Sabtu, 13 Februari 2016

Pangeran Cupu (Chapter 01)

Title : Pangeran Cupu Chapter 01
Author : Rena - chan
Genre : Gender-Bender, Love, T

Main Cast :
  • Yokoyama Yui
  • Shimazaki Haruka
Support cast :
  • Matsui Jun
  • Matsui Rena
  • Yamamoto Sayaka
  • Watanabe Miyuki

Happy Reading All........



Chapter 01



~Author Pov~

Seorang pemuda berkacamata berjalan dengan ditangannya membawa beberapa buku miliknya. Pemuda itu berjalan dengan langkah pelan, ia hanya tidak ingin buku yang dibawanya terjatuh. Tumpukan buku yang berada di tangannya memang agak banyak. Dia memang terkenal cupu, namun ia memiliki otak yang sangat cerdas. Tak lama, ia harus mencium lantai karena seseorang menabraknya dan membuat buku yang ada ditangannya, tercecer di lantai.

Pemuda itu bangun dari jatuhnya dan membetulkan kacamata yang dipakainya. Kemudian, ia merapikan bukunya yang terjatuh. Sedangkan orang yang menabraknya hanya bisa menertawakannya. Setelah selesai dengan bukunya, ia mendongak melihat wajah yang sudah berani membuatnya jatuh.

"Yamamoto-san?" pemuda itu hanya tertawa membalasnya. Ia bisa melihat pemuda itu yang kini memandangnya dengan rendah.
"Nande? Kau marah denganku? Makanya kalau jalan pakai kedua matamu dengan baik" pemuda itu pergi begitu saja. 

Pemuda berkacamata itu segera bangkit, ia kembali berbalik. Ia tidak terlalu memikirkan perkataan pemuda tadi kepadanya. Dia menganggap, jika ia memikirkan itu hanya akan membebani pikirannya. Kemudian, ia berjalan menuju kelasnya. 
"Yui"

Dia menoleh. Melihat seorang pemuda yang berjalan kearahnya. Pemuda itu berhenti didekatnya. Di kampus mungkin, hanya pemuda itu yang dekat dengannya. Tapi, walau begitu dia masih bersyukur karena setidaknya ada orang yang mau berteman dengannya. 

Yokoyama Yui, itu namanya. Dia seorang pemuda baik dan cerdas. Dia memang menggunakan kacamata, karena memang kedua matanya bermasalah. Dia memiliki wajah yang tampan, tubuhnya memang tidak terlalu tinggi tapi, ia sangat pintar dan selalu menjadi mahasiswa kesayangan dosen. Semua dosen, tidak ada yang tidak tahu dengan Yui. Pemuda yang mempunyai otak yang sangat pintar.

"Nani Jun? Kenapa kau memanggilku?" tanya Yui ramah. Jun, pemuda itu tersenyum kepadanya. Seorang sahabat yang sudah sejak lama menemaninya, dari SMA.
"Tidak ada. Hanya saja, memanggilmu. Kita ke kelas bersama" Yui mengangguk dan tersenyum. Kemudian, keduanya berjalan bersama.

Selama berjalan, mereka hanya mengobrol kecil. Mereka saling menceritakan kegiatan mereka selama berlibur kemarin. 

Aduh...
Kedua pemuda itu menoleh, mereka bisa melihat seorang gadis yang tengah terjatuh dan memegangi pergelangan kakinya. Yui berjalan kearah gadis itu. Yui memang mempunyai hati yang baik, dia tidak pernah membedakan orang yang membutuhkan pertolongannya. Walaupun orang yang ditolongnya itu adalah orang yang tidak menyukainya. Ia tetap menolong orang itu, karena ia tahu orang itu membutuhkan pertolongannya.

"Daijoubu desuka?" tanya Yui kepada gadis itu. Gadis itu meringis kesakitan memegang pergelangan kakinya. Yui memegang kaki gadis itu dengan hati-hati.
"Itai" rintih gadis itu, ketika Yui memegang pergelangan kakinya yang memang sakit. Dengan cepat, ia meminta maaf dengan gadis itu.

Yui membantunya bangun, dia bermaksud untuk membawa gadis itu pergi keruang UKS. Gadis itu menyetujui. Dan Yui membimbingnya untuk pergi ke UKS. Selama perjalanan pun, gadis itu terus meringis kesakitan. 
"Paruru"

Yui dan gadis itu menoleh. Mereka melihat seorang gadis berambut panjang, yang kini menghampiri mereka. Gadis itu berwajah cantik, kulitnya putih pucat. Ia berhenti didepan Yui dan gadis itu. Gadis itu melihat kaki gadis yang tengah Yui bantu. Tampak sangat jelas, jika gadis itu khawatir dengan gadis yang dibantu oleh Yui tadi.

"Kenapa kakimu terluka, Paru? Kau kenapa?" tanya gadis itu. Gadis yang dipanggil dengan sebutan 'Paru' itu melihat kakinya yang kesakitan.
"Aku terjatuh tadi, Rena-chan. Beruntung pemuda ini mau membantuku" gadis yang dipanggil 'Rena' itu mengangguk mengerti dengan penjelasan sahabatnya itu.
"Domo, Rena-chan" Rena menoleh. Ia melihat Jun yang tersenyum kepadanya dan ia membalasnya. 
"Jun, kau disini?" tanya Rena dan Jun mengangguk serta membalas senyumannya. 

Setelah itu, Yui kembali berjalan. Mereka masuk ke UKS, dan setelah Yui menjelaskan kejadian yang menimpa gadis itu kepada dokter kampus, dengan sigap dokter itu menangani Paruru. Sesekali juga, Paruru meringis kesakitan.

"Domo, Arigatou gozaimasu sensei" dokter itu mengangguk dan tersenyum. Dan kini, Paruru menolehkan pandangannya kearah Yui yang masih berdiri disamping kamarnya.
"Arigatou gozaimasu. Omae Namaewa?" tanya Paruru ramah kepada Yui.
"Yokoyama Yui desu" balas Yui singkat dan membuat Paruru tersenyum kearahnya. 
"Jadi, kau pemuda yang dimaksud itu? Pemuda culun, itu?" Yui mengangguk tanpa ada perasaan malu sedikit pun. Dia tidak akan pernah malu mengakui dirinya sendiri.

Setelah itu, Yui meminta ijin untuk pergi. Setelah mendapat ijin, Yui dan Jun meninggalkan Rena dan Paruru di UKS. Rena kembali menoleh melihat Paruru setelah kedua sahabat itu pergi. Ia mendekat dan duduk disamping Paruru. 
"Paruru"

Mereka menoleh, melihat seorang gadis yang tersenyum menghampiri mereka. Paruru tersenyum, melihat sahabatnya itu yang kini duduk disampingnya. 

"Tadi, aku melihat Jun dan pemuda culun itu keluar dari sini. Apa yang mereka lakukan disini?" tanya gadis itu membuat Paruru tersenyum membalasnya.
"Mereka yang sudah menolongku, Miyuki" gadis bernama Miyuki itu mengangguk mengerti. Ia melihat kaki Paruru yang sudah terobati.
"Sokka. Bagaimana kakimu?" tanya Miyuki melihat kaki Paruru.
"Sedikit lebih baik" balas Paruru dan Miyuki mengangguk tersenyum mendengarnya.
"Lain kali kau harus hati-hati Paruru" Paruru mengangguk dengan nasehat Rena padanya.

***

~Yui Pov~

Aku pulang dan langsung masuk ke dalam kamar. Aku menaruh semua buku di meja belajar. Aku sangat lelah sekarang, karena tadi hampir seharian aku berada di kampus. Aku merebahkan diriku dikasur, rasanya sangat nyaman bila sudah berada di kamar dan berbaring seperti ini. 

"Nak, kau sudah pulang?" aku menoleh melihat ibuku yang berjalan kearahku dan sekarang dia duduk didekatku. Aku mengangguk dan tersenyum.
"Ayo kau harus makan terlebih dahulu, setelah itu kau boleh istirahat" aku kembali mengangguk dan bangkit dari tidur. Aku mengekor ibuku dan menuju ke tempat meja makan.

Disana sudah ayahku yang tengah duduk. Dia mendongak dan melihatku. Beliau memang sangat ramah, sama sepertiku ayah memakai kacamatanya. Aku dan ayah memang mempunyai masalah dengan mata. Mata kami sama-sama tidak bisa melihat dengan bantuan kacamata, dari itu kenapa sebabnya aku dan ayah memakai kacamata.

"Yui, ayo sini nak. Kita makan bersama" aku mengangguk dan duduk ditempat biasa dan ibuku duduk berhadapan denganku sedangkan ayah, pasti dikepala meja makan.
"Bagaimana dikuliah, apa berjalan dengan baik? Dan bagaimana nilaimu?" tanya ayah. Aku menoleh melihatnya yang bertanya.
"Berjalan dengan baik, ayah. Dan nilaiku seperti biasanya" jawabku. Dan aku bisa melihat ayah yang tersenyum menanggapiku.
"Sokka. Terus belajar, jika nantinya kau sudah lulus. Kau bisa menggantikan ayah" aku mengangguk dna tersenyum membalasnya.

Setelah selesai makan, aku kembali ke kamarku. Aku mengambil kalung yang ku taruh dilaci, setelah itu aku merebahkan diriku kembali di kamar. Kalung ini sudah tidak muat lagi di leherku. Tapi, aku tidak akan pernah melupakan siapa yang memberi kalung ini padaku.

Sekarang bagaimana keadaan gadis itu ya? Seperti apa, gadis itu? Aku yakin, dia pasti sangat cantik. Aku benar-benar merindukannya, ku harap dia tidak melupakanku. Aku yakin, suatu saat nanti aku dan dia pasti akan bertemu.

Terakhir kali aku ke kota kelahiranku, aku mendengar kabar bahwa gadis itu sudah pindah dari rumahnya. Aku mengetahuinya dari tetangga didekat rumahnya. Aku benar-benar merasa frustasi, karena tidak menemukan gadis itu. Jujur, aku sangat merindukannya. Merindukan tingkahnya, merindukan ocehannya, merindukan senyumannya. 

Dia memiliki wajah yang sangat cantik, dia memiliki senyuman yang sangat manis. Aku sangat menyukai pribadinya. Walau terkadang, dia sangat manja kepadaku saat kami masih kecil. Dan lebih lucunya lagi, dia memanggilku pangeran. Aku benar-benar ingin tertawa karena ia memanggilku, pangeran waktu itu. Aku justruh bingung, dengannya yang memanggilku pangeran. Aku tidak habis pikir dengan pikirannya.

Tapi, aku sangat menyukainya. Menyukai sifatnya. Ku harap, aku dan dia kembali bertemu. Dia pernah berjanji kepadaku jika ia tidak akan melupakanku, begitu pula aku yang tidak akan melupakannya. Aku benar-benar merindukannya. 

"Haruka, sebenarnya kau dimana? Aku sangat merindukanmu" gumamku dalam hati seraya melihat kalung pemberiannya. Dia bernama Haruka, tapi aku lupa marganya. Aku sudah berapa kali mengingatnya, namun aku tidak bisa. Jika, saja aku mengetahui nama marganya mungkin saja aku bisa melacaknya. Haruka, nama itu sangat banyak di kota jepang.

***

Seperti biasa aku berangkat ke kampus. Aku tidak terlalu suka menggunakan kendaraan pribadi, aku lebih menyukai menggunakan tranportasi umum. Dan syukurlah, ayah dan ibuku menyetujuinya. Walau sempat khawatir, sebelumnya. 

Aku anak satu-satunya di keluargaku. Maka dari itu, aku selalu disayangi oleh ibu. Tapi, itu tidak membuatku untuk menjadi seorang laki-laki manja. Aku lebih suka mandiri, aku tidak ingin membebani ibu dan ayah hanya karena aku.
Dikampus ini, aku selalu menjadi bahan bulian. Namun, aku tidak memikirkannya. Yang terpenting, aku kemari untuk menambah ilmu, bukan untuk bermaksud hal yang lain. Dan mungkin juga berteman. Dan selama ini hanya Jun yang menemaniku. Dia berbeda dariku, dia lebih tampan dariku dan dia juga salah satu murid populer di kampus. Dia termasuk anggota basket. Dan aku sendiri, tidak terlalu suka dengan kegiatan seperti itu. Aku lebih suka, dengan kegiatan yang menambah ilmu pengetahuan. 

"Yokoyama-kun" aku menoleh. Aku bisa melihat seorang gadis yang berjalan kearahku. Dia berhenti tepat didepanku. 
"Shimazaki-san" aku menyapanya balik. Dia tersenyum melihatku. Entah kenapa jika aku melihatnya tersennyum seperti itu, aku sudah tidak asing lagi dengan senyuman itu. Sangat familiar di mataku. Entah kenapa aku bisa merasa seperti itu. 
"Bagaimana dengan kakimu?" tanyaku dan dia kembali tersenyum.
"Sudah lebih baik daripada kemarin" jawabnya membuatku tersenyum. 

Aku pernah mendengar kabar tentangnya. Dia adalah keluarga dari Shimazaki, ku kira dia seperti kebanyakan gadis. Ternyata aku salah menilainya, dia bahkan lebih baik dan dia juga memiliki senyuman manis yang mampu membuat hati para pemuda luluh padanya. Jujur, aku juga sangat menyukai senyumnya. Namun, aku tahu aku siapa dan dia tidak mungkin jatuh hati pada seorang pemuda sepertiku, yang terkenal culun.
Aku juga mendengar bahwa dia disukai oleh kapten basket. Namun, dia tidak mencintai pemuda itu. Entah apa alasannya, aku sendiri tidak tahu. Tapi, yang jelas dia tidak menyukai pemuda itu. Ku rasa, aku juga menyukainya. Tapi, aku masih tetap menginginkan Haruka. Aku tidak bisa melupakan masa kecilku dulu padanya. Aku pernah berjanji, jika kita bertemu aku tidak ingin melepaskannya lagi dan dia tetaplah menjadi teman spesial didalam hatiku.

"Terima kasih karena kau sudah mau menolongku kemarin" ucapnya dan aku mengangguk membalasnya.
"Sama-sama. Dan kau tidak pelru mengucapkan terima kasih, karena itu memang sudah tugasku" balasku padanya. Dan dia mengangguk sambil tersenyum membalasku. Senyuman itu, memang seperti familiar untukku. Tapi, ku rasa aku tidak pernah bertemu dengan Shimazaki-san. Mungkin, hanya perasaanku saja.

***

~Paruru Pov~

Kini aku dan kedua sahabatku berjalan kearah kantin kampus. Aku sangat lapar, karena sedari tadi harus bergulat dengan pelajaran yang memang menguras pikiranku. 

Setelah memesan makanan, aku dan kedua sahabatku duduk dimeja kosong. Selama menunggu, aku dan kedua sahabatku bercerita dan sesekali tertawa, oleh cerita kita sendiri. Setelah datang, kita makan dan sesekali masih asyik bercerita ria. Aku memang sangat suka bercerita tentang pengalamanku pada kedua sahabatku, karena memang merekala yang ku percaya.
Tidak sengaja, aku menolehkan pandanganku. Aku tersenyum melihat sosok seorang pemuda yang ku kenal, dia tengah berdiri sambil mengantri makanan. Ku lihat dia memang tampan, walau ia memakai kacamatanya. Entah kenapa dari pertama aku melihatnya, aku seperti merasa sudah kenal dengannya. Dan jujur, aku sangat nyaman ketika berada didekatnya.

Setelah mendapat makanan, ku lihat dia bersama temannya menolehkan pandangannya. Mungkin, mencari tempat duduk. Dia terlihat bingung sepertinya. Aku menoleh, memang meja di kantin sudah penuh. Aku melihat bangku kosong didekatku, dan bangku yang satu yang berada didekat Rena juga kosong. Aku tersenyum, lalu menoleh karahnya.
"Yokoyama-kun"

Aku berteriak memanggilnya. Dia menoleh kearahku dan tersenyum. "Kau mencari tempat duduk?" aku bertanya dan dia mengangguk membalasnya.
"Kemarilah, ditempatku ada dua bangku kosong" dia melihat kearah temannya dan seperti berbicara sesuatu. Setelah itu, dia kembali melihatku dan mengangguk.

Dia berjalan kearahku, aku tersenyum melihatnya. Tapi, tak lama aku melebarkan kedua mataku melihatnya yang jatuh. Tuhan, kenapa dia? Aku segera bangkit, dan menghampirinya. Aku membantunya untuk bangun, makanannya sudah tumpah dan tercecer di lantai. Aku juga melihat bajunya yang kotor karena mencium lantai tanah. 
Entah kenapa aku tidak tega melihatnya seperti ini. Aku segera membantunya dan mengeluarkan tisu, aku membersihkan kotoran yang menempel diwajahnya. Sedikit terganggu juga, karena kacamata yang melekat di matanya. Dan aku sediri, juga bisa mendengar suara tawa yang menggema dan aku yakin dari mahasiswa dan mahasiswi yang tengah duduk. Aneh, memang mereka. Disaat pemuda yang berdiri dihadapanku sedang kesusahan, bukannya menolong justruh mereka tertawa.

"Daijoubu desuka?" tanyaku dan dia mengangguk sambil tersenyum sambil mencoba membersihkan bajunya. Dan aku juga membantunya.
"Makananmu sudah jatuh, Yokoyama-kun" ku lihat dia menatap makanannya yang memang sudah bercampur dengan kotoran yang menempel di lantai kantin.
"Daijoubu, aku bisa membelinya lagi" ucapnya tersenyum. Senyuman itu? Kenapa aku merasa seperti familiar dengan caranya yang tersenyum?.

Dia melepas kacamatanya dan membersihkannya dengan bajunya. Aku melihat wajahnya, dia sangat tampan bila tidak memakai kacamatanya. Setelah selesai, ia kembali memakai kacamatanya. Dan kemudian, mengambil hanphonenya yang juga terjatuh di lantai. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya, dia berbeda dari kebanyakan pemuda yang ku kenal.

"Yokoyama-kun, bagaimana jika aku yang mentraktirmu?" tanyaku dan dia menoleh kearahku dan kemudian menggeleng.
"Tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkanmu, Shimazaki-san" balasnya membuatku tersenyum membalas ucapannya.
"Daijoubu, kau tidak merepotkanku Yokoyama-kun" balasku padanya.
"Paruru" 

Aku menoleh. Aku bisa melihat Sayaka yang sekarang duduk dimeja yang dekat denganku dan Yokoyama-kun berdiri. Wajahnya sangat kesal. Kemudian ia berdiri dan berhenti disampingku dan Yokoyama-kun. Ada apa dengannya? Kenapa dia seperti itu, wajahnya terlihat datar dan seperti tidak suka.
Kemudian ia menolehkan pandangannya pada Yokoyama-kun. Aku melebarkan kedua mataku, katika Sayaka memukul pipi pemuda itu. Tuhan, tega sekali Sayaka pada dia. Segera saja, aku menghampirinya dan membantunya berdiri. Dia memegangi pipinya dan darah keluar dari bibirnya.

"Kenapa kau memukulnya, Sayaka?" tanyaku geram padanya dan aku masih memegang tangan Yokoyama.
"Karena dia sudah berani mendekatimu, Paruru. Kau baik sekali pada pemuda cupu ini, dia hanya pemuda cupu dan tidak berguna" balasnya yang membuatku geram.
"Nee.... Sayaka, kau sendiri juga yang salah. Kenapa kau mengulurkan kakimu dan membuat sahabatku ini terjatuh? Kau benar-benar keterlaluan" balas Jun teman Yokoyama Yui. Dia terlihat tidak suka pada sifat Sayaka.

Tunggu, mengulurkan kaki dan membuat Yokoyama jatuh. Jadi, dia penyebabnya kenapa Yokoyama terjatuh. Benar-benar keterlaluan. Aku menoleh kearah pemuda yang ku tolong. Ia meringis kesakitan, sambil memegangi lukanya. Jujur, aku tidak bisa melihatnya meringis kesakitan seperti ini. Entah kenapa, aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa mempunyai perasaan ini kepadanya.
Segera saja aku mengeluarkan tisu, dan membersihkan darah dibibirnya. Dia meringis ketika aku melakukan ini padanya. Apa itu sakit? Sampai kau harus merintih seperti ini? Maafkan aku, Yokoyama-kun jika aku membuatmu kesakitan, hanya saja aku tidak bisa melihatmu seperti ini. Apalagi darah keluar dari mulutmu, aku benar-benar tidak sanggup melihatnya.

"Arigatou" ucapnya dan aku mengangguk. 
"Paruru" aku menoleh dan melihat Sayaka yang menatap kami dengan geram. Dia mendekat dan memukul kembali pemuda yang berada disebelahku.
"Sayaka, kau benar-benar keterlaluan" aku benar-benar tidak habis pikir dengannya. Dia benar-benar keterlaluan dengan Yui, sampai dia memukul pemuda itu dua kali.
"Dia yang keterlaluan, karena dia membuatmu seperti ini. Aku tidak ingin, melihatmu dekat dengannya" balasnya lagi kepadaku.
"Itu bukan urusanmu, jika aku dekat dengannya. Lagi pula, kau bukan siapa-siapaku. Kita tidak mempunyai hubungan, kau mengerti dan jangan pernah mencampuri urusanku lagi. Aku sudah muak denganmu, Sayaka"

Aku berbalik dan kembali menolong pemuda berkacamata itu. Dia kembali meringis, sudah mendapat pukulan di pipi kiri dia harus mendapat pukulan di pipi kanannya. Sayaka memang benar-benar keterlaluan, aku tidak menyangka dia mempunyai sifat seperti itu.
Aku membimbingnya berjalan dan menuju tempat dudukku dan diikuti oleh Jun. Setelah itu, aku membimbingnya untuk duduk. Dia masih saja meringis kesakitan. Aku menggerakan tanganku dan menyentuh pipinya yang memar akibat pukulan Sayaka. Dia meringis kesakitan ketika, aku memegangnya. Dengan cepat, aku meminta maaf dengannya. Dia membalanya dengan senyum dan menggeleng, dan meyakinkanku bahwa dia baik-baik saja.

"Ini minumlah" aku menyodorkan minuman kepadanya. Dia tersenyum dan mengambil minumanku dan meminumnya. Aku tersenyum melihatnya. Aku tidak tahu, kenapa aku sangat perhatian seperti ini padanya. Entah kenapa, aku bisa merasa sedekat ini padanya. Aku benar-benar tenang jika berada didekatnya. Dia benar-benar pemuda yang berbeda dari kebanyakan pemuda yang ku temui.

Caranya tersenyum dan menatapku, sungguh menenangakan hatiku. Aku sungguh sangat menyukai caranya tersenyum dan menatapku. Tapi, aku masih ingat sesuatu. Pangeran. Aku masih belum bisa melupakannya, aku yakin suatu saat nanti aku akan bertemu dengannya, entah kapan itu tapi, aku yakin aku akan bertemu lagi dengannya.
Namun, aku seperti melihat pangeran didiri pemuda itu. Tapi, mungkin itu hanya perasaanku saja. Aku mungkin suka dengan senyumannya dan tatapan matanya. Tapi, aku masih setia dengan pangeran. Pangeran, kembalilah padaku dan kita bisa bersama seperti dulu lagi. Mungkin, aku dan Yokoyama-kun bisa berteman. Yah... berteman, dia sangat baik sekali. Walau dia culun, tapi dia sangat tampan.





To Be Continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar