Title : My Name Is Paruru Chapter 06 - Terungkap
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, Family PG-13
Main cast :
- Shimazaki Haruka
- Shimazaki Atsuko
- Yokoyama Yui
- Yokoyama Kai
Support Cast :
- Matsui Jun
- Matsui Rena
- Yoshida Akari
- Shinobu Mogi
- Jonishi Kei
Happy Reading All.....
~---0---~
~---0---~
~Author Pov~
Paruru dan Yui masih ada di atas Kuda. Mereka
juga sesekali mendongak melihat pohon-pohon yang tinggi. Sesekali juga, Yui
juga mencoba mengincar salah satu burung yang ada di pohon. Mungkin, dia memang
belum berpengalaman, setiap kali dia melakukan itu, pasti Yui lagi-lagi gagal
melakukannya. Itu membuat Paruru tertawa. Yui sedikit kesal dengan gadis itu.
“Paruru-chan,
jangan tertawa. Kau senang sekali melihatku menderita seperti ini” kata Yui.
“Yuu-kun,
kau saja yang bodoh. Seharusnya, kau fokuskan dulu pistolmu pada tubuh burung
itu. Jangan asal tembak” kata Paruru membalas.
“Sudah Paru. Tapi, ya…. Begitu lah” kata
Yui lesu sambil menyandarkan kepalanya di bahu Paruru.
“Sudahlah Yuu-kun, nanti juga kau akan mendapatkannya” kata Paruru membalas.
“Jika aku tidak mendapatkan burung, aku
mau mendapatkanmu saja”
“Eh? Jangan asal bicara, Yuu-kun. Aku bisa saja memukulmu” kata
Paruru kesal.
“Jangan ngambek seperti itu. Aku hanya bercanda”
Yui mengecup singkat pipi gadis itu.
Paruru melihat ke depan. Ada sesuatu
yang menarik perhatiannya. Dia tersenyum, salah satu hewan kesayangannya sedang
bermain di atas pohon. Dia terus tersenyum memandangi seekor monyet yang tengah
bermain di atas pohon sambil meloncat ke pohon satu ke pohon yang lain.
Monyet itu langsung meloncat ke pohon
satu. Pohon yang tinggi dan dia langsung turun ke bawah. Sedangkan Paruru sudah
mengalihkan perhatiannya pada seekor kelinci yang sedang memakan wortel.
“Kelinci itu sangat lucu”
“Aku tidak akan membiarkanmu
menangkapnya, Yuu-kun. Dia kelinci
kesayanganku” kata Paruru cemberut.
“Iya. Tidak akan, Paruru. Kau jangan
takut”
Mereka menoleh ke belakang, ketika ada
suara seseorang yang menjerit. Akari. Gadis itu menjerit, karena ulah monyet
Paruru yang mengganggunya. Di tangan gadis itu ada satu pitol yang ia pegang. Namun,
tak lama pistol itu terjatuh, karena Monyet itu mencakarnya.
“Untuk apa Akari memegang pistol?” tanya
Yui heran.
“Monyet itu selalu menjagaku, Yuu-kun. Dia selalu siap menjagaku,
ketika aku dalam bahaya. Mungkin, dia ingin menyalamatkanku dari Akari”
“Apa dia ingin mencelakaimu?” tanya Yui.
“Mungkin”
Kuda itu berhenti. Mereka turun dari
kuda itu, dan langsung menghampiri Akari. Gadis itu masih saja berurusan dengan
monyet Paruru. Paruru menyuruhnya berhenti, dan monyet itu langsung meloncat ke
Paruru. Monyet itu mengerti dengan apa yang di ucapkan Paruru. Bahkan, semua
hewan di hutan itu, mengerti apa yang Paruru katakan.
“Aku tahu, kau bermaksud jahat, Akari-san” kata Paruru.
“Ti-Tidak”
“Jika tidak, kau tidak akan membawa
pistol seperti ini” kata Yui sambil mengambil pistol itu.
“Iya, dia ingin menembak kalian tadi”
mereka menoleh.
Jun dan Rena datang. Di tangan Jun, ada
sebuah pistol yang sama seperti Yui. Mungkin, dia juga ingin berburu. Di sebelahnya,
Rena sama sekali tidak membawa apa-apa. Dia hanya menatap tajam gadis bernama
Akari tadi.
“Kei dan Mogi juga ada di sini. Apa kalian
memang ingin bekerja sama untuk merusak rencana kita di sini?” Jun bertanya. Dia
menatap tajam Akari.
“Tidak” kata Akari lagi.
“Kei, Mogi. Keluar kalian, jika tidak
aku akan menembak kalian!” kata Jun tegas dan berteriak.
Kedua keluar dari tempat bersembunyi. Mereka
melangkah takut ke arah Jun dan Rena. Keduanya sama-sama menunduk. Bukan karena
takt pada Jun, tapi karena takut dengan ancaman Jun. Mereka tidak ingin mati
karena tertembak peluru milik Jun.
“Untuk apa kalian kemari? Mencelakai Paruru?”
tanya Yui sambil menatap tajam mereka.
“Kami hanya mengikuti Akari, Yui. Dia ingin
mencelakai Paruru, dan kami hanya di suruh untuk membantunya” kata Mogi
langsung.
“Aku sudah berkali-kali bilang kepadamu,
jangan pernah mencelakai Paruru. Atau kalau tidak, aku bisa membuatmu keluar
dari kampus, atau aku bisa membuat kalian masuk ke penjara” kata Yui mengancam.
“Jangan Yui. Aku belum menikah, jangan
masukan aku ke penjara. Ok… aku tidak ingin ikut-ikutan mereka lagi, aku ingin
pergi dari hutan ini”
“Pergi kalian. Atau aku akan membuat
kalian mati di hutan ini” kata Yui sambil mengangkat pistolnya.
“Jangan Yui!”
“Dan kau Akari, aku bisa menelpon
kakakku untuk mengurus semuanya. Kau akan keluar dari campus itu,” kata Yui
mengancam, “dan Kei, tolong bawa gadismu ini pergi”
“I-Iya, Yui”
***
Yui mendongak. Ia melihat ada burung, ia
tersenyum dan mulai mengangkat pistolnya. Satu tembakan melayang dan mengenai
tubuh burung itu. Burung itu terjatuh dan ia langsung menghampiri burung itu.
Dan akhirnya dia berhasil melakukannya. Dia membawa burung itu ke pinggir
sungai. Di sana, ada Rena, Paruru dan Jun yang sedang mencari ikan. Sampai di
sana, Yui melihat beberapa ikan yang berhasil di tangkap dan tengah di bakar
oleh Jun dan Rena. Sementara Paruru, masih asyik di sungai membawa tombaknya.
“Ikannya banyak juga”
“Paruru yang mengambilnya. Ternyata, dia
pintar mencari ikan” kata Rena tersenyum.
“Ah…. Iya, ini burungnya. Sekalian bakar
saja” kata Yui tersenyum.
“Asyik…. Pesta nih” Yui mengangguk.
Yui menoleh, ia melihat Paruru yang
asyik mencari ikan menggunakan tombak. Posisinya membelakangi Yui. Yui
tersenyum. Ia mendekati Paruru dan berhenti tepat di belakang Paruru. Dia
memeluk Paruru dari belakang, itu berhasil membuat gadis itu tersentak kaget. Ia
menoleh dan melihat Yui yang tersenyum kepadanya.
“Ah…. Yuu-kun, kau mengagetkanku” keluh Paruru.
“Gomen.
Tapi, aku menginginkanmu” kata Yui membalas.
“Sudah lepaskan aku, ada Rena dan Jun di
sini” kata Paruru memohon.
“Biarkan saja. Mereka juga sedang
berpacaran” kata Yui.
“Mou….. Yuu-kun, kau ini memang benar-benar” keluh Paruru lagi.
“Ayolah sayang. Bukankah kita baru
resmi? Jadi, aku ingin selalu bersamamu”
“Besok masih ada waktu, lusa juga ada
dan seterusnya pun juga” kata Paruru lagi.
“Tapi, aku mau sekarang”
“Yuu-kun,
jika kau ingin aku selalu, tidak bisa. Jika nanti kita menikah, baru bisa” kata
Paruru.
“Kalau begitu, besok kita menikah, ya?”
kata Yui asal.
“Cepat sekali. Kau saja belum lulus”
kata Paruru.
“Bodo. Yang penting, aku bisa bersamamu
selalu. Kau bisa menjadi teman hatiku selalu”
“Gombal” keluh Paruru lagi.
Yui tersenyum melihat Paruru yang
mengeluh. Tidak sengaja, matanya melihat ke punggung Paruru. Punggung Paruru
terbuka sedikit. Dia menatap sebuah tanda lahir di sana. Tanda lahir berbentuk
bulan, yang Yui lihat hanya setengahnya. Ia mengangkat tangannya dan menarik
baju Paruru. Terlihatlah jelas, tanda lahir milik Paruru itu. Dan Yui juga
melihat bekas luka di punggung Paruru.
“Yuu-kun,
kau nakal sekali membuka bajuku” keluh Paruru.
“Maaf. Tapi, aku hanya penasaran. Ini tanda
lahirmu? Lalu, ini bekas luka apa?” tanya Yui.
“Ah… iya, itu tanda lahirku, Yuu-kun. Dan bekas lukanya itu sudah
lama, itu karena siksaan orang tua angkatku” balas Paruru lagi.
“Kasihan sekali sampai membekas seperti
ini, sayang. Tapi, tanda lahirmu ini….”
“Kenapa?” tanya Paruru.
“Lho… tanda lahir ini, kan…..”
To Be Continued.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar