Selasa, 16 Februari 2016

Pangeran Cupu (Chapter 03)

Title : Pangeran Cupu Chapter 03
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, T

Main Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
Support Cast :
  • Shimazaki Kai (Paruru Appa)
  • Shimazaki Atsuko (Paruru Amma)
  • Yokoyama Yuuji (Yui Appa)
  • Yokoyama Haruna (Yui Amma)

Happy Reading All........






Chapter 03



~Yui Pov~

Beberapa hari sudah aku terbaring di kamar, dan sekarang aku sudah mulai membaik. Walau, tubuhku sedikit masih sakit akibat mereka yang memukulku. Dan sekarang, aku bangun dari tidurku. Aku memakai kacamataku seperti biasa, kemudian melangkah keluar kamar. Sungguh, aku benar-benar suntuk selalu terus-menerus ada dikamar, selama sakit kemarin.
"Yui"
Aku mendongak melihat ayah yang tersenyum kepadaku. Aku tersenyum dan melangkah kearah ayah yang tengah duduk di meja makan. Aku duduk di tempat biasa.

"Bagaimana keadaanmu, nak?" tanya ayah kepadaku.
"Sudah mulai membaik ayah" balasku dan ku lihat ayah tersenyum kepadaku.
"Ayah dan ibu malam ini akan menghadiri acara kantor, kau ikut ya? Ayah ingin memperkenalkanmu pada teman ayah" aku mengangguk sambil tersenyum.
"Tapi, apa Yui sudah benar-benar sembuh Yuuji? Aku sangat khawatir dengannya" aku menoleh melihat ibu yang memasang wajah khawatir.
"Aku tidak apa-apa ibu, jangan khawatir" balasku pada ibu yang tampak khawatir denganku.
"Baiklah, tapi jika nanti di acara itu kau merasa masih sakit, kau bilang pada ayah dan ibu, ya?" aku mengangguk membalasnya.

Setelah itu aku dan kedua orang tuaku, makan bersama. Bibirku masih saja sakit, ketika aku sedang makan. Dengan pelan, aku meneruskan makananku. Lagi pula, perutku memang sudah berbunyi sedari tadi. Jika aku tidak makan, maka aku akan kembali berbaring dikamar. Dan aku tidak ingin itu terjadi lagi, aku benar-benar sangat bosan dikamar.
Kemudian, setelah selesai makan aku berjalan dan duduk di sofa ruang tamu. Aku hanya ingin bersantai saja, hari ini memang aku tidak berangkat ke kampus, karena ayah dan ibu belum mengijinkanku ke kampus. Mereka khawatir, bila kejadian kemarin akan terulang lagi kepadaku.

Selama duduk, aku hanya menonton Televisi dan sesekali memegang luka di wajahku. Benar-benar masih belum sembuh total ternyata. Aku menghempas ke kursi sofa, dan melihat kearah Televisi. Tontonan di Tv masih sama saja seperti kemarin, tidak ada yang menarik.

***

~Auhtor Pov~

Malam tiba, Yui bersama dengan kedua orang tuanya keluar dari rumah. Setelah itu mereka masuk ke dalam mobil dan menuju ke tempat acara kantor ayah Yui. Selama di perjalanan, Yui yang duduk di belakang menghempaskan tubuhnya di kursi mobil. Ia masih belum sembuh total, akibat beberapa hari lalu ada orang yang dengan tega mengeroyoknya.
Setelah sampai, dia keluar dengan bantuan ibunya. Bekas luka di wajahnya, masih terlihat jelas apalagi di samping bibirnya. Ia sedikit meringis, ketika ia akan berbicara dan apalagi jika ia akan makan. Maka dari itu, Yui sedikit berhati-hati dengan kondisinya.

Mereka masuk kedalam acara kantor. Didalam ruangan sudah banyak sekali, para tamu yang memenuhi undangan. Yui hanya mengikuti kedua orang tuanya, apalagi sang ibu yang sedari tadi berdiri didekatnya membimbingnya. Mungkin, sang ibu khawatir dengannya.

"Kai" Yuuji menyapa salah satu rekan kerjanya.
"Yuuji, akhirnya kau datang juga" Yuuji mengangguk dan tersenyum membalasnya.
"Apa ini istri dan anakmu?" Yuuji kembali mengangguk membalas pertanyaan sahabatnya itu.
"Kenalkan ini Haruna dan ini putraku, Yokoyama Yui" terlihat jelas Kai mengangguk dengan penjelasan dari Yuuji yang memperkenalkan anak dan istrinya.
"Dimana istrimu?" tanya Yuuji.
"Disana, ayo aku akan memperkenalkanmu pada anak dan istriku" balas Kai yang kemudian, diangguki oleh Yuuji.

Kai membimbing Yuuji untuk menghampiri anak dan istrinya. Dibelakang, Yui dan ibunya hanya mengikuti dua lelaki itu. Yui berhenti ketika ayah dan temannya itu berhenti. Ia hanya mendengar percakapan kecil antara ayah dan temannya.

"Yui" Yui mendongak melihat ayahnya yang memanggilnya.
"Hai?" balas Yui singkat dan berjalan dan berhenti disamping sang ayah.

"Eh? Yui-kun" Yui menolehkan pandangannya pada sosok gadis yang berada didepannya.
"Paruru, kau disini" balas Yui singkat melihat Paruru yang tersenyum kepadanya.
"Hai, ini kedua orang tuaku. Yui-kun" jawab Paruru yang kemudian diangguki oleh Yui.
"Kalian saling kenal?" tanya Kai.
"Hai, otosan. Yui-kun teman satu kampusku" balas Paruru pada ayahnya yang kemudian diangguki oleh sang ayah.

Mereka hanya mengobrol kecil tentang perkenalan keluarga mereka. Setelah itu, Yui dan Paruru memisahkan diri dari kedua orang tuanya. Mereka melangkah dan mengambil minuman kemudian kembali bercerita tentang keadaan Yui.
Yui hanya menjawab, jika tubuhnya sudah mulai membaik. Hanya saja, dia akan meringis bila banyak berbicara karena luka dibibirnya dan ketika dia akan makan. Paruru yang mendengarnya, sesekali mengangguk. Dia juga sedikit khawatir dengan Yui, apalagi jika Paruru berbicara pada pemuda itu lebih banyak lagi. Ia hanya tidak tega, melihat pemuda itu meringis ketika menjawab pertanyaanya. Jujur, dia juga sangat sakit melihat Yui meringis seperti itu.

"Baiklah kalau begitu, kau janga terlalu banyak bicara terlebih dahulu Yui-kun. Aku tidak tega melihatmu meringis seperti itu" ucap Paruru kemudian setelah yui selesai bercerita tentang kesehatannya.
"Hai" Yui tersenyum dan mengangguk. Namun, ia juga sedikit meringis menahan sakit di bibirnya.

Mereka kembali terdiam. Selama diam, Paruru melihat luka di wajah pemuda itu dan di bibirnya. Masih saja terlihat dengan jelas. Yui sendiri, dalam diam ia sesekali memegangi luka diwajahnya bermaksud menghilangkan rasa sakit yang masih terasa dibibirnya.
Setelah itu, mereka memutuskan untuk kembali pada kedua orang tua mereka. Mereka bisa melihat kedua orang tua mereka yang tengah bercengkrama satu sama lain. Ternyata walau beberapa menit yang lalu mereka kenal, kedua ibu mereka sudah sangat akrab satu sama lain. Seperti pertemuan antara Paruru dan Yui dulu. Mereka juga sangat akrab bahkan sampai sekarang.

Mereka melangkah menghampiri kedua ibu mereka. Atsuko, ibu dari Paruru itu bertanya tentang keadaan Yui pada Haruna. Haruna menceritakan semuanya pada ibu kandung Paruru itu, dan terlihat sangat jelas bahwa Atsuko sangat terlihat kasihan pada Yui. Dan dia juga sangat kesal, pada sifat anak muda yang bertingkah seenaknya sendiri.

***
~Paruru Pov~

Aku tidak menyangka, jika kedua orang tuaku akan sangat akrab seperti ini kepada kedua orang tua dari Yui-kun. Jujur, aku sangat menyukainya. Walau beberapa menit yang lalu mereka kenal dan sekarang mereka seperti sudah kenal selama belasan tahun. Sangat akrab dan tidak terlalu formal ketika ibuku dan ibunya tengah berbicara.
Aku menoleh, melihat Yui-kun. Bekas luka diwajahnya memang masih terlihat jelas, aku sedikit khawatir jika ingin berbicara padanya. Dia bilang, jika dia berbicara akan terasa sangat sakit luka yang ada disamping bibirnya. Maka dari itu, aku memilih diam dna tidak bertanya apa-apa padanya. Aku sedikit khawatir saja dan tidak bisa jika melihatnya meringis kesakitan seperti itu.

Selama acara ini, aku dan Yui selalu bersama. Aku dan dia semakin sangat akrab satu sama lain. Aku merasa cocok dengannya. Dan dia juga selalu membuatku sangat nyaman, bila kita bersama. Dan itu sangat membuatku bahagia.
Walau cupu dia sangat tampan. Dia juga pintar, dan selalu menjadi mahasiswa nomor satu di kampus yang mendapat nilai yang tinggi. Aku menjadi semakin ingin sepertinya. Nilai dikampusku memang tidak jelek, namun nilaiku masih belum mencukupi seperti Yui-kun. Aku sangat ingin jika nilaiku tinggi seperti dirinya. Aku sangat ingin membahagiakan kedua orang tuaku dengan nilaiku yang tidak mengecewakan mereka.

Ketika aku memintanya untuk belajar bersama, dia menyetujuinya. Aku sangat senang mendengarnya, dia memang sangat baik. Mudah-mudahan dengan ini, jika aku belajar bersama dengannya nilaiku akan bertambah tinggi. Aku benar-benar yakin, bila kedua orang tuanya sangat senang memiliki anak seperti Yui-kun. Tidak akan kecewa bila orang tua memiliki anak seperti dirinya.

"Sayang" aku menoleh melihat ibuku yang tersenyum memanggiku. Lekas saja aku kesana bersama dengan Yui-kun.
"Doustano okasan?" tanyaku dan ibuku mengelus kepalaku dengan lembut.
"Sedari tadi, okasan lihat kau dan Yui sangat akrab. Kalian sangat dekat sekali, nak" jelas ibuku yang membuatku tersenyum membalasnya.
"Kita memang sudah dekat okasan. Dan kita berencana akan belajar bersama, ne Yui-kun?" aku menoleh kearahnya dan dia mengangguk membalas pertanyaanku.
"Sokka. Ibu sangat senang, jika kalian bisa dekat seperti ini" jawab ibuku yang aku balas dengan senyum.

Aku menoleh, melihat ayah yang masih asyik berbicara pada ayah Yui-kun dan beberapa klien kerjanya, mungkin. Aku melihat acara ini memang sangat meriah, entah acara apa sebenarnya aku sendiri belum mengerti. Ku dengar dari ayah tadi, jika acara ini memang acara yang meriah karena ayah dna rekan kerjanya berhasil meraih keinginan mereka selama ini. Entah apa itu, aku juga tidak mengerti.
Dan sekarang, ku lihat ayah dan ayah Yui-kun berjalan kearah kami. Aku tersenyum ketika ayah sampai di depan kami. Wajah ayah sangat ceria sekali, aku tidak pernah melihat ayah seceria ini. Mungkin, karena keberhasilannya dengan temannya. Dan sebagai anak, aku juga sangat senang melihat ayah yang bahagia seperti ini. Mudah-mudahan, perusahaan ayah semakin maju.

"Kalian dekat juga ternyata, Atsuko Haruna-san" ucap ayah pada ibu dan bibi Haruna. Ku lihat ibuku dan bibi tersenyum membalas pertanyaan dari ayah.
"Mochiron Kai, aku dan Haruna memang sudah dekat bahkan bukan hanya kita tapi, kedua anak kita juga sudah dekat sepertinya" balas ibu yang ku sambut dengan senyum.
"Baguslah, kalau kalian memang sudah dekat" aku mengangguk membalasnya. Aku sendiri juga menyukai kedekatan antara aku dan Yui-kun.

Entah kenapa, aku juga tidak tahu bisa sedekat ini pada Yui-kun. Bahkan sebelumnya, aku tidak pernah sedekat ini pada pemuda lain. Mungkin, aku masih memikirkan pangeran. Aku tidak bisa melupakannya, dan sosok itu sepertinya aku bisa melihat dari Yui-kun. Entah kenapa, jika aku berada didekatnya aku seperti berada didekat pangeran.
Berkali-kali aku memikirkan seperti itu dan ku anggap itu hanyalah perasaanku saja, tapi kenyataanya jika aku berada didekat Yui-kun memang selalu merasakan hal yang sama. Dan pangeran juga ada persamaan dengan Yui-kun. Mereka sama-sama memakai kacamata, hanya saja jika pangeran karena memang dia memiliki masalah dengan matanya jika Yui-kun, aku tidak tahu alasannya apa. Mungkin, Yui-kun juga memiliki masalah dengan matanya.

Ku lihat ayah dan ayah Yui-kun menjauh dan berbicara sesuatu, entah apa itu aku tidak tahu. Dan kemudian, mereka kembali pada kami. Mereka kembali dan memasang senyum dan melihatku dan Yui-kun. Ada apa memangnya, kenapa ayah dan paman Yuuji melihatku dan Yui seperti itu. Ada apa memangnya?.

"Haruka, jika ayah meminta sesuatu padamu, apa kau mau nak?" tanya ayah membuatku bingung.
"Memang apa yang ayah inginkan dariku?" tanyaku balik dan ayah tersenyum sebelum menjawabnya. Apa yang ayah inginkan? Tidak biasanya ayah seperti itu.
"Ayah ingin, jika kau dan Yui bisa menikah" aku melebarkan kedua mataku dengan lebar. Menikah dengan Yui-kun? Apa ayah tidak bercanda?.
"Apa? Me-Menikah dengan Yui-kun?" tanyaku terbata dan ayah mengangguk dengan antusias.

Aku menoleh melihat Yui-kun, ia juga melebarkan kedua matanya. Aku yakin, dia juga terkejut sama seperti aku. Kenapa ayah memintaku untuk menikah dengan Yui-kun?. Apa jangan-jangan ayah berniat menjodohkanku dengan Yui-kun? Tapi, bagaimana dengan pangeran? Aku tidak bisa melupakannya dan aku tidak ingin menikah dengan orang lain selain menikah dengan pangeran. Walau dulu kita masih kecil, namun aku sudah menyukainya.
Dan sekarang, justruh aku akan dijodohkan dengan Yui-kun. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku menolak perjodohan itu? Tapi, jika aku menolak apa yang ayah lakukan padaku? Apa ayah akan marah?. Apa yang harus aku lakukan sekarang?

***

~Yui Pov~

Apa aku tidak salah dengar? Menikah dengan Paruru? Bagaimana mungkin, ini bisa terjadi. Aku tidak bisa menikah dengan gadis lain, selain menikah dengan Haruka. Aku tahu, kita bertemu saat kita masih kecil. Tapi, aku sungguh sangat menyayanginya. Aku tidak ingin menikah dengan gadis lain, selain menikah dengan Haruka. Apa paman Kai berniat menjodohkanku dengan Paruru?.
Walau terkadang jika aku dekat dengan Paruru, dia bisa membuatku sangat nyaman dan dia juga selalu perhatian denganku. Tapi, tetap saja dia bukan Haruka. Aku tidak ingin menikah dengan gadis lain, selain Haruka. Apa harus aku menolaj perjodohan ini? Tapi, jika aku menolaknya apa yang akan paman Kai lakukan padaku?

Aku menoleh melihat ayah, dia hanya tersenyum melihatku. Apa mungkin, ayah menyetujui perjodohan ini. Apa jangan-jangan ini memang rencana ayah dan paman Kai. Kenapa ayah harus melakukan itu padaku, padahal aku sudah menceritakan tentang Haruka pada ayah. Walaupun, ayah menyuruhku untuk melupakan Haruka, karena sudah bertahun-tahun lamanya aku dan Haruka tidak bertemu. Tapi, aku tetap bisa aku tidak bisa melupakan Haruka.

"Perjodohan ini juga demi kalian nak. Dan ayah ingin kalian bisa menerimanya" balas paman Kai pada Paruru yang mungkin juga sama terkejutnya sepertiku.
"Tapi, paman ini terlalu cepat menurutku" balasku pada paman Kai. Dia tersenyum membalasnya.
"Memang Yui, tapi ayah dan paman Kai sudah merencanakan ini matang-matang dari pertama kita melakukan kerja sama" balas ayahku yang tersenyum membalas pertanyaanku.

Kenapa seperti ini, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku menoleh, melihat Paruru yang menunduk seperti memikirkan sesuatu. Aku tahu ini terlalu cepat untuknya bahkan juga untukku. Aku juga tahu, jika dia tidak mungkin menyukai pemuda sepertiku. Pemuda lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa dan lagi, aku masih tetap ingin bersama dengan Haruka.

"Jika, a-aku me-menolak perjodohan i-itu, a-apa yang akan ayah lakukan pa-padaku?" aku menoleh melihat Paruru yang berbicara tergagap. Aku kembali menoleh melihat paman Kai.
"Jika kau melakukan itu, maka kau akan melihat ayah tidur selamanya, Haruka" aku melebarkan kedua mataku mendengar jawaban paman Kai.

"Yui, ayah harap kau bisa menerima perjodohan ini karena, ayah sangat ingin kau bisa menikah dengan Haruka, dia sangat baik bukan? Dan janganlah, mengingat masa lalumu terus menerus, itu tidak baik. Lagi pula, kau tidak pernah bertemu dengan gadis itu bukan?" aku menunduk mendengarnya.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ayah juga ingin bila perjodohan itu terlaksana. Dan jika aku menolaknya, aku tahu apa yang akan ayah perbuat padaku. Aku tidak ingin itu terjadi, tapi jika aku tidak menolaknya. Bagaimana dengan perasaanku pada Haruka, sahabat kecilku? Aku tidak bisa melupakannya sama sekali.

"Haruka sayang, kau juga tidak boleh mengingat masa lalumu nak. Lagi pula, ibu sangat ingin kau bisa membuka hatimu pada pemuda lain. Ibu ingin kau bisa menerima Yui, sayang. Yui juga baik, dia sopan dan pastinya dia juga akan menjagamu dengan baik. Ibu sudah percaya dengannya, sayang" jelas bibi Atsuko pada Paruru yang masih menunduk.

Masa lalu? Paruru juga mempunyai masa lalu? Masa lalu seperti apa? Apa dia mempunyai mantan kekasih yang ia sendiri masih mencintai kekasihnya itu dan itu juga sebagai alasan kenapa, selama ini ia tidak pernah menerima pemuda yang mencintainya?.
Ku lihat, dia mendongakan kepalanya dan melihatku. Aku hanya diam menatap matanya yang mungkin terdapat raut kekecewaannya karena mungkin, mendengar perjodahan ini. Dia terus menatapku, aku tidak tahu apa yang diungkapkan lewat matanya. Aku tidak bisa menebaknya sama sekali.

Kemudian, ia meminta waktu untuk membicarakan ini semua padaku. Setelah mendapat ijin, dia membimbingku keluar dari pesta dan menuju parkiran yang memang sangat sepi. Dia kembali menoleh kearahku dan menatapku. Sebelum berbicara dia menghela nafasnya. Aku tahu, kau kecewa Paruru. Dan aku pun juga merasakan hal yang sama.

"Yui-kun..." dia membuka percakapan. Dan aku masih diam, melihatnya yang sepertinya mengatur kata-kata untuk berbicara padaku.
"Apa kau akan menerima perjodohan ini?" tanyanya dan aku menggeleng tidak tahu.
"Aku tidak tahu, Paruru. Aku masih terlalu syok mendengarnya, aku masih mempunyai seseorang yang jauh disana. Jujur, aku tidak tahu sekarang dia ada dimana, tapi aku tidak bisa melupakannya sama sekali" jawabku jujur.

Dia menunduk. Aku tahu, hatinya sangat sakit. Aku sendiri mengerti, jika dia juga tidak mau menerima perjodahan ini sebenarnya.
"Aku juga mempunyai seseorang yang spesial dihatiku. Tapi, aku tidak tahu dia berada dimana sekarang ini. Sudah bertahun-tahun lamanya, aku tidak bertemu dengannya. Kita sudah putus komunikasi, namun aku sendiri masih sangat menyayanginya" aku mengangguk mengerti.
Aku tidak mempersalahkan, jika dia masih menyukai pemuda itu. Aku saja masih menyukai Haruka, dan ku lihat dia kembali menunduk seperti berfikir dan setelah itu dia kembali mendongakan kepalanya melihatku. Matanya bening, dan air matanya sedikit keluar dari sudut matanya. Dengan cepat, aku menghapus air matanya, jujur aku tidak ingin melihatnya menangis.

"Jangan menangis, aku tahu perasaanmu" dia mengangguk dan kemudian dia memelukku.
"Apa yang harus kita lakukan Yui-kun? Apa harus kita menerima perjodohan itu?" tanyanya dalam pelukanku. Aku sendiri juga tidak tahu, apa yang harus aku jawab sekarang.
"Entahlah Paruru. Tapi, jika aku menolak ayah akan berbuat sesuatu yang tidak bisa ku bayangkan sama sekali" balasku padanya.
"Ayahku juga akan melakukan hal yang sama Yui-kun. Aku tidak ingin kehilangan ayah, selama ini ayah selalu ingin melihatku bahagia, ayah juga melakukan apa saja yang ku mau" balasnya lagi.

Aku membalas pelukannya. Aku mengelus punggungnya, berniat menenangkan hatinya yang mungkin rapuh sepertiku. Padahal, baru saja aku kenal dengannya dan setelah itu kedua ayah kami justruh menjodohkan kami berdua.
Walaupun mereka bilang, ini semua demi kebaikan dan Paruru. Tapi, tetap saja bila menikah tanpa ada rasa cinta di hati mereka, itu tidak akan ada artinya sama sekali.

Aku melepas pelukannya, dan kemudian melihat wajahnya yang sangat manis dan cantik itu. Entah kenapa, jika aku melihatnya bersedi seperti itu. Aku tidak bisa. Aku seperti melihat Haruka teman kecilku menangis. Aku mengangkat kedua tanganku dan menghapus air matanya, yang lagi-lagi keluar.

"Yui-kun. Apa kita harus menerima perjodohan itu?" tanyanya lirih.
"Aku ikut denganmu, saja Paruru" balasku akhirnya. Aku tidak tahu, apa yang harus aku jawab padanya.
"Baiklah. Aku akan mencoba mencintaimu, Yui-kun dan melupakan masa laluku. Aku juga tidak ingin melihat ayah kenapa-napa" jelasnya akhirnya. Aku juga tidak ingin melihat ayahku kenapa-napa.
"Tapi, bagaimana dengan pemuda yang kau cintai itu, Paruru?" tanyaku lagi.
"Jika suatu saat nanti, kita akan bertemu. Aku akan menjelaskan semuanya kepadanya, kenapa aku melakukan semua ini, aku yakin dia mengerti" jelasnya lagi membalas pertanyaanku.
"Baiklah, jika itu memang maumu. Aku juga akan melakukan hal yang sama sepertimu, Paruru" jawabku dan ku lihat dia tersenyum.
"Arigatou, Yui-kun" aku mengangguk membalasnya.

***

~Paruru Pov~

Pagi hari tiba, aku tidak ada jadwal hari ini dan aku memutuskan hanya duduk bersantai dirumah. Aku tidak bisa melupakan kejadian semalam, dan bisa-bisanya ayahku menjodokanku dengan Yui-kun. Memang aku sangat nyaman bila berada didekatnya, tapi tetap saja. Aku masih memikirkan pangeran.
Pangeran, ku harap kau bisa melupakanku dan bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari pada aku. Aku akan dijodohkan dengan pemuda lain. Maafkan aku yang menerima perjodohan itu, hanya saja aku tidak bisa melihat ayah kenapa-napa. Selama ini, ayah sudah baik denganku. Dia melakukan apa saja yang aku inginkan, dan aku sangat ingin membalasnya. Mudah-mudahan kau mengeri pangeran. Tapi, aku tidak akan melupanmu sebagai teman masa kecilku.

"Haruka" aku menoleh melihat ibuku yang sekarang menghampiriku dan dia duduk di sampingku.
"Okasan" aku memeluk ibuku dengan erat.
"Kau tidak apa-apa, kan?" aku mengangguk dalam pelukan ibuku.
"Aku tidak apa-apa, okasa" jawabku kemudian.

Ibu membelai pucuk kepalaku dengan lembut. Aku memang membutuhkan ketenangan, dan biasanya ibu yang akan melakukannya padaku. Ibu akan memelukku dan membelai pucuk kepalaku supaya aku tenang dan tidak terlalu memikirkan masalah. Beliau memang mengerti dengan keadaanku.
Selama ini juga, aku juga selalu menceritakan masalahku pada beliau. Dan ibu juga memberiku saran agar aku bisa menyelesaikan masalahku selama ini. Dan ibu berhasil membuatku kagum dengannya. Dia memang ibu yang sangat perhatian denganku.

"Okasan, sangat senang akhirnya kau bisa menerima perjodohan itu nak" aku tersenyum mendengarnya.
"Hai okasan. Aku tidak ingin mengecewakan okasan dan otosan" balasku. Sedikit ada rasa sakit, karena aku mengingat pangeran dalam pikiranku.
"Kau pasti bisa melupakan pangeran, nak" aku hanya mengangguk membalasnya.

Jika ini yang terbaik untukku dan untuk kedua orang tuaku, aku akan melakukannya. Aku tidak ingin menjadi anak yang selalu menyusahkan kedua orang tuanya. Aku akan melakukannya dan mencoba menerima Yui-kun. Aku tahu, pasti akan sangat sulit namun, aku pasti bisa melakukannya dengan seiring berjalanny waktu.
Maafkan aku pangeran, tapi yakinlah jika aku tidak akan pernah melupakanmu. Kau tetap menjadi seseorang yang spesial didalam hidupku. Walau Yui-kun lah, yang akan menjadi pasanganku nanti. Aku akan mengabdi kepadanya.

Yui-kun, aku berjanji akan mencoba menerimamu dan mencintaimu. Aku tidak ingin menjadi seorang istri yang tidak mencintai suaminya dan masih membenci suaminya, aku akan melakukannya mulai sekarang. Toh, kau juga memberikan kenyamanan untukku selama ini. Dan aku sangat menyukainya, aku juga akan memberikan kenyamanan untukmu. Yui-kun.





To Be Continue......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar