga memerah atas perbuatanku dengannya. Jun, Jun ternyata kau juga memiliki sifat malu dari dalam dirimu. Kau benar-benar menggemaskan. Aku mendekat dan ku cium lagi pipi satunya kemudian menarik diri dan melihat wajahnya yang semakin memerah seperti tomat.
"Kau malu, Jun?" tanyaku dan dia mengangguk.
Tuhan, dia sangat polos dan sangat lucu jika seperti ini. Jun, kau ini memang sangat menggemaskan. Aku berjanji akan selalu berada didekatmu dan selalu mencintaimu. Aku sungguh terpesona dengan wajah dan tingkahmu yang sangat menggemaskan ini.

"Yo... Matsui Jun" aku menoleh ketika ada yang memanggilnya.
"Yui-kun" sapaku padanya dan dia tersenyum.
"Kau ingin bergabung dengan kami?" tanyanya pada Jun.

***

~Jun Pov~

"Kau ingin bergabung dengan kami?" tanya Yui kepadaku.
Apa aku tidak salah dengar, dia menawarkanku untuk menjadi pemain basket? Apa aku tidak bermimpi tuhan? Padahal, selama ini aku sangat menginginkan bermain basket dan sekarang kapten basket justruh menawarkan semua itu kepadaku.

"Apa kau yakin, Yokoyama-san?" tanyaku memastikan dan dia mengangguk.
"Aku yakin. Bukan hanya aku yang menginginkannya, melainkan semua pemain basket juga" aku menoleh melihat pemain basket yang tersenyum kepadaku.
"Jun, terima saja. Aku akan mendukungmu" aku menoleh melihat Rena yang tersenyum kepadaku.
"Baiklah, aku menerimanya" dia tersenyum membalas ucapanku.
"Mulai saat ini, Jun menjadi bagian dari tim basket" aku tersenyum mendengarnya dan semua mahasiswa juga terdengar bertepuk tangan.

Indahnya. Aku bisa menunjukan bakatku selama ini yang ku pendam, dan aku juga bahagia karena Rena menjadi milikku. Senangnya hari ini, mimpi apa aku kemarin kenapa hari ini aku seperti mendapat durian runtuh. Tuhan, terima kasih karena kau sudah mau menjawab semua doaku selama ini.

"Aku tidak setuju" aku menoleh.
"Kenapa Aiji? Kau tahu sendiri bukan, Jun sangat menguasai bidang ini, jadi apa salahnya?" ucap Yui membalasnya.
"Karena aku tidak ingin dia masuk kedalam tim kita" balas Aiji sekali lagi.
"Hanya karena masalah cinta, kau membawanya ke dalam masalah tim kita? Lebih baik kau sendiri saja, yang keluar" aku bisa melihat kedua pemuda itu saling menatap tajam.
"Baik, mulai sekarang aku keluar dari tim basket ini" kemudian, dia pergi begitu saja.

Aku hanya menatap punggung Aiji. Sepertinya dia masih sangat kesal denganku, karena aku bisa mengalahkannya. Tapi, bukan salahku juga. Dia juga yang salah, karena telah membuat Rena seperi ini. Dia dengan teganya menjadikan Rena, seperti barang taruhan.

***

Pulang dari kampus, aku dan Rena tengah berjalan. Dia selalu tersenyum ketika berbicara denganku, apalagi jika dia melihatku. Aku masih malu saja, dibuatnya. Tuhan, jantungku saja masih terus memompa seperti ini. Aku bahkan tidak menyangka, jika aku harus seperti ini bisa sedekat ini dan bahkan menjadi miliknya. Aku sungguh sangat menyukai momen ini.
Deg...
Apa ini, aku merasakan ada sesuatu kekuatan yang buruk yang terjadi disini. Apa ini? Aku melihat kearah Rena dan dia masih tersenyum denganku. Aku yakin, dia tidak merasakan apa-apa, karena aku yang bisa merasakan kekuatan ini, jika memang ada orang yang memiliki kekuatan sama sepertiku.

"Jun, kenapa aku tidak bisa bernafas seperti ini. Jun, a... aku..." tuhan, kenapa dengan Rena?
"Rena, hei bangun Rena" dia menutup matanya dan kemudian ia pinsan.

Sial, kekuatan apa ini. Ku angkat tanganku dan aku bisa melihar bola dengan warna biru yang muncul mengelilingi tanganku. Aku mengangkat keatas bermaksud menghilangkan, udara yang membuat Rena sesak. Setelah itu, aku menolehkan pandanganku. Sial, ada apa ini sebenarnya.
"Keluarlah, aku tahu kau berada disini" ucapku lantang.

Slash....
Apa itu? Kenapa itu sangat cepat sekali, aku tahu ada seseorang yang memiliki kekuatan yang sama sepertiku. Siapa sebenarnya dia? Kenapa dia bersembunyi seperti ini. Aku berteriak kembali dan sekarang aku bisa melihat seseorang yang ada dihadapanku.
Aku melihat pemuda itu yang membelakangiku sekarang, siapa dia?. Kemudian, secara perlahan dia berbalik dan melihatku. Aku melebarkan kedua mataku, ketika aku melihatnya. Dia, kenapa dia ada disini? Jadi, dia yang melakukan semua ini kepada Rena.

"Kau?" ucapku terkejut melihatnya.
"Yeah... kita bertemu lagi, Matsui Jun. Aku akan membalas kekalahanku waktu itu kepadamu, dan lagi akan ada orang yang membantuku. Bersiaplah untuk mati, Matsui Jun" dia berbalik dan kemudian pergi begitu saja.

Sial, ternyata dia yang melakukan semua ini. Dan lagi, siapa yang akan membantunya. Aku benar-benar tidak habis pikir dengannya. Sudah hampir 5 tahun aku tidak bertemu dengannya dan sekarang, dia kembali lagi dan ingin membalas dendam kepadaku. Apa maunya? Musuh bebuyutanku itu, memang benar-benar membuatku kesal selama aku hidup di bumi ini.
Aku kembali melihat kearah Rena, dia masih pinsan ternyata. Aku mengangkat tanganku lagi, kemudian cahaya muncul dari tanganku dan ku tempelkan didahinya. Kemudian, dalam sekejap dia mengerjapkan kedua matanya. Syukurlah, kau sudah sadar Rena.

"Rena" ucapku.
"Jun, tadi itu apa?" tanyanya yang mungkin masih penasaran.
"Tidak ada apa-apa Rena. Kau baru sadar, jadi jangan terlalu dipikirkan ya?" dia mengangguk dan aku membimbingnya untuk bangkit.
"Kepalaku masih sakit Jun" ucapnya mengeluh. Segera saja, aku menggendongnya.
"Jun, kau ini" aku hanya tersenyum melihatnya yang tersenyum dengan ulahku.

***

~Author Pov~

Jun terduduk dikamarnya, ia memikirkan kejadian tadi saat pulang dari kampus. Pemuda yang selama ini menjadi musuhnya, kembali lagi dan berniat akan membalas dendam kepadanya. Dia tidak habis pikir dengan pemuda itu. Kenapa dia harus kembali sekarang? Padahal, sudah hampir 5 tahun dia tidak pernah bertemu dengan musuhnya itu.
Dia terus termenung dikamarnya, memikirkan musuhnya yang ternyata kembali datang kepadanya. Dia hanya tidak habis kenapa musuhnya itu harus kembali kepadanya, apa yang harus ia lakukan pada musuhnya itu? Padahal sudah beberapa kali, musuhnya itu kalah dengannya dan sekarang dia harus kembali dengannya dan bahkan akan membalaskan dendam kepadanya.

"Kenapa dia harus kembali?" tanyanya lirih.
"Bahkan dia sudah beberapa kali kalah dan sekarang dia kembali dan membawa seorang teman untuknya melakukan balas dendam kepadaku" ucapnya lagi.

Jun memang memiliki kekuatan aneh dari dalam tubuhnya, dia selalu terbantu dengan kekuatan itu. Tapi, dia juga tidak bisa menggunakan kekuatannya terus terang. Karena dia tidak ingin ada yang mengetahui bahwa dia memiliki kekuatan aneh dalam dirinya.
Kemudian, ia terbaring dikamar melepas penat dan lelah. Ia tidak ingin lagi memikirkan muduh bebuyutannya itu lagi. Jika nantinya, dia akan bertemu lagi pada orang itu, ia akan siap menggunakan kekuatan didalam tubuhnya untuk menghadapi pemuda itu.

***

~Jun Pov~

Aku keluar dari rumah. Seperti biasa aku akan pergi ke kampus, tapi sebelum itu aku akan menjemput Rena terlebih dahulu. Aku berlari dan dalam sekejap, aku sampai di depan rumahnya. Sekarang, aku bisa melihat pintu rumah gadis itu terbuka, dia keluar dari rumahnya.
Dia berbalik ketika sudah menutup pintu rumahnya. Dan dia melihatku, aku tersenyum membalas senyuman manisnya. Hari ini adalah hari pertamanya kami berangkat ke kampus sebagai sepasang kekasih. Ah... indahnya memiki seorang kekasih sepertinya.

"Ohayou Jun-kun" sapanya tersenyum kepadaku.
"Ohayou Rena-chan" sapaku balik dan dia memegang tanganku.
"Ayo berangkat" aku mengangguk.

Kami hanya berjalan tanpa menggunakan kendaraan sama sekali. Lagi pula, aku dan Rena sangat menyukai aktifitas seperti ini. Dia juga tampak ceria dan sedari tadi memegang tanganku dengan erat. Dan ku lihat ada orang-orang yang memperhatikan kami, tapi aku menghiraukan saja tingkah mereka yang tengah memperhatikan kami, ku anggap saja mereka tengah iri dengan kami.
Toh, Rena juga sangat senang sepertinya ketika dia didekatku. Aku akan membuatnya terus nyaman, didekatku. Aku sungguh mengaguminya ketika aku baru masuk ke kampus, dan dialah gadis yang pertama kali membuatku kagum dengannya.

Setelah sampai, aku dan dia segera masuk sampai di koridor kami berpisah. Tak lama, aku menangkap sosok seseorang yang ku kenal. Aku memicingkan mata, untuk melihat orang itu. Aku tersenyum ketika tahu siapa pemuda yang ku lihat.

"Yokoyama-san" sapaku padanya dan dia menoleh kearahku.
"Matsui-san, kau sudah datang?" aku mengangguk membalasnya.
"Jangan memanggilku terlalu formal sepertiku, kau bisa memanggilku Jun" ucapku padanya.
"Hai. Dan mulai sekarang, kau juga bisa memanggilku Yui" aku mengangguk membalasnya.
"Kau ada kelas?" aku kembali mengangguk.
"Nanti sesudah itu, lekas ke lapangan. Kita berlatih" aku mengangguk lagi.
"Aku akan kesana" dia tersenyum.

***

Ternyata bermain basket itu memang sangat menyenangkan, apalagi jika bermain dengan teman akan sangat menyenangkan sekali. Walaupun keringat membajiri kening kami, tapi kami semua sangat senang dengan permainan bola besar ini, sangat menyenangakan. Masalahku hilang begitu saja, ketika aku bermain seperti ini dengan temanku yang lain.
Tak lama, kami menyudahi permainan kami. Duduk di pinggir lapangan dan bercengkramma bersama, aku sangat senang dengan keakraban seperti ini.
Deg...
Tunggu, ada apa lagi ini. Apa dia berada disini? Sial, kenapa udara seperti ini ada lagi. Bagaimana, jika semua temanku pinsan, seperti Rena kemarin. Tidak, aku harus segera bertindak. Ku sembunyikan tanganku dan kemudian, aku mengeluarkan kemampuanku dan ku arahkan sembarangan, untuk mengusir udara seperti ini yang mungkin, bisa membahayakan temanku.
Tak lama, aku sudah merasakan firasat kembali membaik. Syukurlah, beruntung aku cepat bertindak jika tidak semua temanku akan pinsan, seperti Rena kemarin. Dimana sebenarnya dia? Apa-apaan dia membuat udara seperti ini.

Aku memfokuskan diriku selagi temanku asyik sendiri, aku bisa melihatnya didalam pikiranku. Sial, ternyata dia sudah pergi, untuk apa dia kemari dan membuat udara seperti ini? Tapi, syukurlah karena dia sudah pergi ku harap dia tidak kembali lagi.

"Jun-kun" aku menoleh dan melihat Rena yang menghampiriku.
"Rena" aku tersenyum membalas senyumannya.

Dia duduk didekatku dan tersenyum. Ah... rasanya, jika dia tersenyum seperti itu membuat jantungku ingin lepas saja dari tulang rusuk yang menahannya. Sungguh tenang, jika aku melihatnya tersenyum seperti itu. Dia mengelus pipiku dengan lembut. Ah... senangnya, jika seperti ini terus menerus dengannya.

***

~Rena Pov~

Lagi dia sangat lucu sekali, jika aku mengelus pipinya. Dia terlihat girang dan mengeluarkan puppy eyes-nya yang memang membuatku semakin menyukainya. Aku tidak menyangka sifat kekanak-kanakannya membuatku seperti ini. Jun, kau memang sangat lucu sekali, aku menjadi semakin menyukaimu. Aku mengambil makanan yang kubawa tadi untuknya, dan menyodorkannya untuknya.

"Untuuku, Rena?" aku mengangguk membuatnya tersenyum.
"Dimakan ya? Aku sengaja membuatnya khusus untukmu" dia mengangguk dengan antusias.

Kemudian ia membuka makanannya dan mekananya. Dia sangat terlihat lucu, jika makan seperti itu. Ku ambil makanannya dan aku mulai menyuapinya. Walau awalnya dia kaget, tapi dia menurutiku. Aku hanya ingin bersifat sebagai seorang kekasih yang sangat baik untuknya. Lagi pula, aku juga sangat menyukai sifatnya ini yang memang membuatku merasa sangat nyaman.
Dia juga pemuda yang sangat baik, pintar dan lucu. Ku harap hubungan kami bisa sampai ke jenjang yang lebih serius. Aku sangat ingin bila nantinya, aku bisa menikah dengannya. Karena aku sudah sadar, bahwa dialah yang memiliki hatiku dan tidak ada yang lain, selain dirinya yang ada di hatiku. Aku sungguh sangat menyayanginya dan sangat mencintainya.





To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar