Title : May, I Love You ? Chapter 05
Author : Rena-chan
Genre : Gender-bender, love, roman
Cast :
- Matsui Rena
- Matsui Jun
Support Cast :
- Shimazaki Haruka
- Matsui Yui
Happy Reading All.......
~---0---~
~---0---~
Pernahkah
kau mengetahui sebuah kenyataan di dalam hidupmu, yang sebelumnya belum pernah
kau ketahui?. Jika iya, kenyataan seperti apa itu?. Jika kenyataan itu pahit,
apa yang kalian akan lakukan?. Dan bagaimana jika kenyataan itu berhubungan
erat dengan kehidupanmu?. Kau pastinya hanya akan bisa sedih dan mencari tahu,
apa kenyataan itu bohong atau tidak.
***
Jun
Pov...
"Lalu apa kita harus
menyimpan rahasia ini terus menerus kepada Jun, bahwa dia bukanlah anak kandung
kita?"
Kata-kata itu masih terngiang jelas dikepalaku. Aku, aku
hanya tidak menyangka mengetahui semua kenyataan ini. Aku bukan anak kandung
dari mereka, bukan anak kandung keluarga Matsui. Lalu siapa aku ini?. Kenapa
aku bisa bersama mereka?. Dimana kedua orang tua kandungku yang sebenarnya?.
Tuhan, kenapa aku harus mengetahui kenyataan ini. Sebenarnya
siapa aku ini?. Aku belum bisa menerima semua kenyataan ini, aku tidak bisa
tuhan. Ini terlalu menyakitkan untukku. Apa mungkin, aku ini anak yang tidak di
inginkan kedua orang tuanya?. Tidak, itu tidak mungkin. Tidak ada orang tua
yang seperti itu.
"Jun-kun" aku mendongak melihat sosok gadis yang
sekarang berdiri di depanku.
"Kau kenapa?" kemudian ia duduk di samping kiriku.
"Wajahmu kusut sekali" dia berkata lagi.
"Kau ada masalah besar ya?" aku menoleh dan
mengangguk perlahan.
"Jika kau butuh teman untuk bercerita, aku siap untuk
mendengarnya" aku tersenyum simpul membalasnya.
"Aku.... aku...." mulutku serasa berat ketika ingin
mengatakannya.
"Ya sudah, jika kau belum bisa bilang tidak apa-apa.
Jangan di paksakan" dia memotongku.
"Rena, boleh aku bersandar di bahumu?" pintaku dan
dia mengangguk.
Ku sandarkan kepalaku di bahunya. Aku masih belum bisa
menerima semua ini. Beruntung ada Rena sekarang, jadi aku sedikit lebih tenang
ketika ada di dekatnya.
"Rena" suaraku keluar setelah terjadi keheningan di
antara kami.
"Hai?"
"Aku ingin bercerita tentang kehidupanku padamu"
dia mengangguk.
"Boleh saja, silahkan" ku hela nafasku sejenak.
"Aku benar-benar bahagia dengan kehidupanku selama ini,
Rena" aku mulai bercerita.
"Aku sangat senang ketika aku tahu aku akan mempunyai
seorang adik. Setelah lama, aku kira aku sendiri bersama dengan ibu dan ayahku,
aku akan mempunyai seorang adik. Matsui Yui"
"Selama ini, aku dan Yui sangat dekat dan kita juga
selalu bercanda tawa, walau terkadang kita bertengkar kecil, namun aku tahu aku
sangat menyayanginya, selalu ingin didekatnya menjadi seorang kakak yang baik
untuknya. Dan dia juga sangat senang, ketika aku selalu ada di dekatnya. Dia
merasa aman ketika aku menjaganya, Rena"
"Tapi....." aku menghela nafas sejenak.
"Tapi, ketika aku merasa bahagia bersama keluargaku
sekarang, justruh aku harus mengatahui sebuah kenyataan yang pahit untukku. Dan
kenyataan itu sebelumnya belum pernah aku bayangkan selama ini"
"Sebuah kenyataan jika aku ini..."
Aku mengangkat kepalaku dan menatap kedua bola mata indahnya.
Dia terlihat seperti menunggu ceritaku kepadanya.
"Aku bukan anak kandung mereka, Rena" aku menunduk
dan air mataku keluar sudah.
***
Rena
Pov...
"Aku bukan anak kandung mereka, Rena"
Aku melebarkan kedua mataku mendengarnya. Ku lihat dia
menunduk, perlahan air matanya keluar dari kedua matanya. Tuhan, aku tidak
pernah menyangka jika semua itu bisa terjadi padanya. Aku mengangkat kepalanya
dan menghapus air mata yang mengalir membasahi pipinya.
Ku peluk dia dan mengelus punggungnya. Aku juga sangat sedih
mendengarnya. Aku tidak bisa melihatnya menangis, bagiku melihatnya menangis
seperti itu sungguh menyakitkan untukku.
"Sudah jangan menangis, Jun-kun. Masih ada aku yang
menemanimu" dia mengahpus air matranya.
"Aku akan membantumu mencari kedua orang tuamu"
sambungku lagi.
"Arigatou" aku tersenyum membalasnya.
Ku lepas pelukannya, dan ku tatap kedua matanya yang memerah,
akibat ia menangis. Bibirnya tertarik berlawanan arah.
"Sudah, bukankah malam ini hari bahagia adikmu? Jadi,
jangan pikirkan dulu masalahmu, yang terpenting adikmu dulu" dia kembali
tersenyum.
"Hai, arigatou Rena" aku mengangguk dan ku elus
kepalanya dengan lembut.
"Boleh aku meminta sesuatu?" aku mengkerutkan
dahiku.
"Apa itu?" tanyaku.
Dia mendekatkan dirinya ke arahku. Matte? Apa mungkin dia
ingin... oh tidak. Ini tidak boleh terjadi, apa lagi aku dan dia masih ada di
sekolah. Ku pegang kedua bahunya, untuk menghentikan dirinya. Aku menggeleng.
"Ini di sekolah, Jun" kataku.
"Ah... gomen" dia menunduk. Kedua pipinya memerah.
"Kau malu?" dia mengangguk sambil menggaruk
kepalanya.
"Sekali lagi aku minta maaf" aku mengangguk dan
tersenyum.
"Daijobu" balasku singkat.
"Jangan bersedih lagi, aku akan selalu ada untukmu,
Jun" dia tersenyum sangat manis. Lucu sekali dia ini.
***
Author
Pov...
Rena keluar dari rumahnya sambil menggendong putri kecilnya.
Ia melihat seorang pemuda yang tengah berdiri di depan mobilnya. Ia tersenyum,
kemudian melangkah menghampiri pemuda itu dan menyapanya.
"Jun-kun" sapanya ceria.
"Rena-chan, kau sudah siap?" gadis itu mengangguk.
"Domo tuan putri" Jun menyapa gadis kecil itu.
"Domo paman" gadis itu membalasnya dengan senyum
girang.
"Kita berangkat ya?" Haruka mengangguk.
Rena melangkah masuk ke dalam mobil mengikuti pemuda itu.
Didalam mobil, Rena memangku Haruka sambil sesekali berbicara pada pemuda
itu.
Setelah sampai, mereka keluar dari mobil dan menuju rumah
Jun. Disana Yui berlari menyambut ketiganya. Anak itu sangat senang dengan
kedatangan gurunya sendiri.
"Selamat ulang tahun sayang" Yui mengangguk.
"Ini kado untukmu" Yui menerima kado itu.
"Kita masuk sensei" Rena mengangguk.
Rena melihat isi rumah itu. Suasana sangat ramai sekali, dan
begitu sangat meriah, memeriahkan ulang tahun Yui yang ke-6 tahun. Dan di
gendongannya, Haruka juga melihatnya dengan kagum. Ia tertarik dengan suasana
pesta ulang tahun itu.
"Mama" panggilnya pada mama angkatnya.
"Hai, doustano?" Rena menoleh melihat putrinya.
"Haruka juga ingin jika ulang tahun Haruka, seperti
ini" kata Haruka merengek.
"Iya sayang, jika nanti Haruka ulang tahun, mama akan
mengadakannya seperti ini. Haruka tenang saja, ya" gadis kecil itu
tersenyum girang menanggapi ucapan mamanya.
"Arigatou mama" Rena mengangguk.
Rena melangkah ke arah dimana Yui yang berdiri di depan kue
ulang tahunnya. Sepertinya pestanya akan segera di mulai. Dan kemudian, mereka
menyanyikan lagu ulang tahun untuk Yui. Ketika sampai pada potong kue. Yui
memberikan potongan kue pertama untuk ibu kemudian ayah dan selanjutnya
kakaknya.
"Selamat ulang tahun, jagoan kecil" kata Jun
tersenyum dan mengelus kepala adiknya.
"Arigatou nii-chan, jangan lupakan permintaanku
ya?" Jun tersenyum kikuk membalasnya, ia sedikit malu.
"Akan aku usahakan" Yui mengangguk membalasnya.
Yui berbalik dan melangkah ke arah dimana Rena tengah berdiri
diantara temannya. Ia meminta Rena untuk menurunkan Haruka, dan Rena
menurutinya. Haruka berdiri di depannya dan menatapnya dengan senyum polosnya.
"Selamat ulang tahun, nii-chan" Yui mengangguk dan
memberikan potongan kue itu pada Haruka.
"Makan ya" Yui menyuapi gadis kecil itu.
"Bagaimana enak?" Haruka mengangguk membalasnya.
"Yui, ini siapa nak?" Yui menoleh melihat ibunya.
"Ini Haruka mama, teman Yui. Anak angkat Matsui sensei"
kata Yui membalas.
"Cantik sekali dia" Haruka tersenyum membalasnya.
"Sensei, terima kasih karena sudah datang ke ulang tahun
anak kami" Rena mengangguk membalas ucapan ibu Yui.
"Sepertinya mereka sangat dekat" komentar wanita
paruh baya itu yang melihat keakracan antara Yui dan Haruka.
"Mereka sering bermain di sekolah, nyonya" kata
Rena memberi tahu.
"Soukka" balas wanita itu.
"Sebenarnya siapa Haruka sensei?" tanya wanita itu
menatap putri angkat Rena.
"Dia anak angkat saya. Shimazaki Haruka namanya, kedua
orang tuanya sudah meninggal ketika rumah mereka terbakar" Rena
menjelaskan.
"Hanya Haruka yang selamat, dan ketika itu saya berniat
mengangkatnya sebagai anak saya. Karena, saya kasihan padanya. Dia masih kecil,
namun sudah tidak mempunyai orang tua" kata Rena lagi.
"Kasihan juga anak angkat sensei" Rena tersenyum
simpul membalasnya.
"Umurnya berapa tahun sensei?" tanya wanita itu
lagi.
"4 tahun" wanita itu terlihat mengangguk
membalasnya.
"Dia masih terlalu muda untuk di tinggalkan kedua orang
tuanya" Rena juga memikirkan hal yang sama.
"Ku rasa Yui menyukai Haruka" Rena menoleh melihat
wanita itu.
"Aku juga merasa seperti itu, nyonya" balasnya lagi
terdengar.
***
Jun
Pov...
Aku keluar dari pesta. Ku rasa kepalaku sangat pusing
sekarang, aku butuh ketenangan sejenak sebelum kembali ke pesta ulang tahun
Yui. Aku duduk di samping rumah, menatap langit malam yang begitu indah.
Angin malam yang berhembus, bisa ku rasakan melalui kulitku.
Dingin, aku lupa membawa jaket. Sungguh bodoh. Tapi, tak apalah. Aku bisa
melihat cahaya bulan dan binta dari sini. Begitu sangat indah.
"Jun-kun" aku menoleh.
"Rena-chan" kemudian ia melangkah dan duduk di
dekatku.
"Kenapa kau menyendiri?" tanyanya.
"Hanya untuk menenangkan diri. Hanya sebentar" ku
lihat dia mengangguk membalas ucapanku.
"Kau masih memikirkan masalahmu?" aku mengangguk.
"Jangan terlalu di pikirkan, pasti kau akan mendapat
jawaban yang pasti Jun-kun" aku tersenyum simpul membalasnya.
"Ano... Rena, boleh aku melakukan hal yang tadi?"
tanyaku.
"Eh, maksudmu?" tanyanya kebingungan.
***
Rena
Pov...
"Ano... Rena, boleh aku melakukan hal yang tadi?"
yang tadi apa?
"Eh, maksudmu?" tanyaku bingung.
"Yang tadi di sekolah, Rena-chan" maksudnya
kejadian tadi itu? Dia ingin menciumku.
Dia mendekatkan dirinya. Eh? Dia benar-benar akan melakukan
hal itu?. Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat malu, melakukannya sekarang.
"Jun-kun" dia berhenti dan menatapku.
"Ku mohon Rena" dia menunjukan wajah memelasnya.
"Tapi, tidak...." chu....
Ucapanku terpotong. Dan sekarang aku beralih terkejut, ketika
merasakan sentuhan hangat di bibirku. Sangat manis. Dia memeluk pinggangku
dengan erat. Ku rasakan bibirnya yang sekarang melumat bibirku. Lembut sangat
lembut.
Ku rasakan tangannya yang bergerak dan sekarang menekan
tengkuk leherku. Aku tidak bisa menahan desahanku, dia terus saja melumat
bibirku dan menggigit bibir bawahku. Aku tahu ini salah, tapi entah kenapa aku
sangat suka dengan kelakuannya. Tubuhku tidak bisa memberontak sama sekali.
"Lmmhhh... engh...." desahanku kembali keluar.
"Jun-kun" kataku setelah dia melepas ciumannya.
"Maaf, tapi aku menginginkannya" aku mengangguk.
"Arigatou Rena" aku kembali mengangguk.
Dia tersenyum dan membelai pipiku lembut. Senyumannya
membuatku tenang. Aku benar-benar tidak menyangka, jika dia yang merebut ciuman
pertamaku. Tapi, aku menyukainya. Sungguh-sungguh menyukainya.
"Rena-chan" dia bersuara kembali.
"Apa?" balasku.
"Aku mencintaimu" aku melebarkan kedua mataku.
"Apa? Tadi kau bilang apa? Coba ulangi lagi"
suruhku.
"Aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu" aku
tersenyum mendengarnya.
"Ciuman itu, ku lakukan karena aku mencintai Rena-chan.
Dan aku mau kau menjadi kekasihku, aku sangat ingin sekali kau menjadi
kekasihku" dia berkata lagi.
"Aku tahu, aku lebih muda darimu. Tapi, aku mencintaimu
Rena. Dan aku tidak bisa menahannya, aku ingin sekali menjadi kekasihmu, hidup
bersamamu dan kita bisa baha,-"
Ku potong saja dia, dengan mencium bibirnya lagi. Aku sungguh
bahagia, karena dia telah menyatakan cintanya kepadaku. Itu membuatku sangat
senang, aku juga mencintaimu Jun. Aku sangat mencintaimu.
"Aku juga mencintaimu, Jun-kun" dia tersenyum.
"Sungguh?" aku mengangguk.
"Hai, aku sungguh mencintaimu" dia memeluk tubuhku.
"Jadi, mulai hari ini kau milikku dan aku milikmu"
aku mengangguk.
"Hai. Aku senang karena kau telah menyatakan cintamu,
kau tahu aku menunggunya Jun" kataku lagi.
***
Jun
Pov...
Yeah... aku sangat senang sekali. Pagi hari ini, bukan hanya
Yui yang ku antar melainkan Rena. Senangnya. Tadi malam dia menerima cintaku
dan aku sangat menyukainya. Sungguh sangat menyukainya.
"Nii-chan" aku menoleh.
"Hai jagoan kecilku" ku gendong saja dia.
"Ah... pagi-pagi seperti ini, kau sangat senang sekali.
Kau masih waras bukan?" aduh... memangnya aku gila?.
"Tentu saja aku masih waras" balasku padanya.
"Kenapa kau pagi-pagi seperti ini tersenyum lebar
seperti itu? Ada apa denganmu?" tanyanya lagi.
"Kau tahu jagoan kecilku?" dia menggeleng.
"Kakakmu ini tadi malam menyatakan cinta pada
senseimu" dia tersenyum.
"Lalu?" tanyanya ingin tahu.
"Aku di terima olehnya" dia tersenyum girang dan
berteriak.
"Yatta, akhirnya kakakku laku" eh?.
"Kau ini benar-benar, aku memang laku hanya saja
kemarin, aku belum menemukan wanita yang cocok untukku" balasku padanya.
"Asyik yang terpenting aku akan mendapatkan calon kakak
ipar yang cantik dan pintar seperti Matsui sensei" aku tersenyum
membalasnya.
***
Aku
keluar dari mobil, dan ku lihat Rena yang baru saja keluar dari rumahnya. Dia
sangat cantik sekali, ah... senangnya bisa mendapatkan kekasih seperti dirinya.
Mimpi apa aku semalam?. Tuhan, aku benar-benar berterima kasih padamu, karena
telah mengirimkan bidadari cantik seperti dia.
"Jun-kun, kau sudah datang?" aku mengangguk.
"Paman Jun" aku tersenyum.
"Tuan putri, ayo kita berangkat" dia mengangguk.
"Nii-chan ada di dalam bukan?" aku mengangguk.
Kami masuk dan kusuruh saja Yui duduk di belakang bersama
Haruka, sementara aku dan Rena di depan. Di perjalanan, sesekali aku berbicara
dengan gadis cantik itu. Pipinya yang chubby benar-benar membuatku ingin
mencubitnya.
"Jun-kun, bagaimana rasanya mempunyai seorang
adik?" tanyanya kepadaku.
"Sangat indah dan menyenangkan, apalagi jika kita
bermain bersama" balasku padanya.
"Dulu, aku pernah mempunyai seorang adik" katanya.
"Lalu dimana adikmu?" tanyaku heran.
"Dia sudah tiada, dia meninggal ketika umurnya 2 tahun.
Karena suatu penyakit, aku benar-benar terpukul karena telah kehilangan
dia" suaranya bergetar.
"Maaf, aku tidak tahu Rena" dia mengangguk.
"Daijoubu Jun-kun, itu tidak masalah. Hanya saja, aku
terlalu merindukannya. Ku kira ibu akan melahirkan lagi, tapi nyatanya sampai
sekarang tidak. Dokter mengatakan jika ibu tidak bisa mengandung lagi"
jelasnya lagi panjang lebar.
"Sudah, jangan sedih. Ada aku, Haruka dan Yui bersamamu
Rena, ingat janji kita malam tadi" dia mengangguk.
"Arigatou" aku mengangguk.
"Apapun demi kau, aku akan melakukannya sayang" dia
tersenyum sangat manis.
***
Author
Pov...
Jun masuk ke dalam rumah bersama Yui. Wajah keduanya sangat
senang, setelah menyelesaikan urusan di sekolah Yui. Diruang depan, mereka di
sambut oleh kedua orang tua mereka. Mereka melangkah menghampiri kedua orang
tua mereka.
"Yui, kau masuk ya nak, ganti bajumu" Yui
mengangguk.
"Jun, ada yang ingin kita bicarakan padamu,
duduklah" Jun menurut, ia duduk di depan kedua orang tuanya.
"Ada apa otosan?" tanyanya.
"Kau sudah lulus dari kuliahmu, dan sekarang sudah
saatnya kau menggantikan ayah di perusahaan" kata sang ayah menjelaskan.
"Tidak mungkin ayah, aku tidak pantas dengan perusahaan
itu. Hanya Yui yang pantas mendapatkan posisi itu" balasnya kemudian.
"Kenapa Jun? Kau juga pantas mendapatkan posisi itu,
bukan hanya Yui saja. Yui bisa di tempatkan nanti di perusahaan yang satu
setelah ia berumur 22 tahun" kata sang ayah.
"Aku tahu ayah, aku tahu semuanya" kata Jun lagi.
"Maksudmu?" tanya ayahnya bingung.
"Aku bukan anak kandung kalian bukan?" perkataannya
mampu membuat kedua orang tuanya terkejut.
"Dari mana kau tahu?" ibunya angkat bicara.
"Tidak penting ibu. Yang terpenting siapa aku ini?
Dimana kedua orang tuaku yang sebenarnya, kenapa aku bisa ada di kalian?"
tanya Jun.
"Jun, sebenarnya kau itu...." ayahnya menggantung
kalimatnya.
"Apa ayah? Siapa aku ini?" tanya Jun lagi.
"Kau, kau sebenarnya kau memang bukan anak kami, maaf
karena kami sudah membohongimu" ayahnya menunduk.
"Lalu, kedua orang tuaku ada dimana ayah?" tanya
Jun lagi.
"Orang tuamu, mereka...."
"Ayah katakan saja yang sebenarnya" Jun memelas.
Yui. Dia mendengar semua perkataan kakak dan kedua orang
tuanya. Ia terkejut, ia tidak mempercayai semua itu. Jun, ternyata dia bukanlah
anak kandung dari kedua orang tuanya. Dan itu berarti Jun bukan kakak
kandungnya. Ia tidak terima itu. Ia menginginkan Jun itu kakak kandungnya,
bukan kakak angkatnya.
Ia berlari ke kamar dan menangis. Dia tidak habis pikir, jika
selama ini kakak yang ia sayangi itu bukan kakak kandungnya. Kenapa kedua orang
tuanya tega menutupi semua kenyataan itu padanya dan Jun?. Ia tidak pernah
menyangka jika semua itu terjadi pada mereka.
"Nii-chan, jadi nii-chan bukan kakakku? Nii-chan, jangan
tinggalkan Yui" isaknya kembali terdengar.
To Be Continue.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar