Author : Rena-chan
Genre : Friendship, Family, Komedi, 13+
Main cast :
- Yokoyama Yui
- Matsui Jurina
- Kashiwagi Yuki
- Kitahara Rie
- Oshima Ryoka
- Okada Nana
- Kodama Haruka
Other Cast :
- Rena Anisa Azahra
- Putri Meliana Sari
- Sita Septiana Rahmawati
- Ayu Lestari
- Anisa Anggraeni
- And Other
~---0---~
Yui
keluar dari rumah Rena. Malam hari seperti ini, di kampong itu masih sangat
ramai karena beberapa anak kecil yang tengah bermain. Yui memperhatikan mereka
dengan senyum. Anak-anak yang masih sekitar berusia 5 sampai 8 tahun.
Dia
duduk di depan rumah dan memperhatikan anak kecil itu. Hanya saja, pikirannya
masih tertuju pada keluarganya yang di Jepang. Dia merindukan keluarganya. Harusnya
dia ada di Jepang. Tapi, entah kenapa dia justruh tersesat di kota kecil itu.
Dia sendiri tidak mengingatnya dan justruh yang ia ingat hanyalah sebuah
kenangannya dengan team A. Malam itu dia baru saja selesai manggung, dan pergi
dengan Jurina ke arah parkiran. Di sana, ia bertemu dengan Haruppi, Rie, Yuki,
Ryoka dan Nana. Setelah itu, dia tidak mengingat apa-apa lagi. Bahkan, dia
tidak membawa alat komunikasi. Entah siapa yang membuangnya hingga jauh dari
negaranya sendiri. Padahal, dia tidak pernah memiliki musuh.
Yui
mendesah ketika tidak bisa mengingat kejadian kenapa dia bisa sampai berada di
kota kecil itu. Dia sama sekali belum mengerti. Bahkan, keenam temannya pun
juga tidak tahu, kenapa mereka semua ada di sana.
“Yuihan”
dia menoleh dan melihat Yuki yang sekarang menghampirinya.
“Nani?” tanyanya sambil menggeser dan memberi
ruang untuk Yuki duduk di sebelahnya.
“Kau
masih memikirkannya?” Yui mengangguk secara perlahan.
“Aku
sama sekali belum mengerti, kenapa kita semua bisa ada di sini” kata Yui lagi.
“Sabar
saja. Pasti aka nada petunjuk. Kau tenang saja, ya”
“Hai”
“Di
mana Haruppi?”
“Dia
pergi bersama Rena. Aku tidak tahu kemana mereka. Yang jelas, mereka akan
pulang dengan membawa makanan banyak”
“Wow…
ada acara kah?”
“Tidak
ada. Mungkin, Rena hanya ingin membelikan makanan untuk kita” Yuki mengangguk
mengerti mendengarnya.
Kemudian,
Yuki mengalihkan pandangannya pada anak-anak yang tengah bermain tepat di depan
mereka. Jujur, suasana malam itu sangat ramai. Apalagi, dengan di temani bulan
yang terang dan juga bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit sana. Sungguh
sangat indah.
“Di
sini sangat ramai” kata Yuki berkomentar.
“Iya.
Aku senang melihat anak-anak itu yang tertawa tanpa ada beban di pundak mereka”
“Aku
juga” kata Yuki membalas.
***
Rena
melihat layar monitor yang ada di depannya. Dia berada di salah satu warnet
sekarang. Sebenarnya, dia hanya iseng bermain ke sana dan juga membuka akun
twitter sekaligus akun facebooknya. Banyak berita tentang AKB di sana. Dan itu
membuat Rena sesekali terkejut dengan apa yang di beritakan di sana. Apalagi,
ketujuh member yang tersesat itu juga ada di sana. Sangat lengkap dengan
tanggal dan waktu mereka menghilang. Tapi, ada satu hal yang membuat Rena
heran. Ada kabar bahwa Yui dan temannya menghilang, karena ada yang menculik
mereka. Karena ada salah satu fans yang tidak sengaja melihat mereka berbicara
pada salah satu orang yang tidak di kenal dan setelah itu masuk ke dalam mobil.
Orang yang sama sekali tidak di ketahui identitasnya.
Apalagi,
orang yang ada di dalam berita itu, wajahnya di sensor. Rena sama sekali tidak
mengenali orang itu. Tapi, kepalanya plontos dan berjaket hitam. Itu yang
membuat Rena mendesah. Dan ada juga, berita dari salah satu akun twitter. Jika siapa
saja yang menemukan Yui dan temannya, segera melapor ke pihak AKB. Tapi, ketika
dia mengirim pesan ke salah satu temannya yang ada di Jakarta, justruh temannya
sudah ada di kampung halamannya. Dia hanya bermaksud memberitahukan kepada
temannya, karena jarak rumah temannya dengan teather JKT tidaklah jauh. Dengan begitu,
temannya akan langsung memberitahukannya kepada JKT.
“Putri
asin” Rena mendongak dan melihat seorang gadis yang baru saja ia lihat fotonya
di profil facebook.
“Widya?
Ah… kenapa lu selalu manggil gue asin, sih? Gue kan punya nama” keluh Rena.
“Emang
lu putri asin, kan? Nama lu aja juga ada hubungannya”
“Eh?
Masa sih?”
“Iyalah.
Nama kepanjangan lu Rena Anisa Azahra, kan?” tanya gadis itu padanya.
“Iya”
“Dan
lu pernah di panggil Nisa?”
“Iya.
Terus?”
“Nisa
kalau di balik jadi apa?”
“Nisa?
Iya… kalau di balik jadi… a… eh?”
Widya
tertawa melihat ekspresi Rena yang lucu. Jadi, itu yang di maksud Widya? Sekarang
Rena tahu. Dia menjadi sedikit kesal dengan teman lamanya itu.
“Sialan
lu”
“Hahah…..
lu lucu deh”
“Au
ah, gelap!”
“Jangan
ngambek dong”
“Bodo!”
“Iya
deh… gue minta maaf”
Widya
duduk di sampingnya. Warnet yang mereka datangi itu, seperti lesehan. Jadi,
mereka duduk di lantai langsung tanpa menggunakan kursi.
“Ren,
lu yakin? Kalau di rumah lu ada Yokoyama Yui?”
“Iya
Wid. Lu gak percaya? Nanti ke rumah gue deh. Atau kalau gak, tunggin Putri. Soalnya,
kita ke sini sama Haruppi”
“Eh?
Hontou? Kesana sekarang saja, yuk”
“Bentar
ih. Gue lagi ngirim pesan sama temannya Luthfi” kata Rena menolak.
“Udah
nih, pakai HP android gue saja. Sekarang lu matiin nih computer terus kita cabut, ketemu Haruppi”
“Iya
dah. Tunggu bentar”
Rena
mematikan billing warnet, setelah itu dia membayarnya dan kemudian, mereka
pergi ke tempat Haruppi dan Putri. Sebenarnya, mereka juga bersama Jurina. Karena
tadi, Jurina juga ingin ikut. Dia sungguh bosan di rumah Putri. Maka dari itu,
dia memilih ikut pergi dengan Putri dan Rena.
“Nah
itu Putri, Haruppi sama Juju”
“Woah...
itu mereka? Kok pakai di tutupi gitu kepalanya?”
“Kalau
gak, bisa heboh tahu”
“Iya,
juga ya. Ya udah, yuk kesana”
Rena
hanya terus berjalan mengikuti Widya, sambil memainkan ponsel milik Widya. Saking
seriusnya dengan ponsel, dia tidak tahu, jika di depannya ada Putri yang
membelakanginya. Dan akhirnya, dia menabrak Putri.
“Aduh”
rintih keduanya.
“Ren,
lu pakai mata lu dong kalau jalan. Ada orang malah di tabrak”
“Sori
Put. Gue gak sengaja, hehe…”
“Ish…
lu nih. Eh Wid, lu udah pulang? Kapan nyampai di sini?”
“Kemarin.
Sori gak bisa kasih kabar, ya? Gue kecapekan kemarin”
“Gak
papa kok. Santai saja kali. Eh… lu bawa motor?”
“Bawa
kok. Emang kenapa?”
“Nanti
bantuin gue sama Rena buat bawa makanan, ya? Biasa kita makan-makan kalau malam.
Biasanya kan bersembilan, tapi sekarang ada tujuh member AKB dan sekalian sama
lu juga”
“Asyik…
ok.. gue bantuin deh”
“Sip.
Thanks ya” Widya mengangguk sambil
tersenyum senang.
***
“Akhirnya
kalian pulang juga” Yui menyambut ke lima gadis yang keluar tadi. Mereka
membawa makanan yang banyak malam ini. Karena seharusnya, mereka hanya
bersembilan, dan sekarang ada Widya dan ketujuh member AKB. Jadi makanan yang
mereka beli kali ini lebih banyak.
“Iya,
kak. Nih makanannya. Kita makan di rumahnya Putri, ya?” kata Rena sambil
menunjukan makanan yang baru dia beli bersama Putri, Widya, Haruppi dan Jurina.
“Iya”
Yui,
Yuki dan Ica membantu mereka membawa makanan itu. Dan mereka bergegas menuju
rumah Putri. Di sana, sudah ada Ayu, Nana dan yang lainnya. Sepertinya, mereka
sudah ada di sana sejak tadi. Dan acara makan-makan pun akhirnya di mulai. Hanya
dua orang laki-laki di sana. Luthfi dan Fandi. Mereka makan sambil
berbincang-bincang. Apalagi tawa mereka yang bisa terdengar sampai luar rumah
Putri. Karena biasanya hanya bersembilan, dan sekarang harus ramai-ramai
makannya. Itu tidak masalah, karena jika ramai itu lebih baik.
“Wid,
lu lagi ngapain?” tanya Grace yang melihat temannya sedang menunduk melihat
layar ponselnya.
“Ini
gue lagi liat pemutar music gue. Ada lagunya Myta judulnya aku Cuma punya hati”
“Bagus
juga tuh lagu, gue pernah denger. Puter saja Wid”
“Tapi,
gue bingung sama itu lagu” sela Luthfi.
“Emang
kenapa?” tanya Ayu.
“Judulnya
kan, ‘aku Cuma punya hati’, kalau dia Cuma punya hati, terus tubuhnya yang lain
gak di akuin apa?”
“Ah…
elah Fi, lagu saja di pikirin. Itu kan Cuma lagu”
“Iya.
Tapi kan, gak enak banget kalau di denger” kata Luthfi lagi.
“Iya,
gue setuju banget. Coba deh pikir, kalau dia Cuma punya hati doang, terus
tubuhnya yang lain gak di akuin gitu?” Rena memutar kedua matanya dengan malas
mendengar ucapan adiknya yang terlalu menuju lelucon.
“Lelucon
macam apa ini?” lirihnya. Kemudian, ia kembali menikmati nasi gorengnya.
Sementara
yang lain, hanya tertawa melihat ulah Lutfhi dan Fandi yang sedang mengobrol
dengan Widya dan Grace. Bisanya jika mereka ada dalam satu ruangan, pastinya
mereka akan mengobrol sampai tidak memikirkan waktu. Mereka akan berhenti,
ketika ibu Putri sudah keluar dan menyuruh mereka untuk istirahat.
“Udahlah,
gak usah di bahas lagi. Kalau terus di bahas, gak bakalan kelar” kata Ica
menengahi.
“Eh
Ren, lu tadi di warnet ngapain saja?”
“Gak
ngapa-ngapain. Cuma lihat berita tentang 48 family saja” kata Rena lagi.
“Berita
apaan?”
“Baca
aja deh di Twitter. Susah gue jelasinnya” kata Rena lagi membalas.
“Ren,
lu tahu baju pink gue yang ada gambar pandanya? Kok gak ada, ya?” tanya Ica.
“Meneketempe”
kata Rena.
“Tempe?
Tahunya gak ada apa?”
“Udah
di makan sama fandi kali” jawab Rena sekenanya.
Yang
Rena dengar hanyalah tawa dari mereka. Entah sudah berapa jam mereka duduk
sambil makan dan bersendau gurau. Jika sudah seperti itu, mereka pasti akan
lupa waktu.
“Wis bengi, pada turu ngono” mereka
menoleh dan melihat ibu Putri yang keluar.
“Eh?
Iya mak, kita pulang. Put, gue pulang dulu, ya?”
“Nana,
aku sama Haruppi pulang, ya? Jaga diri di sini baik-baik sama Ryoka”
“Ok”
Mereka
akhirnya membubarkan diri. Malam memang sudah menunjukan pukul 1 dini hari. Beruntung
karena jarak rumah mereka dekat, jadi mereka tidak perlu khawatir jika pulang.
Di
perjalanan, Yuki dan Jurina yang tinggal di rumah Sita, berjalan sambil
memikirkan sesuatu. Mereka sepertinya gelisah, dan Sita menyadarinya.
“Whats wrong, Yuki-san?” tanya Sita yang
langsung membuat Yuki menoleh ke arahnya.
“Iie. Nandemonai”
“Jika
ada masalah, lebih baik jangan di pendam, itu hanya akan membuat hati kalian
bertambah sakit” kata Sita lagi.
“Aku
hanya memikirkan keluargaku di Jepang”
“Jangan
khawatir. Aku, Rena, Ayu sama yang lain akan membantu kalian pulang.”
“Arigatou, Sita-chan” Sita mengangguk
sambil tersenyum membalas.
***
Pagi-pagi
sekali, Rena sudah terbangun dari tidurnya yang nyenyak dan sudah mandi serta
mengganti pakainnya. Kemudian, ia langsung keluar dan menemukan Luthfi yang
sudah ada di depan rumahnya dengan sepeda motornya. Dia menoleh melihat Rena
yang sudah keluar membawa serta tas dan berjalan ke arahnya.
“Buset
deh, Ren. Lu cantik juga, ya ternyata” kata Luthfi memandangi Rena.
“Iyalah
gue cantik, kan gue cewek. Iya kalau cowok, di bilangnya ganteng. Gitu Fi”
“Maksud
gue kan bukan gitu, Ren. Ah… lu di ajak serius malah bercanda”
“Hehe…
sori Fi. Udah lah, kita langsung berangkat saja, yuk. Takut kak Yui sama
Haruppi bangun nih”
“Cielah
kak Yui. Sejak kapan lu manggil dia kakak?”
“Kemarin.
Dia yang nyuruh kok. Udah ah, berangkat yuk”
“Ok.
Naik langsung” Rena mengangguk.
***
Yui
bangun dari tidurnya yang nyenyak. Dia melihat ke sampingnya, tapi dia tidak
menemukan Rena sama sekali. Dia kemudian bangun dan mencari Rena bahkan dia
berteriak memanggil nama gadis itu. Hanya saja, tidak ada balasan sama sekali
dari Rena. Tak lama, Haruppi dan Ica keluar dari kamar. Mereka menatap Yui yang
sedang kebingungan karena Rena. Pagi-pagi, Rena sudah tidak ada di rumah.
“Kalian
melihat Rena?” tanya Yui.
“Iie. Kami juga baru bangun, Yuihan” kata
Haruppi membalas.
“Kemana
dia? Pagi-pagi sudah tidak ada di rumah. Apa dia ada keperluan?” tanya Yui.
“Nanti
aku akan mengirimnya pesan, kak. Kakak tenang saja” kata Ica.
“Ya
udah. Kalau gitu, aku mandi dulu, ya?” Ica dan Haruppi mengangguk.
Setelah
Yui pergi, Ica memilih berjalan keluar dan di ikuti oleh Haruppi. Mereka sama-sama
menikmati udara pagi.
“Sebenarnya,
Rena kemana?” tanya Haruppi.
“Oh,
dia. Paling-paling kerja” kata Ica santai.
“Eh?
Bukannya dia baru berumur 19 tahun? Kok udah kerja? Apa dia tidak melanjutkan
kuliah?”
“Kita
ini orang miskin. Jadi, kita tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi” kata Ica membalasnya.
“Bukannya
selalu ada bantuan dari pemerintah?”
“Iya
sih. Tapi, walau begitu, tetap saja Rena milih gak kuliah. Dia lebih pengen
nyari duit, buat bantu nini” kata Ica lagi.
“Begitu,
ya?” Ica hanya mengangguk membalasnya.
To Be Continued..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar