Senin, 15 Agustus 2016

AKB With..... (Chapter 06)

Title : AKB With ..... (Chapter 06)
Author : Rena-chan
Genre : Friendship, Family, Komedi, PG-13

Main cast :
  • Yokoyama Yui
  • Matsui Jurina
  • Kashiwagi Yuki
  • Kitahara Rie
  • Oshima Ryoka
  • Okada Nana
  • Kodama Haruka
Other Cast :
  • Rena Anisa Azahra 
  • Putri Meliana Sari
  • Sita Septiana Rahmawati
  • Ayu Lestari
  • Anisa Anggraeni
  • And Other
Happy Reading All.....



~---0---~



Rena duduk di depan rumahnya. Dia memainkan kakinya. Dia bangun pagi, hari ini. Dan dia langsung ke depan dan duduk menikmati matahari pagi yang indah. Padahal, kedua matanya masih setengah tertutup, tapi dia memaksakan tubuhnya untuk pergi ke depan. Biasanya, jika dia seperti itu, dia masih tidur di kamar bersama Yui. Namun, sekarang ini hal yang berbeda.

“Putri Asin, lagi ngapain lu?”
“Lagi mancing ikan” kata Rena dengan asal.
“Aishh….. lu ini, di tanyain yang bener, malah jawabnya asal” kata Widya mengeluh.
“Lha…. Udah tahu lagi duduk, masih di tanyain lagi” kata Rena sambil menyipitkan matanya.
“Iya dah, gue yang salah”

Widya duduk di sampingnya. Tak lama, ada anak laki-laki yang mendatangi mereka. Dia tersenyum dan menyapa Widya dan Rena.

Wilujeng enjing, Widya, Rena”
Wilujeng enjing, Fi” kata Widya membalas.
Kumaha damang?”
Damang” balas Rena dan Widya secara kompak membuat Luthfi sedikit terkejut.

Biasanya, Rena tidak mengerti bahasa sunda. Tapi, Rena justruh membalas serentak dengan bersamaan dengan Widya.

“Gila lu, udah bisa bahasa sunda, Ren?” tanya Luthfi.
“Dikit doang” kata Rena membalas.
Saha jenengan anjeun?” tanya Widya asal.
“Rena Anisa Azahra. Panggil saja Rena” kata Rena membalas.
“Et dah lu, Ren. Luar binasa”
“Luar biasa, mbak. Bukan luar biasa” kata Rena kesal.

Widya hanya tertawa membalasnya. Namun, hari ini sepertinya Rena sedang tidak mood, terbukti dari wajahnya yang sedari kesal dan cemberut.

Neng geulis pisan” kata Luthfi tersenyum sambil memuji.
Nuhun, akang” lagi-lagi Widya dan Rena membalasnya secara bersamaan.
“Kayaknya Cuma gue yang belum bisa bahasa jawa” kata Luthfi sambil menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

Rena dan Widya hanya tertawa kecil. Wajah Luthfi jika seperti itu sangat lucu. Setelah itu, mereka menoleh, ketika mendengar suara langkah kaki. Sita, Jurina dan Yuki. Mereka datang ternyata.

“Hai Ren, Wid, Fi”
“Hai juga, Girly Girl” kata Rena, Luthfi dan Widya dengan kompak.
“Kompak bener kalian. Makan apaan tadi malam? Kok bisa kompak begini?” tanya Sita.
“Gak makan apa-apa”
“Cielah….. kompaknya minta ampun”

Sita tersenyum. Ia mendekat dan duduk di samping Rena, sementara Jurina dan Yuki ada di sebelahnya. Tak lama, Yui, Ica dan Haruka keluar dari rumah dan bergabung dengan mereka. Mungkin, Fandi sedang mandi.

“Fandi kemana? Kok Cuma gue yang cowok?” kata Luthfi.
“Dia lagi mandi” kata Ica membalas membuat Luthfi mengangguk.
Rena-chan, kamu mau kerja lagi?” tanya Yui.
Iie. Mungkin, besok bareng si Upi” kata Rena membalas.
“Upi?” Jurina bingung.
“Itu panggilan Luthfi, Ju” kata Ica menjelaskan.
“Owh…..”
“Rena, udah bilang sama kak Yui?”
“Udah, tadi malam” kata Rena membalas.
“Tanya apa?” kata Sita, Ica dan Widya secara bersamaan.
“Hari ini main kompakan, ya? Kok dari tadi kompak mulu” tanya Rena bingung.
“Tahu” Luthfi hanya mengangkat bahu.
“Tempe saja sekalian, Fi” kata Fandi yang baru keluar.
“Elah, baru datang langsung nyambung, kayak kabel saja” kata Ica kesal.
“Biarin”

Fandi duduk di dekat Luthfi. Dia langsung mengobrol dengan Luthfi dan yang lain. Hanya saja, mereka merasa kurang, karena teman Rena belum lengkap semuanya. Apalagi, teman Yui juga belum lengkap. Hanya menunggu Putri, karena Ryoka dan Nana di rumah Putri. Mereka juga harus menunggu Ayu, karena Rie tinggal di sana. Dan Rena tidak hanya menunggu kedua temannya itu, melainkan dia juga menunggu Fyra dan Grace.

“Yuki Onna kemana?” tanya Sita.
“Putri masih di rumah. Sebentar lagi juga bakalan datang” Sita mengangguk mengerti.
“Hari ini kita kemana?” tanya Jurina sambil menoleh ke arah Rena.
“Ehm….. enaknya kemana?” tanya Rena balik dan menoleh ke arah Sita.
“Kemana Wid?” Sita justruh balik bertanya ke Widya.
“Menurut lu kemana, Ca?” Widya menoleh ke arah Ica.
“Ehm….. kemana, ya? Eh….. Fi, kita ke….”
“Mau nanya lagi kemana? Dari tadi Cuma main nengok-nengok mulu, terus yang ada Cuma nanya doang. Tapi, gak jawab. Dasar kalian ini, gak ada kerjaan” kata Luthfi kesal.
“Kita kan Cuma nanya” kata Sita, Rena, Ica, Widya dengan kompak.
“Ya Tuhan, kompak amet 4 cewek ini” kata Luthfi heran.

Sedangkan, Yui dan temannya hanya tertawa melihat kekonyolan Rena dan temannya. Mungkin, hari ini mereka sedang tidak waras atau bahkan mungkin, mereka hanya bermain-main.

“Rena, wajah kamu kok tertekuk gitu” tanya Yuki.
“Lagi galau, ya?” tanya Sita.
“Galau? Galau bukannya yang di isi ulang air di dispenser, ya?” tanya Rena mengalihkan.
“Itu Galon, Ren” kata Sita kesal.
“Galon bukannya yang di mainin sama anak-anak, ya? Kalau mereka lagi nangis?”
“Itu Balon, Ren” kata Sita kesal, dan Rena hanya tertawa mendengarnya.
“Hehe….. bercanda doang, Sit”

Rena kembali terdiam. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Widya. Hanya Yui yang melihat wajah Rena yang mungkin khawatir. Semalam, Rena sudah menceritakan semuanya. Dia menjadi merasa bersalah, karena dia, Rena juga terincar keselamatannya.

“Kita ke alun-alun, yuk?” kata Sita.
“Ah…. Iya deh, gue setuju. Di sana kan, nanti gue juga bisa ketemu sama temen-temen gue” kata Luthfi.
“Ok. Setuju, ya? Kita kesana sekarang”
“Tungguin yang lain dulu” kata Rena.
“Iya”

***

Mereka akhirnya berjalan-jalan di alun-alun kota, sambil memakan jajanan yang mereka beli di pedagang yang ada di dekat alun-alun kota itu. Mereka membeli batagor, cilok dan apa saja yang ada di sana. Tapi, di saat mereka sedang berjalan-jalan di jalanan yang sedikit sepi, ada beberapa orang yang menghadang mereka. Lagi-lagi orang itu, orang yang mencegat Rena dan Luthfi malam itu.

“Mau apa kalian kemari?” tanya Luthfi tegas.
“Yui, kau harus ikut denganku” kata salah satu dari mereka.
Iie. Dasar penjahat, karena kau bukan, kita semua ada di sini?!” kata Yui.
“Iya. Aku kira, di hutan itu ada singa atau binatang yang lain, tapi nyatanya, kau masih selamat” kata Eisuke menatapnya tajam.
“Hutan itu gak ada apa-apa. Udah deh, cepat pergi dari sini” kata Rena yang sudah kesal.
“Kau anak yang kemarin, bukan? Aku tidak takut lagi denganmu”
“Oh iya?”

Rena melirik ke arah kanan. Di sana, ada sebuah mobil berwarna hitam dan di dalamnya ada orang berkumis tipis. Ia tersenyum. Ia tahu, itu salah satu dari mereka. Kemungkinan, itu orang yang menyuruh mereka atau bahkan mungkin bawahan Eisuke. Dia mendekati Luthfi, dia berbisik dan tak lama, Luthfi mengangguk. Ia mengerti apa yang di maksud Rena. Luthfi mengeluarkan ponselnya, dan dia mengirim sms pada seseorang. Setelah terkirim, ia mengembalikan ponselnya.

“Kalau kalian gak takut, maju saja sini. Aku juga gak takut sama kalian” kata Rena menantang.
“Rena, Jangan!” kata Yui menahannya.
“Tenang saja, kak. Kita gak Cuma berdua kok, tapi sama Fandi juga. Ada Putri lagi”
“Iya, kak. Tenang saja” kata Putri tersenyum.

Ke enam orang itu maju, sementara Rena, hanya Putri, Fandi dan Luthfi yang menolongnya. Sementara temannya yang lain, tidak ada yang bisa seperti mereka. Mereka sama sekali tidak pandai dalam berkelahi.

“Rena, udah!” Yui benar-benar khawatir.
Putri-chan” kata Ryoka yang berdiri di sampingnya.
“Kita harus bagaimana? Tidak mungkin, jika kita hanya diam saja” kata Jurina.
“Tapi, siapa yang mau bantu?”
“Aku” kata Jurina dan dia langsung maju.
“Juju”
“Ah…. Tuh cewek kok berani bener, ya?” kata Ayu.
“Biasa, dia kan sama kayak Rena. Sama-sama cewek tomboy” kata Ica kesal.

Mereka masih saja saling bertengkar. Hanya Luthfi yang melawan dua orang, sementara yang lain hanya satu. Itu tidak lama, setelah ada orang yang menghentikan mereka. Mereka akhirnya berhenti dan menoleh. Luthfi dan Rena tersenyum senang melihat beberapa orang itu yang membawa seorang. Orang yang Rena lihat tadi.

Saruwatari-san” kata Eisuke terkejut.
“Mending kalian nyerah saja, daripada orang itu celaka” kata Luthfi tersenyum.
“Kalian!”
“Jangan berani mendekat. Atau teman aku akan membuat kakinya patah” kata Luthfi lagi.
“Paman Saruwatari” kata Yui memandang orang itu.
“Kakak kenal?” tanya Rena.
“Dia teman ayahku. Dia itu pernah mencoba membuat perusahaan ayahku bangkrut, tapi ia gagal. Kemungkinan, dia yang sudah menyuruh mereka membuangku. Mungkin juga, dia membalas dendam. Dengan aku mati, perusahaan ayah bisa di rebut olehnya”
“Bukannya kakak punya seorang kakak?”
“Iya, tapi sepertinya dia lebih menginginkan aku” kata Yui.
“Ah…. Gitu, ya? Kalau gitu….. mereka di masukin aja ke kantor polisi” kata Rena.
“Aku setuju. Tapi, biar polisi jepang saja yang menghukum mereka”
“Kalau itu, tenang saja kak. Luthfi udah tahu gimana caranya” kata Luthfi.
“Aku percaya sama kamu, Fi”
“Tenang kak. Percaya saja, deh” Yui mengangguk.

Luthfi mendekati salah satu temannya dan berbisik di telinga salah satu temannya. Temannya mengangguk dan membalas ucapan Luthfi.

“Makasih ya, kak. Kalau udah, tinggal kasih tahu gue saja” kata Luthfi.
“Tenang Fi. Semuanya pasti beres”
“Makasi ya, kak” kata Luthfi.
“Ini semua gue lakuin demi lu. Apa kata lu, gue pasti kabulin. Karena lu, gue bisa kayak gini”
“Asyik….. thanks kak”
“Yo….. tapi, lu kok mau saja sih, ngelakuin apa yang di suruh Rena”
“Hehe….. soalnya, Rena itu baik, kak. Dia udah pernah nyelametin gue, jadi dengan cara kayak gini, gue bisa balas dia”
“Kayak gue sama lu dong” Luthfi mengangguk.
“Udah ya, kak. Tolong urus mereka”
“Sip. Dengan bukti yang udah ada, pasti mereka udah bakal mendekam di penjara”
“Sip kak”

***

“Makasih, Ren”
“Buat apa, kak?” tanya Rena.
“Soalnya, kamu udah mau nolongin kakak” kata Yui.
“Iya, kak. Sama-sama. Oh iya, berarti, dua hari lagi, kakak udah siap dong, buat ikut ke Jakarta”
“Iya.”
“Lagian Takamina sama Sashi udah ada di sana. Aku juga baru denger, kalau Paruru sama Matsui Rena juga ke Indonesia”
“Paruru?” Rena mengangguk.
“Kenapa?”
“Gak papa kok”
“Seneng, ya? Soalnya, yang aku tahu, kakak deket banget sama dia”
“Kamu tahu saja”
“Cie….”

Hanya saja, ada satu yang Rena pikirkan. Berarti, di saat hari itu tiba, dia akan siap berpisah dengan Yui. Padahal, ia ingin lebih lama, tapi fans mereka pasti lebih membutuhkan mereka daripada dirinya.

“Kamu kenapa?” tanya Yui.
“Gak papa, kak. Aku lagi seneng saja, soalnya kakak udah mau ketemu sama saudara kakak dan juga kedua orang tua kakak. Jangan lupain Rena ya, kak”
“Gak akan kok. Malah kakak seneng, punya temen kayak kamu” kata Yui tersenyum.

***

Rena dan Luthfi keluar dari tempat kerja mereka. Di tangan mereka, ada uang yang banyak. Kemudian, Rena menghitungnya.

“Pas Fi”
“Rena” mereka menoleh.
“Gimana, Sit?” tanya Rena.
“Gue sama yang lain berhasil ngumpulin uang. Pas deh uangnya”
“Tapi, siapa yang mau ngantar?”
“Sori, Ren. Gue sama Sita gak bisa” kata Ayu.
“Kalau gitu, gue, Grace sama Widya terus Putri saja. Sama lu ya, Fi” kata Rena.
“Kok gue?” tanya Luthfi.
“Kalau lu kan, udah tahu seluk beluk kota Jakarta. Sama kayak Widya. Kalau Grace dan gue, Cuma ngikut saja”
“Iya, Fi. Ren, gue ikut dong” kata Putri memelas.
“Iya dah. Udah ada uangnya” Putri mengangguk.
“Ya udah. Kalau gitu, besok yang ngater, gue, Luthfi, Widya, Putri sama Grace”
“Sip”
“Berarti kita gak bisa main lagi sama mereka dong”
“Pasti bakalan kangen” kata Ayu. Rena mengangguk mengiyakan.




To Be Continued..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar