Senin, 15 Februari 2016

Pangeran Cupu (Chapter 02)

Title : Pangeran Cupu Chapter 02
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, T, Love

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
Support Cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
  • Yamamoto Sayaka
  • Watanabe Miyuki
Happy Reading All....







Chapter 02



~Yui Pov~

Setelah selesai jam kampus, aku langsung keluar dari kampus. Hari sudah sore, memang setiap hari aku selalu di jam seperti ini. Buku yang ku bawa hari ini sedikit banyak, jadi aku harus hati-hati.
"Yokoyama-kun"
Aku menoleh, aku melihat seorang gadis yang sekarang tersenyum dan dia menghampiriku. Aku tersenyum membalas senyumannya. Dia berhenti didepanku dan masih menunjukan senyumannya. Dia memang sangat manis, jika tersenyum seperti itu.

"Bagaimana luka diwajahmu?" tanyanya sambil melihat luka di pipiku.
"Sudah membaik, terima kasih sudah mau menolongku Shimazaki-san" balasku dan dia mengangguk dan senyumnya pun tak lepas dari bibirnya.
"Syukurlah, kalau begitu" balasnya sekilas.

Kami berjalan menuju parkiran bersama, di jalan kita hanya bercerita tentang kegiatan kampus saja.
"Nee.... Yokoyama-kun, kau bisa memanggilku Paruru mulai sekarang jangan terlalu formal" ucapnya ketika kami sudah berada di parkiran kampus.
"Baiklah, aku akan memanggilmu Paruru. Dan kau bisa memanggilku Yui, bagaimana?" tanyaku dan dia mengangguk.
"Ano.... Yui-kun, kau berangkat ke kampus dengan apa?" tanyanya.
"Aku naik kendaraan umum, aku tidak terlalu suka dengan kendaraan pribadi" jawabku dan ku lihat dia mengangguk.
"Bagaimana jika kau bersamaku saja?" tanyanya lagi.
"Tidak perlu, aku tidak ingin merepotkanmu" jawabku dan ku lihat dia mempoutkan bibirnya. Jika seperti itu, dia lucu juga dan sangat menggemaskan.
"Ayolah, aku ingin tahu rumahmu" melihatnya merengek seperti itu, aku ingin tertawa. Aku mengangguk membalasnya dan dia kembali tersenyum.

Setelah itu, aku dan Paruru masuk kedalam mobilnya. Memang sedikit lucu, seharusnya laki-laki yang mengantar perempuan, tapi ini justruh sebaliknya. Ku lihat dia menunjukan senyumannya terus menerus.
Apa mungkin dia sangat senang?
Diperjalanan, sesekali dia menanyakan arah rumahku dan aku menunjukan jalannya. Dan juga, sesekali dia bercerita kepadaku, tentang hidupnya bila dirumah. Ternyata aku dan dia sama-sama anak tunggal, tidak mempunyai saudara. Ibu dan ayahnya sangat menyayanginya, ia sangat senang menjadi anak dari kedua orang tuanya. Itu adalah hal yang terindah dalam hidupnya.

"Arigatou, Paruru. Karena kau sudah mau mengantarkanku" ucapku ketika aku sampai dirumahku. Dia tersenyum dan mengangguk.
"Kalau begitu aku pulang, Yui-kun" balasnya dan aku mengangguk.
"Hati-hati dijalan" balasku lagi.
"Hai!" singkatnya dan kemudian aku melihat mobilnya yang sudah menjauh dari rumahku.

Aku berbalik, kemudian berjalan menuju pintu rumah. Aku membuka pintu rumahku, dan masuk. Dari sudut mataku, aku melihat seseorang. Aku menoleh, aku melihat ibu yang tengah memasak di dapur. Aku tersenyum kemudian melangkah ke arah dapur.

"Okasan" sapaku dan ibu menoleh kearahku.
"Yui, kau sudah pulang nak?" aku mengangguk membalas pertanyaan ibu.
"Sudah ibu. Otosan, sudah pulang?" tanyaku balik dan ibu menggeleng.
"Mungkin, sebentar lagi nak" aku hanya mengangguk membalasnya.

Setelah itu, aku kembali berjalan dan masuk ke kamarku. Aku meletakkan tas dan duduk kemudian melepas sepatuku. Kemudian, aku merebahkan diriku dikamar melepas penat dan lelah.

***

~Paruru Pov~

Aku berangkat pagi hari ini, karena memang aku mempunyai jadwal pagi. Aku melihat jam tangan, masih ada waktu sekitar 15 menit ternyata.

Aku menelusuri lorong kelas. Aku menoleh, ketika sampai di lapang kampus. Kenapa banyak sekali, mahasiswa disana, sedang apa mereka?. Aku kembali berjalan dan mencoba menerobos kumpulan mahasiswa itu.
Setelah sampai, aku menolehkan pandanganku kearah lapang kampus. Tuhan, apa aku tidak salah lihat?. Yui-kun, dia terduduk dengan kedua lututnya yang menjadi tumpuan. Dan didepannya, aku bisa melihat Sayaka yang tertawa puas. Aku yakin ini ulahnya lagi. Dasar pemuda tidak tahu diri.
"Sayaka!"

Dia menoleh kearahku. Aku melangkah kearah Yui, aku tidak percaya dia akan mendapatkan semua ini dari Sayaka. Sayaka, memang keterlaluan. Aku mensejajarkan tubuhku pada Yui-kun, dia terlihat pasrah dengan keadaannya.
Aku mengambil bukunya yang tercecer di lapangan, dan aku juga melihat Yui yang melakukan hal yang sama denganku. Setelah selesai, aku membantunya berdiri dan menyerahkan bukunya kembali. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Entah kenapa, aku tidak bisa melihatnya seperti ini. Dia memang cupu, tapi tidak bisakah orang menghargainya?. Kenapa ia harus di buli?

"Paruru, kau selalu saja membela pemuda cupu itu" aku menoleh ketika mendengar Sayaka mengeluh.
"Karena aku tidak suka dengan kelakuanmu itu, Sayaka. Dimana otakmu? Kenapa kau lakukan semua ini pada Yui-kun, aku benar-benar tidak habis pikir denganmu" balasku geram menatapnya.

Aku kembali menoleh ke arah Yui yang masih terdiam. Dia menunduk sambil membersihkan kacamatanya, setelah itu ia memakainya lagi. Aku mengambil tisu dan membersihkan wajahnya. Dia hanya diam dengan kelakuanku.
Aku terkejut ketika Yui tertarik. Aku menoleh melihat Sayaka yang menarik pemuda itu. Tuhan, apa lagi yang akan dia lakukan. Dia menatap Yui dengan tajam, dan mengancam pemuda itu kemudian memukulnya berkali-kali.
"Sayaka"

Aku menghampiri mereka dan melepaskan pegangan sayaka di kerah Yui. Kemudian, aku mendorongnya aku tidak peduli juga dia jatuh atau tidak. Aku hanya geram dengan kelakuannya, pada Yui. Memang benar-benar keterlaluan. Sungguh, aku tidak percaya dengan sifatnya yang seperti itu.
"Yui-kun, sekarang kita ke UKS saja ya?" dia hanya mengangguk membalasku.
Aku tidak mempedulikan teriakan Sayaka yang memangilku, aku hanya fokus pada Yui. Wajahnya penuh memar, akibat Sayaka yang memukulnya. Setelah menelusuri lorong kelas, aku masuk ke UKS dan membimbimnya untuk duduk di UKS. Dan setelah itu, aku mengobati luka di wajahnya.

"Arigatou Paruru" ucapnya setelah aku selesai mengobati luka diwajahnya. Dia meringis, ketika aku mengobati lukanya tadi.
"Kenapa kau tidak melawan Sayaka, Yui?" tanyaku. Dia mendongak melihatku yang menunggu jawaban darinya.
"Percuma saja Paruru. Lagi pula, jika aku melawan justruh akan menimbulkan masalah lagi dan masalahnya tidak akan kelar" balasnya panjang lebar.
"Tapi, kau harus seperti mendapatkan luka seperti ini Yui" aku menyentuh pipinya yang masih memar dan dia meringis kesakitan.
"Daijoubu, aku yakin suatu saat nanti dia akan berubah. Kau tenang saja"

Aku tersenyum mendengarnya. Dia memang pemuda yang berbeda dari kebanyakan pemuda yang ku kenal. Entah kenapa, dia membuatku merasa tenang. Yui, Yui kau memang berbeda dan entah kenapa kau seperti mengingatkan aku kepada seseorang.

***

~Author Pov~

Yui keluar dari ruangan kelasnya. Ditangannya ia membawa beberapa buku. Terlihat jelas, wajahnya masih memar dan sesekali ia meringis menahan luka yang berada di wajahnya.

Ia melangkah menelusuri lorong kampus, setelah ia sampai di parkiran langkah kakinya harus terhenti karena seseorang yang berada didepannya. Ia menatap pemuda itu dengan bingung di sisi kanan dan kirinya ada dua pemuda lain yang juga sama-sama menatapnya dengan datar.
Belum juga ada kata-kata dari mulut mereka, Yui terlebih dahulu di tarik oleh ketiga pemuda itu dan membawanya ke belakang kampus yang memang sangat sepi apalagi disaat pulang seperti ini. Setelah sampai, pemuda itu menghempaskan Yui secara kasar. Dan Yui, ia harus terjatuh dan buku yang berada di tangannya juga tercecer di tanah.
"Kita hajar dia"

Ketiga pemuda itu memukul Yui tanpa belas kasihan. Yui tidak bisa apa-apa selain pasrah, dia memang tidak pandai bertengkar dan melakukan balasan pada ketiga pemuda itu. Dia hanya pemuda biasa yang terkenal cupu dikampus dan dia memang sangat lemah.
Terlihat sangat jelas, dari wajah pemuda itu sudah memar. Beberapa luka tergambar jelas di wajahnya, dan kacamatanya juga terlepas semenjak ketiga pemuda itu menghajarnya habis-habisan. Dan sekarang, ia terkapar lemah di tanah. Seluruh tubuhnya sangat sakit semua. Ketiga pemuda itu memang benar-benar keterlaluan pada Yui. Wajah, perut, tangan dan kaki semuanya menjadi sasaran pukulan mereka.

Setelah itu mereka pergi meninggalkan Yui, setelah sebelumnya Sayaka memberi peringatan agar Yui tidak lagi mendekati Paruru. Namun, karena tubuhnya yang sudah lemah ia sama sekali tidak mendengar perkataan Sayaka. Ia hanya bisa meringis kesakitan akibat pukulan ketiga pemuda itu.
Yui berusaha berdiri, menahan sakit. Ia meraba-raba tanah mencari kacamatanya, setelah ia temukan ia mengambilnya dan memakainya kembali. Namun, ketika ia hendak berdiri seperti semula ia harus jatuh lagi. Kedua kakinya sepertinya sudah tidak bisa lagi, untuk menapung berat tubuhnya. Seluruh tubuhnya benar-benar seperti remuk karena pukulan ketiga pemuda itu.

Tangannya bergerak untuk mengambil hanphone disakunya. Setelah ia mengambil hanphonenya, ia mengetik nomor seseorang kemudian Yui menaruh teleponnya di kupingnya. Ia menahan sakitnya sambil menunggu seseorang di seberang sana mengangkat teleponnya.
Setelah seseoang yang diteleponnya mengangkat teleponnya. Yui menyuruh orang itu untuk pergi ke taman sekarang juga. Pemuda yang diteleponnya khawatir, mendengar Yui yang bicara sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. Dan pemuda itu akan, pergi ke taman sekarang juga. Yui, melepas teleponnya. Ia kembali terbaring di tanah, karena kedua kakinya sudah tidak bisa menopang tubuhnya karena kelelahan.

Tak lama, Yui bisa mendengar suara orang yang memanggil namanya. Yui menoleh dan melihat Jun datang dan setelah itu, pemuda itu membimbingnya untuk berdiri dan membawa Yui. Jun membawa Yui ke parkiran dan membantu sahabat cupunya itu masuk kedalam mobilnya. Keadaannya sahabatnya itu benar-benar mengkhawatirkan, maka dari itu Jun berinisiatif membawa Yui pulang.
Diperjalanan, Yui hanya diam dibelakang mobil dalam keadaan terbaring. Jun mempercepat mobilnya agar sampai dirumah Yui. Yui membutuhkan pertolongan segera dan juga pengobatan untuk mengobati luka di wajahnya.

Jun berhenti didepan rumah Yui. Jun keluar dan membantu Yui keluar, kemudian ia membimbing sahabatnya itu lagi. Jun mengentuk pintu rumah, setelah terbuka Jun bisa melihat ibu Yui. Wajah ibunya sangat terlihat khawatir dengan keadaan Yui. Beliau menyuruh Jun untuk membawa sang putra kekamarnya dan Jun menuruti perkataan ibu Yui.

"Kenapa kau bisa seperti ini nak?" tanya sang ibu panik sambil mengobati luka di wajah putra semata wayangnya itu.
"Aku tidak apa-apa ibu. Tadi hanya kesalah pahaman dan orang itu memukulku" balas Yui lirih sambil menahan rasa sakit ketika sang ibu mengobati luka di wajahnya.

***

Pagi datang. Dikamar Yui masih terbaring, tubuhnya menggigil dan wajahnya pucat pasi. Ibunya menyuruhnya agar Yui tidak masuk ke kampus terlebih dahulu. Ibunya mengkhawatirkan keadaan Yui kepadanya dan Yui menuruti perkataan ibunya. Ia memang harus beristirahat terlebih dahulu untuk mengembalikan kesehatannya.
Sebelum tidur, ia menelpon Jun agar Jun memberi tahu kepada sensei karena Yui tidak ke kampus sekarang. Jun menyetujui ucapannya, dan pemuda itu berjanji akan menjenguknya setelah pulang nanti. Dan setelah itu Yui terbaring tidur dikamarnya setelah ia makan dan meminum obatnya.

***

Paruru keluar dari kelasnya bersama kedua sahabatnya. Dia telah selesai dengan jam kuliahnya, maka dari itu dia dan kedua sahabatnya akan pulang setelah ini. Namun, ia bertanya-tanya tadi karena sedari tadi ia tidak menemukan Yui. Tapi, sejenak ia berfikir jika pemuda itu ada urusan dan mungkin ada kelas karena, kelas mereka berbeda.
Diarah berlawanan, terlihat Jun yang berjalan dengan panik. Ia akan menjenguk Yui dirumah pemuda itu, ia sangat mengkhawatirkan kondisi sahabatnya. Dan dia berfikir, jika semua itu adalah ulah dari Sayaka. Karena setahunya, pemuda itu sangat tidak menyukai Yui. Kemarin Jun sempat bertanya, namun Yui tidak menjawabnya. Pemuda itu bilang, jika ia hanya dipukuli namun Yui tidak memberi tahu siapa yang memukulinya.
"Jun-Kun"

Jun mendongak melihat Rena yang memanggilnya. Dia tersenyum dan menyapa balik gadis itu. Jun bisa melihat Rena yang sekarang menghampirinya bersama Paruru dan Miyuki disebelah gadis itu. Setelah sampai Jun kembali tersenyum kepada gadis itu, mereka memang sudah dekat dari kecil. Bisa dibilang mereka adalah sahabat kecil.

"Kau ingin kemana? Sepertinya, kau terlihat terburu-buru" tanya Rena dan Jun mengangguk meng-iyakan perkataan Rena.
"Aku ingin menjenguk Yui, sahabatku Rena. Dia sakit" balas Jun pada Rena dan itu mampu membuat Paruru yang mendengarnya khawatir.
"Sakit apa, Jun" tanya Paruru menerobos. Ia khawatir dengan keadaan tubuh pemuda itu rupanya.
"Kemarin aku menemukannya di belakang kampus dan wajahnya babak belur, dan mungkin karena itu dia sakit" balas Jun kemudian. Paruru bertambah panik dengan keadaan pemuda itu.
"Baik, aku boleh ikut?" tanya Paruru dan Jun mengangguk.
"Aku juga ikut ya?" Jun mengangguk dengan pertanyaan Rena.

***

Paruru, Jun, Rena dan Miyuki keluar dari mobil. Jun terlebih dahulu mendahului ketiga gadis itu, ia sampai dan mengetuk pintu rumah Yui. Setelah beberapa lama, pintu terbuka dan memperlihat ibu dari Yui. Beliau mempersilahkan keempat remaja itu untuk masuk.
Beliau membimbing keempatnya untuk masuk kedalam kamar Yui. Mereka bisa melihat Yui yang terbaring lemah dikamarnya. Pemuda itu menoleh dan tersenyum dengan kedatangan keempat teman satu kampusnya. Paruru mendekat dan duduk disebelah Yui, sedangkan Rena, Jun dan Miyuki masih berdiri disamping mereka dan menatap Yui yang lemah.

***

~Paruru Pov~

Aku benar-benar tidak menyangka dengan keadaan tubuhnya yang sekarang ini. Dia benar-benar lemah dan aku tidak sanggup melihatnya seperti ini. Siapa yang sudah berani melakukan semua ini padanya? Tega sekali orang itu membuat pemuda yang berada dihadapanku lemah tidak berdaya dan terbaring di kamar karena sakit.
Senyumnya tidak seperti biasanya. Ia tersenyum sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. Seluruh wajahnya benar-benar pucat, bibirnya menggigil menahan sakit. Dan keningnya terdapat kain yang menutupi keningnya. Yui, sebenarnya kau kenapa? Siapa yang membuatmu seperti ini? Sungguh, orang itu benar-benar keterlaluan padamu, hingga kau seperti ini.

"Yui-kun, apa kau sudah membaik?" tanyaku menatapnya. Dia tersenyum dan mengangguk.
"Aku sedikit membaik dari pada tadi pagi" balasnya lemah. Dia kembali terbatuk, dengan cepat aku mengambil air yang tersedia dan membantunya untuk minum.
"Arigatou" aku mengangguk dan tersenyum.

Aku menolehke arah pintu ketika mendengar suara seseorang. Ternyata, ibu Yui datang dan membawa beberapa minuman dan makanan. Dia tersenyum melihat kedatanganku, Rena, Miyuki dan Jun. Beliau sangat ramah kepada kami.
Setelah itu beliau keluar, membiarkan aku, Rena, Miyuki dan Jun berbiacara pada Yui. Aku kembali menoleh kearahnya. Dia mencoba untuk bangkit, karena tidak tega aku dan Jun membantunya untuk duduk dan bersandar dikamar.

"Kenapa kau kemarin bisa babak belur, Yui?" tanya Jun mengawali.
"Aku tidak apa-apa. Itu hanya kesalah pahaman saja, Jun. Uhuk..." dia kembali terbatuk setelah menjawab pertanyaan Jun.
"Kau tidak berbohong, bukan?" tanyaku dan dia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Siapa yang memukulmu, Yui-kun?" tanyaku lagi dan dia diam. Dari raut wajahnya dia tampak ragu menjawab pertanyaanku.
"Apa ini ulah Sayaka?" tebak Jun.

Ku lihat Yui terdiam sambil menundukan kepalanya. Apa mungkin, memang Sayaka yang melakukan semua ini pada Yui? Jika itu benar, dia benar-benar keterlalu karena telah membuat Yui seperti ini. Dari awal aku mengenalnya, aku memang tidak menyukai sifatnya sama sekali.
Sayaka memang tidak pernah menyukai ada seorang pemuda yang dekat denganku, tapi bukan seperti ini juga caranya. Yui harus sakit akibat ulahnya. Jujur, melihatnya seperti ini membuatku sakit. Aku tidak bisa melihatnya seperti ini. Menahan rasa sakit ditubuhnya memang sangat tersiksa, aku tahu itu.

"Kenapa kau diam, Yui-kun? Apa yang dikatakan Jun itu benar?" tanyaku membuatnya mendongak.
"Ano.... sebenarnya, semua itu salah paham Paruru" balasnya.
"Jadi benar, ini ulah Sayaka?" tanyaku lagi. Dia mengangguk pelan menjawab pertanyaanku.
"Dasar laki-laki kurang ajar" gumamku menahan amarah.

Aku tidak habis pikir dengan pemuda itu. Lagi-lagi dia membuat masalah, dan sekarang Yui harus terbaring lemah dikamarnya. Namun, dia meyakinkanku jika dia tidak apa-apa dan semua masalah pasti akan cepat selesai dengan seiring berjalannya waktu.
Iya, masalah memang akan selesai dengan seiring berjalannya waktu. Tapi, jika dia selalu seperti ini itu sudah kelewatan namanya. Yui, kenapa kau harus pasrah disaat ada seseorang yang berbuat tidak baik kepadamu?. Apa karena kau cupu, sehingga kau selalu pasrah seperti ini. Apa kau tidak mempunyai keberanian untuk membalas Sayaka?

***

~Yui Pov~

Setelah keempat temanku pulang, aku kembali merebahkan diriku yang memang masih sangat sakit. Aku tidak pernah memikirkan semua itu, aku hanya menganggap semua itu hanyalah kesalah pahaman. Lagi pula aku tidak bisa membalas mereka. Aku hanya seorang pemuda lemah dan tidak mampu melakukan apa-apa selain pasrah dan dirumah pun, aku selalu menuruti kemauan kedua orang tuaku.
Tadi pun, aku juga melihat Paruru yang sepertinya khawatir denganku. Dia berkata jika aku harus bisa melawan, tapi aku tidak bisa aku hanya seorang pemuda lemah. Dan alasan itu aku katakan kepadanya dan membuatnya menatapku dengan kasihan.

Kata-kata khawatir yang keluar dari mulutnya dan tatapan matanya yang khawatir sepertinya sudah familiar di mataku. Tapi, siapa? Kenapa setiap ia menatapku dan menunjukan sikap baiknya, aku seperti melihat Haruka didalam dirinya. Semua caranya seperti Haruka.
Tapi, tidak mungkin juga Haruka itu adalah Paruru. Mungkin, hanya mirip saja. Dan aku tidak akan mungkin berharap pada Paruru. Aku masih sangat menyayangi Haruka. Tapi, apa dia akan menerimaku setelah ia tahu pangerannya seperti ini. Menjadi seorang yang lemah, padahal waktu kecil aku selalu menjaganya. Dan saat aku kecil, aku juga memakai kacamata walau tidak sering.

Haruka, apa kau tahu disini aku sangat merindukan dirimu. Aku sangat ingin sekali bertemu denganmu, aku sangat ingin sekali kita bisa seperti dulu. Seperti apa dirimu sekarang? Pasti kau sangat cantik, seperti kecilmu dulu.
Tuhan, pertemukan aku dan Haruka lagi seperti dulu. Aku sangat merindukannya. Aku tidak akan melupakanmu, Haruka walau aku lupa dengan nama margamu. Namun, kenangan masa kecil kita tidak akan pernah terlupakan di memoriku. Kau tetap selalu ada di hatiku, aku akan menunggu waktu sampai kita bisa dipertemukan lagi. Dan kita bisa seperti dulu lagi. Bercanda tawa bersama, menangis bersama dan saling berbagi cerita satu salam lain.

Ku harap kau juga seperti itu, menginginkan seperti yang aku inginkan. Jika suatu saat nanti, kita bertemu aku akan selalu berada disampingmu. Aku tidak akan melepaskanmu, aku tidak ingin berpisah kembali denganmu jika nanti kita bisa bertemu kembali.
Haruka, aku benar-benar ingin bertemu denganmu. Ku harap, waktu akan dipercepat. Kalung pemberiannya, tidak akan pernah ku buang. Aku akan selalu menjaganya dan menunjukan itu bahwa aku adalah pangeran. Anak kecil yang membantunya dulu untuk mencari kedua orang tuanya.





To Be Continue.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar